Quote:
Setiap manusia pada dasarnya akan pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Kapan waktunya? Masih menjadi sebuah kejutan yang tak terduga untuk masing-masing orang. Tidak ada yang tahu kapan waktu tepatnya dimana anda harus melepaskan kehidupan di dunia.
Ketika seseorang telah meninggal dunia, jenazahnya biasanya akan dikuburkan atau bisa juga dikremasi. Semua bergantung pada tradisi yang dianut oleh orang tersebut, atau sesuai permintaan dari orang tersebut sebelum meninggal. Mengingat semakin sempitnya lahan yang ada di masyarakat, proses penguburan jenazah lambat laun mulai ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat.
Mereka menganggap bahwa jumlah orang yang meninggal dunia setiap harinya pasti akan terus bertambah. Sedangkan lahan yang digunakan akan semakin berkurang. Keterbatasan lahan tersebutlah yang mengakibatkan terjadinya penimbunan makam dan sebagainya.
Untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan tersebut, masyarakat mulai meninggalkan tradisi penguburan dan beralih menggunakan metode kremasi sebagai gantinya. Toh juga maksudnya sama, yaitu untuk bisa mengingat mereka yang pernah hidup sebelumnya. Beberapa suku, bangsa dan negara di dunia, bahkan lebih memilih untuk melakukan proses kremasi dibandingkan dengan proses penguburan. Hal ini tentu saja didasari oleh alasan tertentu.
Sebelum berlanjut pada penjelasan yang lebih dalam, apakah anda tahu apa sebenarnya yang dimaksud dengan kremasi?
Kremasi atau sering disebut dengan proses pengabuan ini adalah sebuah proses pembakaran jenazah manusia yang telah meninggal. Sebelum dibakar, jenazah akan terlbih dahulu dimasukkan ke sebuah mesin pendingin, sampe benar-benar layak untuk di bakar. Setelah layak untuk dibakar, petugas akan memeriksa seluruh barang yang melekat ditubuh mayat. Jika ada Benda berharga, nantinya akan dikembalikan kepada ahli warisnya/ keluarga yang ditinggalkan.
Biasanya ritual ini dilakukan di sebuah tempat yang bernama krematorium/pancaka atau biasa juga dilakukan di sebuah makam di Bali yang disebut dengan setra atau pasetran. Praktik kremasi ini merupakan sebuah ritual yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Bali, yang disebut dengan ngaben.
Sejarah Kremasi
Kremasi atau Proses perabuan adalah terjemahan dari cremation atau kremasi. Kata ini sesungguhnya berasal dari kata Latin ‘cremo’, yang secara harfiah berarti `membakar’, khususnya pembakaran jenazah. Berbicara mengenai asal usul munculnya proses kremasi ini, banyakpara ahli yang memperkirakan bahwa proses kremasi ini sudah ada pada zaman batu, yaitu sekitar 3000 tahun sebelum masehi yang lalu.
Awalnya, proses atau ritual kematian dengan cara kremasi ini pertama sekali diterapkan atau dipakai di Eropa. Kemudian sekitar tahun 800 SM yang lalu, tradisi ini mulai digunakan oleh bangsa Yunani secara umum. Selanjutnya disusul oleh Roma sekitar tahun 600 SM. Namun sayangnya, Gereja Roman Khatolik yang berada di Roma secara resmi melarang pelaksanaan kremasi jenazah tersebut.
Gereja ini tentu saja memiliki alasan tertentu mengapa melarang pelaksanaan kremasi bagi para jemaatnya. Penasaran? Berikut ini adalah alasannya:
Awalnya, Gereja memang melarang jemaatnya untuk melakukan kremasi. Tindakan ini dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama. Namun, seiring berjalannya waktu, Gereja mulai terbuka untuk hal yang satu ini. Penerimaan proses kremasi ini diperbolehkan untuk dilakukan, selama tidak mengganggu iman dari jemaat tersebut.
Alasan keduanya adalah bahwa kremasi dianggap sebagai praktik kekafiran. Pada awal abad pertama, Kekaisaran Romawi menunjukkan sifat bermusuhan terhadap Gereja. Orang-orang Kristen dibunuh dan mayatnya dibakar, lalu abunya ditebarkan. Dengan cara ini orang-orang Romawi ingin memastikan bahwa tidak ada kemungkinan lagi bagi Allah umat Kristen, untuk mempersatukan tubuh dan jiwa para martir seperti yang diajarkan oleh para rasul.
Gereja memandang tubuh manusia sebagai Bait Allah yang kudus. Bait Allah ini perlu diperlakukan dengan penuh rasa hormat mulai dari pembuahannya, selama masa hidupnya, pada saat dan juga sesudah kematiannya.
Kremasi Cairan
Jika proses kremasi dengan cara pembakaran sudah tidak asing lagi untuk anda, kini telah hadir kremasi dengan cara yang jauh lebih ekstrim. Kremasi kali ini tidak dilakukan dengan cara membakar jenazah, melainkan dengan cara mencairkan jenazah. Wah, udah kayak Es saja ya dicair-cair kan? Kremasi cairan ini merupakan sebuah proses pelarutan jenazah menjadi sebuah larutan.
Kini telah hadir inovasi baru namanya kremasi yang mengubah mayat menjadi cairan
Quote:
Jika proses kremasi dengan cara pembakaran sudah tidak asing lagi untuk anda, kini telah hadir kremasi dengan cara yang jauh lebih ekstrim. Kremasi kali ini tidak dilakukan dengan cara membakar jenazah, melainkan dengan cara mencairkan jenazah. Wah, udah kayak Es saja ya dicair-cair kan? Kremasi cairan ini merupakan sebuah proses pelarutan jenazah menjadi sebuah larutan.
Metode kremasi yang dikenal dengan nama Liquefying Bodies atau pencairan jenazah ini, dikembangkan dan diperkenalkan oleh Resomation Ltd, yaitu sebuah perusahaan teknologi asal Skotlandia, yang didirikan oleh Sandy Sullivan. Tidak seperti kremasi dengan metode memanggang yang meninggalkan sisa serpihan tulang-tulang kering dan abu, metode baru ini hanya menyisakan cairan kental seperti sirup dengan sedikit aroma.
Dan jika dengan metode memanggang masih mengeluarkan polusi berupa gas, lain halnya dengan metode modern ini, karena tidak menghasilkan polusi, sehingga dikatakan jauh lebih ramah lingkungan. Inilah yang menjadi satu alasan mengapa kremasi cairan ini menjadi alternatif untuk menggantikan ritual penguburan, untuk mereka yang sudah meninggal.
Proses pelarutan jenazah dengan cara kremasi cairan ini dilakukan dengan cara memasukan mayat ke dalam sebuah tabung silinder stainless steel, yang mirip dengan pressure cooker. Di dalam tabung tersebut, jenazah akan direndam dengan menggunakan larutan air dan kalium hidroksida, kemudian dipanaskan dalam suhu yang tinggi selama dua setengah hingga tiga jam.
ini dia alat nya
Metode ini masih belum banyak dikenal, apalagi dengan prosesnya yang cukup mengerikan. Hingga saat ini Resomation Ltd terus berusaha, untuk memperkenalkan metode pencairan mayat ini kepada masyarakat dan optimis jika hingga tahun 2025 mendatang, sebanyak 60% ritual kematian akan memilih metode ini sebagai alternatif terbaik.

Prosesnya sendiri adalah dengan mencampur air dengan Potassium Hydroxide, yang dipanaskan selama 3 jam, organ tubuh dan jaringan akan larut dalam air, sementara tulang akan menjadi abu mirip seperti dikremasi biasa. Air sisa akan diolah dan kemudian dibuang ke saluran pembuangan.
Untuk melakukan proses tersebut, alat yang biasa digunakan dalam kremasi cairan ini adalah bernama Resomator. Resomator adalah sebuah ruang baja, yang menggunakan larutan air dan kalium hidroksida, untuk melarutkan tubuh. Magma diberi tekanan hingga 10 atmosfer dan suhu diputar hingga 180 derajat Celsius, selama kurang lebih dua setengah jam hingga tiga jam untuk melarutkan tubuh jenazah.
Cairan tubuh yang dihasilkan dalam proses ini bisa anda buang atau anda simpan. Sedangkan untul bagian tulang, dihancurkan menjadi abu. Logam, seperti sendi buatan, juga dapat disimpan. Resomation Ltd, perusahaan yang memiliki Resomator, mengatakan bahwa alat ini efisien dan alternatif yang ramah lingkungan untuk kremasi, karena setiap unit menghasilkan sepertiga gas rumah kaca yang dikeluarkan dari proses kremasi.
Meskipun ritual kematian ini dianggap cukup membantu masyarakat dalam beberapa hal, namun sebagian masyarakat sepertinya memiliki sudut pandang yang lain mengenai ritual ini. Mereka menganggap bahwa ritual kremasi cairan ini sebagai sebuah ritual yang tidak manusiawi.
Gimana menurut agan? Apakah ritual ini melanggar aturan kemanusiaan? ataukah anda mendukung agar ritual kematian ini bisa dilegalkan? Yah, semua kembali kepada diri anda masing-masing. Tidak ada yang bisa memaksa kehendak anda. Yang terpenting dari semuanya adalah bahwa tujuan penciptaan ritual ini semata adalah demi mempermudah segala kehidupan masyarakat.
Demikian trit ane semoga bermanfaat
Sumber
Klik sini gan