Spoiler for Safari Jokowi ke Para Kiai dan Santri:
Quote:
Jakarta -
"Beremma kaberre?" Begitu Presiden Joko Widodo menyapa para santri dan kiai di Pesantren Al Amien Prenduan, Sumenep, 8 Oktober lalu. Tapi hadirin malah tertawa. Mungkin dialek sang presiden kurang tepat. Atau belum sefasih Soekarwo, gubernur Jawa Timur yang sebelumnya juga menggunakan Bahasa Madura saat menyapa para santri
Jokowi tak kapok. Di akhir sambutan dia kembali menggunakan bahasa Madura. "Mator sakalangkong." Aha... Sepertinya sudah tepat. Para santri dan kiai se-Madura terlihat senang dan bertepuk tangan.
Selain ke Al Amien, Jokowi juga menyambangi dua pesantren lainnya yakni Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk untuk menghadiri peringatan Hari Perdamaian Internasional yang dihelat di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah. Dari Guluk-Guluk, dia ke Al Amien Prenduan untuk mengikut Halaqah Kebangsaan Ulama, Pengasuh Pesantren, dan Santri Berprestasi se-Madura. Terakhir Presiden dan rombongan beranjak ke Pondok Pesantren Al Karimiyyah, Beraji, di Kecamatan Gapura.
Sepanjang 2017, setidaknya Presiden Jokowi telah 13 kali melakukan pertemuan dengan para kiai, ulama, dan para santri. Lima pertemuan diantaranya digelar di Istana Negara, dan selebihnya Presiden yang langsung mengunjungi pesantren atau acara pengajian.
Pengamat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli menilai pertemuan itu sebagai langkah politik strategis Jokowi. Dia harus menetralisir citra seolah tidak berpihak kepada umat Islam sekaligus menggaet dukungan politik.
"Orang pasti menafsirkan peristiwa ini merupakan bagian seri demonstrasi besar 411, 212, dan seterusnya. Presiden menunjukkan bukti bahwa ia tidak seperti yang ditudingkan sebagian kalangan," kata Lili ketika berbincang dengan detikcom, Minggu (15/10/2017).
Selain itu untuk menetralisir citra antiislam, safari tersebut juga dimaksudkan untuk menggaet dukungan politik atas kebijakan pemerintah, terutama Perppu Ormas. Presiden berbicara terbuka kepada beberapa ulama mengenai pentingnya Perppu itu.
"Ini adalah cara presiden untuk menggaet dukungan dari semua lini. Karena wibawa presiden dipertaruhkan jika Perppu ini sampai gagal di DPR," jelasnya.
Sejauh ini, Lili melanjutkan, safari pertemuan dengan ulama ini berhasil menyurutkan antipati terhadap presiden. Survei Indikator Politik pada 17-24 September 2017 menunjukkan elektabilitas Jokowi masih tinggi. Persepsi bahwa Jokowi anti Islam hanya ditunjukkan oleh 6 persen dari 1.220 respondennya. Sedangkan 65 persen menyebutkan Presiden Jokowi membela Islam, dan sisanya tidak memberikan komentar.
Peneliti Lembaga Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyebutkan elektabilitas Jokowi sebenarnya sudah terseok pada Januari 2017 lalu, persis setelah rangkaian demonstrasi. Namun pelan-pelan elektabilitasnya merangkak seiring keterbukaannya dengan ulama.
"Kami mengelola survei yang dikelola informal dan formal. Pada Januari 2017 lalu memang anjlok. Ini jelas menunjukkan bahwa pertemuan dengan ulama secara intensif memiliki dampak besar," jelas Muhtadi.
Staf Khusus Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Dimas Oky Nugroho membantah jika pertemuan dengan ulama ini merupakan reaksi atas seri demontrasi pada akhir 2016 lalu. Menurutnya presiden terus memelihara kedekatannya dengan ulama, bahkan sejak maju menjadi calon gubernur DKI Jakarta 2011 lalu.
"Ada kok habib yang mendukung Jokowi-Ahok terus berhubungan baik, walau pada pilgub DKI Jakarta terakhir ia mendukung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno," jelasnya.
Klo isu dan hoax tidak diimbangi dengan safari yg bisa memberi penjelasan langsung, lama2 bisa jadi gelombang besar kebenaran yg termanipulasi, masih banyak kalangan santri yg terbatas akses informasinya, safari juga mendekatkan jarak antara pemimpin dan rakyatnya