- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
KEKUATAN “PELA” DALAM SISTEM PERSAUDARAAN SUKU AMBON


TS
Aboeyy
KEKUATAN “PELA” DALAM SISTEM PERSAUDARAAN SUKU AMBON

Ambon merupakan suku asli yang menempati wilayah kepulauan yang kini terletak di Provinsi Maluku.
Pulau Ambon merupakan pulau yang terletak di selatan Pulau Seram. Saat ini kota Ambon menjadi ibukota provinsi Maluku.
Desa adat suku Ambon dibangun sepanjang jalan utama, antara satu desa dengan desa yang lain saling berdekatan, atau bisa juga dalam bentuk kelompok yang terdiri dari rumah-rumah yang dipisahkan oleh tanah pertanian yang disebut 'Soa'.
Mayoritas penduduk Ambon beragama Islam dan Kristen. Mereka tinggal dalam komunitas agama tertentu, sehingga timbul dua kelompok masyarakat yang berbasis agama, yang kemudian dikenal dengan sebutan Ambon Sarani dan Ambon Salam.
Meski kondisi demikian rentan terhadap kemungkinan konflik, namun selama berabad-abad mereka hidup berdampingan dengan rukun, damai dan saling menolong.
Hal itu bisa tercipta karena mereka mempunyai sistem persaudaraan yang sangat kuat, yaitu 'Pela'.
Kalaupun terjadi konflik, akan segera dapat mereka selesaikan, kecuali jika ada campur tangan pihak luar.
'Pela' secara sederhana diartikan sebagai suatu ikatan persaudaraan yang terjalin atas dasar keturunan, perjanjian/sumpah, dan karena senasib sepenanggungan/balas budi.
Atas dasar definisi ini, maka 'pela' itu sekurangnya ada 3 jenis, yaitu:
1. Pela Minum Darah

Pela ini terjadi melalui sumpah para pemimpin leluhur kedua belah pihak dengan cara meminum darah yang diambil dari jari-jari mereka, kemudian dicampur dengan minuman dalam satu gelas. Hal ini mengabadikan sumpah persaudaraan untuk selama-lamanya.
Pela ini umumnya terjadi setelah terjadi perang antara dua dua kelompok. Lalu kedua belah pihak berdamai dengan mengikat “persaudaraan darah” untuk selamanya. Konsekuensi dari pela ini adalah:
a. Antar kedua belah pihak tidak boleh menikah.
b. Kedua belah pihak saling membantu dan memikul beban.
Jika dilanggar, diyakini ada semacam “kualat” yang akan menimpa pelakunya.
2. Pela Tampa Sirih

Jenis pela ini tidak diikat dengan darah, tetapi hanya dengan memakan sirih pinang.
Ikatan pela ini terjadi karena merasa “satu nasib” misalnya desa-desa mereka terkena bencana alam.
Karena merasa senasib, maka mereka saling membantu memperbaiki rumah-rumah, tempat-tempat ibadah dan lain-lain yang rusak akibat bencana tersebut, baik inter maupun antar agama.
Bisa juga sebagai balas budi karena telah ditolong oleh desa lainnya yang tidak terkena bencana. Dalam pela ini masih boleh menikah sesama mereka.
3. Pela Gandong

Hubungan pela ini dibentuk oleh kesamaan leluhur. Ikatan pela ini hanya terjadi antara desa Kristen dengan desa Kristen dan juga desa Kristen dengan desa Islam.
Pela jenis ini pada umumnya merupakan hasil pertemuan kembali antara adik-kakak yang bersaudara yang telah berpencar dan telah membentuk kampung dan keturunan sendiri.
Umumnya pela saudara ini berlangsung antara kampung-kampung yang beragama kristen dan Islam. Misalnya A punya anak B dan C.
Andai B beragama Islam dan C Kristen, maka semua keturunan B dan C dianggap bersaudara, meski mereka beda agama.
Pela ini bisa juga terbentuk karena moyang kedua kelompok pernah mengikat persaudaraan (mengangkat sebagai saudara) dengan sumpah, sehingga anak cucu keturunan keduanya juga dianggap bersaudara. Pela ini juga sangat kuat.
Itulah 'Pela' suku Ambon yang menyatukan jiwa dan raga mereka, meski berbeda agama.
*****
Foto-foto dari Google
RefRef Ref Ref Ref Ref
Diubah oleh Aboeyy 23-06-2019 01:59






999999999 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
8K
21


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan