- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menulis Untuk Melawan


TS
ryan.manullang
Menulis Untuk Melawan

(psikologikita.com)
Quote:
Tulisan ini lebih difokuskan dan dikonsepsikan untuk membangun motivasi kita saat ini yang ambivalen dan terkesan stagnan dalam menulis. Bukan karena kita tidak memiliki ide, konsep, ataupun gagasan, tapi lebih disebabkan karena ketiadaan gairah kita dalam memaknai makna dari sebuah tulisan dalam perspektif eksistensi sebagai seorang yang berpotensi dan berbakat.
Di mana pun, kapan pun, tentang apa pun, dengan fasilitas apa pun, dalam suasana hati yang bagaimana pun, kita bisa menuangkan ide, merangkai kata demi kata, menyusun kalimat penuh makna, mengasah dan menajamkannya sehingga menjadi senjata yang paling menakutkan, mematikan, dan beracun. Maka, tunggu apa lagi, ayo menulislah!
Sejatinya sebuah keniscayaan program menulis adalah hak prerogatifsemua manusia, karena sesungguhnya semua manusia memiliki potensi itu. Sesungguhnya pula niatan untuk menulis bukan hanya dilatarbelakangi oleh tuntutan profesi semata, tapi lebih disebabkan sebuah keinginan besar untuk mengaktualisasikan semua konsep, ide, dan gagasan yang memiliki nilai guna besar bagi yang membacanya. Itu substansi dan esensinya.
Pada dasarnya seluruh populasi umat manusia yang sebenarnya cenderung kuat memiliki ide, gagasan, dan konsep, jangan hanya dibatasi dalam bentuk verbalistik (lisan/berbicara). Sudah banyak motivator mengajak orang menyukai dunia tulis-menulis. Saking semangatnya mengajak mencintai dunia tulis-menulis, sebagian motivator itu rela berubah diri menjadi provokator! Tentu saja dalam arti positif, ingin menjadikan semua orang tergugah menulis. Kekuatan dalam sebuah tulisan, kita sering terkesima dengan hebatnya tulisan cerpenis, novelis, script writer, dan penulis-penulis yang mengusung ide-ide sarkas, vandal, puitis, humanis, realis, ideologis, bahkan sampai tulisan jorok atau porno. Setelah membacanya, tak jarang kita menangis, merenung, berahi, bertanya, menginstrospeksi diri, marah, benci, tersenyum, tertawa terpingkal-pingkal, bahkan tak jarang sebuah tulisan mampu menjadi alat untuk membangkitkan militansi, membuat orang lalim jadi alim, membuat orang alim jadi zalim. Membuat berani para penakut, membuat kuat manusia lemah, membuat romantis para pecinta, menciutkan nyali musuh, membuat berang penguasa korup dan tiran, tulisan mampu menyemai harapan bagi jiwa-jiwa hampa yang dijajah ketidakadilan, tulisan juga mampu menunjukkan letak keunggulan sebuah kemenangan peradaban, keunggulan sistem kehidupan dan berketuhanan.
Tapi, pernahkah terbersit dalam benak kita, bahwa kita juga mampu menjadi satu manusia hebat itu, manusia yang diberi kelebihan dengan mata yang normal, indra yang berfungsi dan faktor x yang tak jarang kita sadari berada di sekitar kita dan kapan saja akan selalu siap memberi dukungan. Pernahkah kita mensyukuri anugerah huruf, kata, kalimat, dan paragraf yang berhasil ditemukan dan dikreasi manusia.
Siapakah yang berada di balik kehebatan penulis dalam meramu tulisannya. Bukankah ada sesuatu Yang Maha (Tuhan) yang telah memberi penulis itu tekad membaja, emosi yang stabil, intuisi, dan indera kepenulisan yang peka. Karena itu, ambil kertas dan pena merenunglah sejenak dan menulislah untuk kemenanganmu, buatlah puisi, cerpen, novel, artikel, buku, dan sebagainya. Sisihkan waktumu, hidupkan CPU, monitor, laptop/notebook, dan buatlah tulisan yang mampu membangkitkan para pembaca agar mereka tergerak untuk berbuat, untuk membela keadilan, untuk melawan beragam hegemoni yang sengaja dijajahkan kedalam batok-batok kepala kita dan generasi kita yang lainnya. Menulis menjadi media untuk membuktikan identitas dan entitas dirimu. Orang akan melihat, memandang, dan berpikir lain tentang dirimu, jikalau dirimu mampu berbuat meskipun hanya melalui sebuah tulisan.
Membangun Budaya Menulis tak sedikit orang menganggap apa yang ditulis dan dilontarkan adalah ide-ide narsis, kiri, dan antitoleransi. Tapi, ketahuilah bahwa seorang penulis harus memiliki misi, visi, dan power untuk mengabdi dan berkontribusi. Jangan pernah bangga dengan keindahan tulisan semata, tetapi banggalah apabila dalam sebuah tulisan terdapat nilai idealisme, manfaat sampai dengan tulisan yang memiliki nilai ideologis sekalipun.
Bahkan, secara ekstrem, menulis dianalogikan sebagai salah satu cara melawan gila dan menciptakan peradaban baru. Sejarah telah mencatat bangsa yang lebih kuat budaya tulisan menjadi lebih maju dibandingkan bangsa berbudaya lisan. Ini bukan berarti budaya lisan itu tidak baik. Sama sekali bukan. Budaya menulis mampu memberikan peninggalan berharga kepada generasi-generasi sesudahnya secara runtut. Dari peninggalan itulah setiap generasi belajar dari masa lalu untuk membangun peradabannya kini dan masa depan.
Harus kita sadari bahwa setiap orang bisa dibangunkan oleh ragam tulisan. Sebaliknya, ragam tulisan itu dibangun oleh para penulis untuk menjauhkan mereka dari kematian pikiran. Menulis telah menjadi bagian dari upaya membangun pikiran, membentuk kemanusiaan dan menghidupkan kematian pikiran itu sendiri. Jangan pernah khawatir menulis rentan mengalami gangguan jiwa, tentu saja hal ini menjadi paradoks lain dalam dunia menulis.
Pada penulis yang aktif dan total mencurahkan hidupnya untuk menulis, hal ini seolah menempatkan dirinya pada gelanggang pertarungan yang berat. Di satu sudut yang dihadapinya adalah pekerjaan membangun peradaban, di sudut lain dia harus melawan dirinya agar tidak menjadi gila. Walau ada ancaman menjadi gila, jangan takut untuk tetap menulis. Kalau pun kita harus bertarung dengan risiko, itu hanya masalah managemen diri. Akan lebih mantap lagi bila mampu memenangkan peradaban, sekaligus mengalahkan bahaya gila. Menarik apa yang dikatakan Arswendo Atmowiloto (Penulis dan Wartawan) untuk direnungkan, "Ada yang mengatakan saya ini gila menulis. Ini mendekati benar, karena kalau tidak menulis, saya pastilah gila, dan karena gila makanya saya menulis." Seperti apa yang dikatakan Sayyid Quthb (penyair dan anggota utama Ikhwanul Muslimin era 1950-an) Bahwa satu peluru hanya dapat menembus satu kepala, namun satu tulisan dapat ribuan bahkan jutaan kepala.
Isi kolom-kolom jurnal, opini di surat kabar lokal maupun nasional dengan tulisan-tulisan ideologis, kirim terus artikel ke redaktur, jangan ciut walau terus ditolak introspeksi tulisan dan terus membenahinya. Jangan dengarkan cemooh manusia-manusia pecundang, tataplah kedepan bahwa saat ini adalah saat yang tepat para penulis tampil menunjukkan eksistensi. Selamat menulis dan meraih serta memenangkan peradaban!!!
[URL=http://lamposS E N S O R/]artikel[/URL]
Diubah oleh ryan.manullang 02-02-2018 13:35
0
1.2K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan