- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kisah Kodir Jualan Keliling Sambil Rawat Anaknya yang Difabel
TS
rasrobek
Kisah Kodir Jualan Keliling Sambil Rawat Anaknya yang Difabel
Quote:
Kisah Kodir Jualan Keliling Sambil Rawat Anaknya yang Difabel

Foto: Kodir dan anaknya (Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom)
Jakarta - Jakarta sore itu menjadi tempat peruntungan kesekian kalinya bagi Kodir (63) untuk mencari rezeki. Dia bersama anaknya Deni (24) menjajakan berbagai macam rokok kepada sejumlah warga di sepanjang Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan.
Deni menemani bapaknya berjualan dengan menggunakan kereta dorong khusus. Kereta dorong itu dialasi oleh papan, potongan kasur dan bantal yang sengaja dibuat oleh Kodir.
Kodir lalu menarik kereta dorong itu sambil membawa dagangan yang dijajakannya kepada pelanggan. Mereka biasa berjualan selepas salat asar.

Foto: Kodir dan anaknya (Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom)
Keduanya berangkat dari dekat kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur hingga Semanggi. Setelah itu, Kodir dan Deni putar balik dan sampai di rumah malam hari.
"Dari kantor BNN sampai Semanggi balik lagi, Semanggi balik lagi ke BNN," kata Kodir, saat ditemui di Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Sabtu (14/10) lalu.
Kodir lantas menceritakan pengalamannya dulu hingga dia berpindah ke Jakarta. Awalnya Kodir hidup di sebuah kampung di Ciamis dan termasuk orang yang kurang secara ekonomi.
Kodir mempunyai dua anak dan salah satu anaknya itu tergolong difabel. Dia awalnya sangat sedih saat mengetahui anaknya itu memiliki kebutuhan khusus.
Namun hidup harus terus berjalan. Kodir kemudian mendapat saran untuk berpindah ke kota besar. Dia bersama Deni akhirnya mencoba peruntungannya di Ibu Kota.
"Ya pertama kan hidup saya di kampung, di kampung, emang saya bisa dikatakan orang paling kere, buat makan saja kesusahan hanya itu, sekarang makan, besok nggak tahu kaya gimana. Punya anak begini, ya sedih banget, dari pas lahir sampai dua, tiga empat tahun, hampir empat tahun, ada yang cerita dari repot banget, mending berangkat ke Jakarta," tuturnya.
Pengalaman pertamanya tiba di Jakarta adalah saat era Orde Baru jatuh. Kala itu kerusuhan terjadi di Ibu Kota. Kodir mengingat betul saat dirinya menggendong Deni keluar dan terhindar dari kerusuhan.
"Dulu mah digendong, pas zaman pak Harto bakar-bakaran, digendong, jalan kaki," ujar Kodir.
Tahun demi tahun terus berlalu. Kodir mencoba usaha lain hingga akhirnya dia berjualan rokok di sepanjang Jalan MT Haryono. Keduanya juga memang berniat untuk membuka usaha lain namun apa daya tak ada modal yang cukup untuk memulainya. (knv/nvl)
https://m.detik.com/news/berita/d-36...a-yang-difabel
Ane pernah liat nih
Pas lagi sholat Zuhur di mesjid belakang tra*s tv
Yah semoga adanya gub baru kehidupan Kodir dan anaknya bisa lebih baik

Foto: Kodir dan anaknya (Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom)
Jakarta - Jakarta sore itu menjadi tempat peruntungan kesekian kalinya bagi Kodir (63) untuk mencari rezeki. Dia bersama anaknya Deni (24) menjajakan berbagai macam rokok kepada sejumlah warga di sepanjang Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan.
Deni menemani bapaknya berjualan dengan menggunakan kereta dorong khusus. Kereta dorong itu dialasi oleh papan, potongan kasur dan bantal yang sengaja dibuat oleh Kodir.
Kodir lalu menarik kereta dorong itu sambil membawa dagangan yang dijajakannya kepada pelanggan. Mereka biasa berjualan selepas salat asar.

Foto: Kodir dan anaknya (Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom)
Keduanya berangkat dari dekat kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur hingga Semanggi. Setelah itu, Kodir dan Deni putar balik dan sampai di rumah malam hari.
"Dari kantor BNN sampai Semanggi balik lagi, Semanggi balik lagi ke BNN," kata Kodir, saat ditemui di Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Sabtu (14/10) lalu.
Kodir lantas menceritakan pengalamannya dulu hingga dia berpindah ke Jakarta. Awalnya Kodir hidup di sebuah kampung di Ciamis dan termasuk orang yang kurang secara ekonomi.
Kodir mempunyai dua anak dan salah satu anaknya itu tergolong difabel. Dia awalnya sangat sedih saat mengetahui anaknya itu memiliki kebutuhan khusus.
Namun hidup harus terus berjalan. Kodir kemudian mendapat saran untuk berpindah ke kota besar. Dia bersama Deni akhirnya mencoba peruntungannya di Ibu Kota.
"Ya pertama kan hidup saya di kampung, di kampung, emang saya bisa dikatakan orang paling kere, buat makan saja kesusahan hanya itu, sekarang makan, besok nggak tahu kaya gimana. Punya anak begini, ya sedih banget, dari pas lahir sampai dua, tiga empat tahun, hampir empat tahun, ada yang cerita dari repot banget, mending berangkat ke Jakarta," tuturnya.
Pengalaman pertamanya tiba di Jakarta adalah saat era Orde Baru jatuh. Kala itu kerusuhan terjadi di Ibu Kota. Kodir mengingat betul saat dirinya menggendong Deni keluar dan terhindar dari kerusuhan.
"Dulu mah digendong, pas zaman pak Harto bakar-bakaran, digendong, jalan kaki," ujar Kodir.
Tahun demi tahun terus berlalu. Kodir mencoba usaha lain hingga akhirnya dia berjualan rokok di sepanjang Jalan MT Haryono. Keduanya juga memang berniat untuk membuka usaha lain namun apa daya tak ada modal yang cukup untuk memulainya. (knv/nvl)
https://m.detik.com/news/berita/d-36...a-yang-difabel
Ane pernah liat nih
Pas lagi sholat Zuhur di mesjid belakang tra*s tv

Yah semoga adanya gub baru kehidupan Kodir dan anaknya bisa lebih baik

edv039 memberi reputasi
1
2.6K
Kutip
9
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan