- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kemudahan Berusaha RI Naik 19 Peringkat, Jokowi Incar Posisi 40


TS
aghilfath
Kemudahan Berusaha RI Naik 19 Peringkat, Jokowi Incar Posisi 40
Spoiler for Kemudahan Berusaha RI Naik 19 Peringkat, Jokowi Incar Posisi 40:

Quote:
Jakarta - Indonesia baru saja mendapatkan hasil cukup memuaskan dari laporan Bank Dunia tentang Ease of Doing Business (EODB) atau kemudahan berusaha. Ada kenaikan 19 peringkat dari sebelumnya menjadi posisi ke 72.
Namun pemerintah tak mau berhenti sampai di sini. Target dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah posisi 40.
Demikianlah keterangan tertulis dari Kemenko Bidang Perekonomian yang dikutip detikFinance, Rabu (1/10/2017).
Adapun langkah yang akan dilakukan untuk mencapai target tersebut, yaitu memperbaiki cara memulai Usaha (Starting a business) dengan cara mengurangi prosedur perizinan dan penerapan layanan sistem online.
Kemudian memperbaiki sistem Pembayaran Pajak (Paying taxes) dengan cara melanjutkan program E-Filing dan memperbaiki database perpajakan.
Perbaikan perdagangan Lintas Batas (Trading across borders) dengan cara menurunkan jumlah lartas, menerapkan integrated risk management, dan penggunaan sistem online.
Simplifikasi prosedur dan memperkuat inspeksi bangunan agar ada perbaikan pada izin Mendirikan Bangunan (Dealing with construction permits).
Namun pemerintah tak mau berhenti sampai di sini. Target dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah posisi 40.
Demikianlah keterangan tertulis dari Kemenko Bidang Perekonomian yang dikutip detikFinance, Rabu (1/10/2017).
Adapun langkah yang akan dilakukan untuk mencapai target tersebut, yaitu memperbaiki cara memulai Usaha (Starting a business) dengan cara mengurangi prosedur perizinan dan penerapan layanan sistem online.
Kemudian memperbaiki sistem Pembayaran Pajak (Paying taxes) dengan cara melanjutkan program E-Filing dan memperbaiki database perpajakan.
Perbaikan perdagangan Lintas Batas (Trading across borders) dengan cara menurunkan jumlah lartas, menerapkan integrated risk management, dan penggunaan sistem online.
Simplifikasi prosedur dan memperkuat inspeksi bangunan agar ada perbaikan pada izin Mendirikan Bangunan (Dealing with construction permits).
Quote:
Dalam 2 Tahun, Kemudahan Berusaha RI Naik 34 Peringkat
Jakarta - Laporan Bank Dunia tentang Ease of Doing Business (EODB) atau kemudahan berusaha di Indonesia naik 19 peringkat menjadi posisi 72 dari 190 negara yang disurvei. Pada EODB 2017 posisi Indonesia berhasil naik 15 peringkat dari 106 menjadi peringkat 91.
Dengan demikian, dalam 2 tahun terakhir posisi Indonesia telah naik 34 peringkat. Sebelum EODB 2017, posisi Indonesia berkisar antara peringkat 116 – 129.
"Dalam 3 tahun terakhir, Indonesia telah menjadi tempat yang lebih mudah untuk berusaha. Prestasi ini tak terlepas dari kerja keras semua pihak," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam keterangan tertulisnya, Rabu (1/11/2017).
Indikator EODB 2018 yang mengalami perbaikan tajam di antaranya pertama, penyelesaian kepailitan (Resolving Insolvency) dari posisi 74 di EODB 2016 menjadi posisi 38 di EODB 2018 atau naik 36 peringkat. Kedua, penegakan kontrak (Enforcing Contracts) dari posisi 171 di EODB 2016 menjadi posisi 145 di EODB 2018 atau naik 26 peringkat.
Ketiga, yaitu penyambungan Listrik (Getting Electricity) dari posisi 61 di EODB 2016 menjadi posisi 38 di EODB 2018 (23 peringkat).
"Keberhasilan ini merupakan bukti konkret komitmen Indonesia dalam menjaga perubahan iklim," tegas Darmin.
Jakarta - Laporan Bank Dunia tentang Ease of Doing Business (EODB) atau kemudahan berusaha di Indonesia naik 19 peringkat menjadi posisi 72 dari 190 negara yang disurvei. Pada EODB 2017 posisi Indonesia berhasil naik 15 peringkat dari 106 menjadi peringkat 91.
Dengan demikian, dalam 2 tahun terakhir posisi Indonesia telah naik 34 peringkat. Sebelum EODB 2017, posisi Indonesia berkisar antara peringkat 116 – 129.
"Dalam 3 tahun terakhir, Indonesia telah menjadi tempat yang lebih mudah untuk berusaha. Prestasi ini tak terlepas dari kerja keras semua pihak," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam keterangan tertulisnya, Rabu (1/11/2017).
Indikator EODB 2018 yang mengalami perbaikan tajam di antaranya pertama, penyelesaian kepailitan (Resolving Insolvency) dari posisi 74 di EODB 2016 menjadi posisi 38 di EODB 2018 atau naik 36 peringkat. Kedua, penegakan kontrak (Enforcing Contracts) dari posisi 171 di EODB 2016 menjadi posisi 145 di EODB 2018 atau naik 26 peringkat.
Ketiga, yaitu penyambungan Listrik (Getting Electricity) dari posisi 61 di EODB 2016 menjadi posisi 38 di EODB 2018 (23 peringkat).
"Keberhasilan ini merupakan bukti konkret komitmen Indonesia dalam menjaga perubahan iklim," tegas Darmin.
Quote:
Daya Saing Industri Manufaktur RI Naik ke Peringkat 9 Dunia
Liputan6.com, Jakarta Industri manufaktur Indonesia terus menunjukkan taringnya di dunia. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya daya saing industri manufaktur Indonesia menduduki peringkat 9 dunia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan peringkat ini dikeluarkan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) pada survei terakhirnya di 2016
"Memang kalau dilihat dari kontribusi industri manufaktur ke PDB menurun, tapi kontrtibusi industri manufaktur Indonesia terhadap 'kue' dunia itu naik terus, kini di peringkat 9 dunia," kata Airlangga di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (1/11/2017).
Pada peringkat 9 ini, UNIDO menempatkan tiga negara di posisi yang sama. Selain Indonesia, ada Brasil dan Inggris. Hanya saja dipastikan Airlangga, Indonesia memiliki nilai ekonomi manufaktur paling tinggi.
Meningkatnya nilai tambah industri manufaktur ini tak terlepas dari upaya pemerintah dalam menggalakkan perkembangan industri berbasis nilai tambah, tak lagi berbasis bahan mentah.
Ini menjadi peringkat tertinggi yang pernah dicapai Indonesia. Pada 1990, industri manufaktur Indonesia ada di peringkat 18, tahun 2000 ada di peringkat 15, tahun 2010 ada di peringkat 14, tahun 2015 ada di peringkat 11 dan di 2016 ada di peringkat 9.
"Bahkan dari 15 negara tertinggi, kalau dilihat dari presentase sektor manufaktur terhadap PDB, Indonesia ada di peringkat 4 dunia," ucap Airlangga.
Dari sisi presentase industri manufaktur terhadap PDB, Indoensia masih kalah jika dibandingkan dengan Korea Selatan yang memiliki presentase 29 persen, China 27 persen, dan Jerman 23 persen. Bahkan, jika dibandingkan negara ASEAN lainnya, Indonesia jauh meninggalkan yang lainnya yang bahkan tidak masuk 15 besar dunia. (Yas)
Liputan6.com, Jakarta Industri manufaktur Indonesia terus menunjukkan taringnya di dunia. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya daya saing industri manufaktur Indonesia menduduki peringkat 9 dunia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan peringkat ini dikeluarkan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) pada survei terakhirnya di 2016
"Memang kalau dilihat dari kontribusi industri manufaktur ke PDB menurun, tapi kontrtibusi industri manufaktur Indonesia terhadap 'kue' dunia itu naik terus, kini di peringkat 9 dunia," kata Airlangga di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (1/11/2017).
Pada peringkat 9 ini, UNIDO menempatkan tiga negara di posisi yang sama. Selain Indonesia, ada Brasil dan Inggris. Hanya saja dipastikan Airlangga, Indonesia memiliki nilai ekonomi manufaktur paling tinggi.
Meningkatnya nilai tambah industri manufaktur ini tak terlepas dari upaya pemerintah dalam menggalakkan perkembangan industri berbasis nilai tambah, tak lagi berbasis bahan mentah.
Ini menjadi peringkat tertinggi yang pernah dicapai Indonesia. Pada 1990, industri manufaktur Indonesia ada di peringkat 18, tahun 2000 ada di peringkat 15, tahun 2010 ada di peringkat 14, tahun 2015 ada di peringkat 11 dan di 2016 ada di peringkat 9.
"Bahkan dari 15 negara tertinggi, kalau dilihat dari presentase sektor manufaktur terhadap PDB, Indonesia ada di peringkat 4 dunia," ucap Airlangga.
Dari sisi presentase industri manufaktur terhadap PDB, Indoensia masih kalah jika dibandingkan dengan Korea Selatan yang memiliki presentase 29 persen, China 27 persen, dan Jerman 23 persen. Bahkan, jika dibandingkan negara ASEAN lainnya, Indonesia jauh meninggalkan yang lainnya yang bahkan tidak masuk 15 besar dunia. (Yas)
detik
Semakin terlihat kerja keras pemerintah menciptakan iklim usaha yg kondusif

Diubah oleh aghilfath 01-11-2017 15:04
0
917
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan