stemarcAvatar border
TS
stemarc
5 menit yang berharga
“Hadirin yang hadir, mari kita sambut seorang designer muda dan pelukis Internasional, Dea Lukita!” Ucap MC dalam acara seminar yang diadakan di Universitas IHB, Jakarta. “Silahkan naik.” Kata seseorang sambil tersenyum padaku. Aku pun dengan sigap langsung naik ke panggung. Begitu banyak mahasiswa dan mahasiswi yang mengikuti seminar tersebut dan tentunya akulah sebagai narasumber pada seminar tersebut.
“Selamat pagi semua, sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya, saya Dea Lukita, dan disini saya akan berbagi sebuah kisah hidup saya hingga saya bisa menjadi seperti ini sekarang dan kesuksesan saya tentunya didorong oleh seseorang yang membuat saya bangkit dan semangat dalam hidup saya.” Ucapku. “Jadi seperti ini ceritanya……..”
TOK..TOK..TOK!!! ”DEAAA!” Pintu kamarku diketuk, aku pun yang masih setengah sadar mulai membuka pintu. “ Astaga Deaa, ini sudah jam berapa? Kamu gak sekolah? Nanti kamu telat, bagaimana?” Tanya Papa yang bertanya panjang lebar. Tanpa ambil pusing, aku langsung menutup pintu, tetapi terlambat. “Deaa, Papa belum selesai ngomong!” sambil menahan pintu. “Kamu mau jadi apa ke depannya kalau kamu males-malesan gini! Cepat siap-siap ke sekolah, Papa antar kamu!” Ucap Papaku. “ Pah, Papa tuh ga usah ngurusin hidup aku! Urusin tuh lukisan Papa! Papa emang gak pernah peduli sama keluarga, Mama aja udah gak percaya sama Papa sampai pergi ninggalin Papa, gimana aku bisa percaya sama kata-kata Papa?!” Ucapku ketus. Langsung aku mengambil jaket, menghidupkan motor dan pergi dari rumah sambil menangis. “Dea, kamu mau kemana nak?!” Ucap Papa resah. Aku tidak peduli dengan omongan Papa, Aku lelah melihat Papa yang sibuk dengan lukisan-lukisannya, aku kesal melihat banyak orang yang memberi pujian pada lukisannya, memang apa bagusnya? Aku gak peduli, toh aku saja gak pernah melihat lukisannya, melihat lukisannya hanya akan membuat aku semakin benci saja.
Jika ada orang yang bertanya, hal apa yang paling kamu benci? Yang pasti lukisan Papa, aku benar-benar tidak habis pikir sebegitu cintanya dia pada lukisan sampai tidak peduli dengan keluarganya. Memang dia menafkahi keluarganya dengan menjual karya lukisan-lukisan sampai akhirnya dia dinobatkan sebagai pelukis yang handal, dan yang pasti seringkali Papa menyuruh aku untuk ikut ke pameran-pameran lukisannya tetapi aku selalu menolaknya, gak penting banget. Dan juga seringkali aku diajak membantunya membuat lukisan, hasilnya sama, aku tetap menolak dan berdebat dengan Papa. Sama dengan hari ini, aku berdebat dengan Papa lagi. Tidak hari ini saja aku berdebat, setiap hari kita berdebat.
Saat aku keluar dari rumah dengan motor, tetanggaku Denny yang hendak pergi sekolah melihatku dan membuntuti motorku. Sampailah aku ke lapangan rumput yang luas, aku duduk diatasnya merasakan udara pagi yang sejuk, mengusap air mata dan memejamkan mata , cuma disinilah satu-satunya tempat yang paling nyaman untukku. “Woii!” Denny mengagetkanku dari belakang, sontak aku terkejut dan memukulnya. “Loe apa-apaan sih?! Gue kaget banget tau ga sih!”Omelku. “Ya abis tadi gue liat loe keluar dari rumah sambil nangis gitu, terus gue penasaran akhirnya gue ikutin loe deh, hehe.”Ucap Denny. “Dasar!”Ucapku. “Loe berdebat lagi sama Papa loe?” Tanya Denny. “Udah biasa, setiap hari malah.” Jawabku ketus. “Namanya juga orang tua, mereka itu ingin yang terbaik buat kita, Cuma loe nya aja yang gak peka, malah nganggep Papa loe ga peduli sama loe.”Ucap Denny. “Kok loe jadi ceramahin gue sih! “ Ucapku ketus. “Loe tuh mustinya bersyukur bisa jadi anak seorang pelukis yang ternama, yang semua orang tau nama ayah loe dan loe ikut terbawa ketenarannya. Tapi ya terserah loe deh. Gue sih cuma mau bantu loe.” Ucap Denny sembari menaiki motor.”Besok loe jangan bolos lagi ya, kalo ngga gue bakalan ngomong sama guru BP biar lo dihukum, gimana? Oke, gue cabut ya takut telat nih, byee!” Ucap Denny sambil menghidupkan motor. “Iyaaa!”Ucapku lantang.
Sampai rumah, aku langsung mandi dan bergegas makan. “Non, darimana saja? Daritadi Tuan mencari Non.”Ucap Bi Ina yang merupakan pembantu rumah. “Dea, kamu kemana saja? Kamu bikin pusing Papa saja, kamu pikir ini rumah kamu? Bisa pergi seenaknya, kamu itu masih punya orangtua disini!” Ucap Papa dengan ketus. “Terserah!” Ucapku meninggalkan ruang makan.”DEA! Kamu dengerin Papa dulu, Papa belum selesai ngomong!” Teriak Papa dengan marah. Aku masuk ke kamar dan tidak keluar lagi sampai besok.
Keesokkan harinya, aku masuk sekolah sesuai dengan ucapan Denny. Aku pergi sarapan di ruang makan dan bertemu dengan Papa. Beberapa menit kami tidak saling bicara. Tetapi akhirnya Papa membuka pembicaraan “Dea, pulang sekolah kamu ikut Papa ya, ke acara Pameran lukisan Papa, disitu nantinya akan bertemu dengan banyak pelukis dan juga kamu bisa lihat hasil kerjaan Papa selama ini, mungkin kamu tertarik dengan lukisan Papa?”Ucap Papa. “Aku gak bisa.”Ucapku ketus.”Dea, sampai kapan kamu membenci lukisan Papa?sampai kapan kamu bicara ketus seperti ini ke Papa? Papa ingin mengenalkan kamu ke teman-teman Papa, mereka penasaran sama kamu, nak. Sebentar saja.” Papa memohon. “Liat ntar deh, kalau pulang cepat ikut, kalau pulang sore gak ikut.”Ucapku sembari berjalan keluar rumah menghidupkan motor. Kulihat Papa menundukkan kepalanya, aku tidak tau dia sedang apa dan juga aku tidak mau tau.
Sampai di kelas, aku melihat Denny memanggil namaku “Dea, pulang sekolah ke Pameran lukisan yuk!” “Ngapain males banget, tadi Papa gue juga ngajak” Ucapku. “Tuh ya, orang tua ngajak malah loe nolak, padahal acaranya dia mustinya loe dukung. Gimana sih jadi anak?! ”Ucap Denny kesal. “Gak penting!”Ucapku ketus. ”Udah deh loe ikut aja, sekali-kali ini, loe belum pernah ke acara pameran Papa loe kan?”Ucap Denny ketus. “Oke, sekali ini aja!”Ucapku. “Nah gitu dong!” Ucap Denny semangat.
Pulang sekolah, aku dan Denny pergi ke acara Pameran lukisan yang diadakan Papa dan teman-teman pelukisnya. Selesai mengantri masuk, betapa kagumnya aku melihat banyak lukisan dari berbagai ukuran. Dan terlebih lagi, aku kagum dengan satu lukisan yang besar berdiri di tengah-tengah lukisan lain dengan pinggirannya dilapisi kain merah yang menandakan dia adalah lukisan yang paling ditunggu untuk dilihat dan harganya pun pasti selangit. Lukisan itu paling banyak dilihat dan dikagumi banyak orang. Setelah aku mengamati lebih dekat, lukisan itu menggambarkan seorang anak perempuan yang sedang tersenyum kearah langit yang berwarna emas kebiruan. Dibelakangnya, terlihat kedua orang tua yang saling berpandangan dengan penuh cinta. Tetapi yang berbeda dari lukisan tersebut, warna-warna yang tergores sangat halus, tebal, teratur, dan sangat indah dipandang. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat nama pelukis tersebut, Rio Heryanto. Pelukis tersebut adalah Papa. Dia memberi judul lukisan tersebut adalah ’Outpouring of affection’ yang artinya mencurahkan kasih sayang. Tiba-tiba, seseorang mendorongku hingga aku jatuh. “Jangan mendekat, kalau tidak saya bunuh kalian!”Ucap seseorang yang memakai jaket hitam dengan masker di muka sambil mengacungkan pistol ke orang-orang yang berada disitu. Setelah sekian detik berdiam, aku akhirnya tau apa yang sedang terjadi, 3 orang tersebut ingin mengambil lukisan Papa. Segera Papa muncul sambil mengangkat tangannya “Tolong jangan ambil lukisannya!” Segeralah aku mengambil tindakan, aku mengambil handphone dan mengetik nomor polisi. Ketika aku ingin menelpon, tiba-tiba “Jangan bergerak! Heh kamu! Sedang apa? Kamu menelpon polisi ya?! Jangan telpon polisi!”Ucap salah satu pencuri tersebut kepadaku. Aku sangat takut tetapi segera aku menempelkan telpon di telinga dan saat itu juga pistol mengarah padaku dan ‘Doorr!!!’ aku memejamkan mata, aku menunggu tetapi anehnya aku tidak merasakan sakit apapun. Aku hanya mendengar orang-orang berteriak histeris dan setelah itu aku dengar suara mobil polisi dan ambulance. Aku masih memejamkan mata, aku terlalu takut membuka mata tetapi aku sangat penasaran pada apa yang terjadi. Akhirnya aku memutuskan membuka mata pelan-pelan, saat itu juga detak jantungku serasa berhenti sesaat, menyaksikan sesuatu yang terjadi di depanku tepat. Seseorang tertembak dan dia jatuh di depanku, darahnya mengalir di sekitarku. Aku sungguh terkejut, aku berteriak dan menangis histeris “PAPAAAA!!!!!!” Ya…orang itu Papa…Dia menyelamatkan nyawaku. Aku tidak kuat melihat semua yang terjadi begitu cepat ini dan..aku pingsan.
Di rumah sakit, aku terbangun dan segera aku turun dari ranjang rumah sakit mencari kamar Papa. Setelah menemukannya, aku langsung masuk dan melihat kondisinya. Aku menangis histeris, menggengam tangan Papa dan berbicara “Paa, bangun paaa! Bangunnn.. Jangan tinggalin Dea, paaaa!!!” Dan sesuatu yang ajaib terjadi, ketika air mataku jatuh di punggung tangannya, tiba-tiba jemarinya bergerak lemah. Saat itu juga, aku terkejut. Papa membuka matanya perlahan diiringi dengan air matanya, ia menangis. Dan aku yakin dia mendengar suaraku. “Pah? Papa udah sadar, aku panggil dokter dulu ya Pah!” Ucapku sembari melepaskan genggamannya. Tetapi sebelum genggamanku terlepas, Papa menahan tanganku, mengenggam tanganku dengan kuat walaupun dia sedang lemah.
“ Dea…., jangan tinggalin Papa dulu…Papa.. butuh kamu… 5 menit saja.. untuk… menemani Papa disini…mendengarkan.. Papa bicara..Nak, Papa ingin kamu tau isi hati Papa selama ini… Papa sangat sayang pada kamu dan Mama… tetapi cara Papa menunjukkan kasih sayang Papa ke kalianlah yang salah… kalian jadi salah paham dengan Papa…kalian mengganggap Papa egois.. tidak peduli dengan kalian.. Papa minta maaf Dea.. Papa minta maaf, Papa tidak berhasil …menjadi seorang ayah bagi kamu dan suami bagi Mama.. Papa hanya mementingkan lukisan saja.. karena Papa hanya bisa menunjukkan kasih sayang Papa ke kalian dengan lukisan yang Papa buat, nak…. Papa mencurahkan semua kasih sayang Papa ke kalian hanya dengan membuat lukisan.. hanya itu yang Papa bisa.. maka dari itu Papa minta kamu…. jangan pernah membenci….. lukisan-lukisan Papa, lihatlah…. dengan hati, seperti… Papa membuat lukisan tersebut…. dengan kasih sayang…. maka akan terpancarlah sebuah keindahan didalamnya…terimakasih…. untuk waktu 5 menit… yang kamu berikan untuk Papa, nak..terimakasih…. karena kamu sudah mau…. melihat lukisan Papa… dan itu berarti Papa berhasil….. menunjukkan kasih sayang Papa ke kamu, nak.. dan Papa sangat bahagia…sangat…akhirnya kamu tau…. perasaan Papa nak..terima..kasihh……untuk …..5 …..menitmuu..nak..Sekarang Papa bisa pergi ..dengan bahagia…selamat tinggal……nak…” Tiba –tiba tangan Papa mengendur dari genggamanku dan aku menangis histeris melihat semua hal ini, aku tidak tau harus berbuat apa, ada banyak penyesalan yang aku rasakan dalam 5 menit bersama Papa, mendengar semua curahan hati Papa yang sangat mendalam, merasakan kasih sayang yang besar dari Papa untukku, Ya.. hanya dengan waktu yang sangat singkat, aku bisa merasakan semuanya, dan aku berharap andai waktu bisa kembali, aku ingin mengubah semuanya , aku ingin lebih peka terhadap perasaan Papa selama ini, aku ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama Papa, melihat lukisan – lukisannya yang mempesona, yang membuat siapapun yang melihatnya jatuh hati… tapi semua sudah terlambat..sangat terlambat…aku menangis sejadi-jadinya, aku sungguh menyesal …sangat menyesal..dan tiba-tiba pemandangan menjadi gelap, aku pingsan lagi.
“Ya..hanya 5 menit yang Tuhan kasih ke saya untuk menyadari semua kasih sayang Papa ke saya, dialah orang yang sangat saya benci sekaligus yang sangat saya cinta. Kata-katanya yang hanya dalam waktu 5 menit, mampu membuat saya sadar bahwa semua yang dilakukannya karena cinta yang tulus, yang akhirnya mengubah saya menjadi anak yang memiliki masa depan seperti sekarang ini. Dan saya sungguh bahagia saya bisa meneruskan karya-karyanya sampai ke Internasional . Jadi.. Inilah kata-kata dari saya untuk kalian, lakukanlah dengan hati karena dengan hati akan memancarkan sebuah keindahan didalamnya, dan juga jangan pernah kalian menyepelekan orang tua kalian, Karena semua itu mereka lakukan untuk kalian, kadang mereka menunjukkan kasih sayang mereka bukan dengan cara yang seperti kita mau tetapi mereka memiliki cara tersendiri untuk menunjukkannya. Jadi sebagai anak, hargailah orang tua sebelum semuanya terlambat, sebelum kalian menyesal nantinya. Cukup sekian sharing yang saya berikan untuk kalian. Terimakasih.” Ucapku. Serentak, tepuk tangan yang meriah mengisi aula tersebut dan aku turun dari panggung dengan senyuman yang tiada henti. Senyuman bahagia. Terimakasih untuk waktu 5 menit yang paling berharga dalam hidupku.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
901
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan