Merdeka.com - Najib Awadh tinggal di Kota Taiz, Yaman. Kuli bangunan berusia 50-an tahun itu kadang bekerja kadang tidak. Dia merasa kesulitan menafkahi keluarganya yang memiliki enam anak. Ketika mendengar Arab Saudi memblokade Yaman, Awadh menyadari dia tidak punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya. Awadh terpaksa menjual perhiasan istrinya untuk membeli makanan.

Perang yang terjadi sejak 2015 membuat para pasien rumah sakit tidak bisa ke luar negeri untuk mendapat perawatan darurat. Banyak warga menjual perhiasan demi memenuhi kebutuhan perut. Harga bahan bakar diesel melonjak dua kali lipat, ongkos transportasi kian menanjak.

Jalanan dipenuhi rakyat yang berkerumun untuk membeli bahan makanan seiring harga-harga merangkak naik. Para pedagang khawatir barang dagangan impor mereka cepat habis.

"Makanan lebih penting ketimbang perhiasan," kata Awadh, seperti dilansir laman Middle East Eye, Kamis (9/11). "Arab Saudi menerapkan blokade dan kami tak bisa membeli makanan lagi di pasar. Orang-orang membeli banyak gandum buat persediaan dalam waktu lama. Saya membeli 50 kilogram gandum."

Harga 1 kilogram gandum itu sebelumnya USD 24 atau Rp 325 ribu. Namun kini harga naik jadi Rp 380 ribu per kilogram.

Awadh juga membeli minyak, daging, gula, dan kebutuhan lainnya dengan harga yang sudah naik. Sejumlah pedagang bahkan menolak menjual dagangannya karena stok kian menipis.

"Makanan yang mahal masih lebih baik ketimbang tidak ada sama sekali. Kami khawatir kalau dalam beberapa hari ke depan makanan sudah tidak ada lagi di pasar, jadi saya membelinya dengan harga mahal."

Saudi mengumumkan blokade terhadap Yaman Senin lalu lewat kantor berita SPA.

"Komando Pasukan Koalisi memutuskan menutup sementara semua jalur darat, laut, dan udara Yaman," demikian bunyi pengumuman itu.

Blokade ini sebagai reaksi dari serangan rudal pemberontak Huthi terhadap Ibu Kota Riyadh Sabtu dua pekan lalu.

sumber : https://m.merdeka.com/dunia/makanan-mahal-masih-lebih-baik-ketimbang-tidak-ada-sama-sekali.html

bujang inam, babami heang, martoli jonjong.