ikawangidewataAvatar border
TS
ikawangidewata
ATRAKSI JARANAN BUTO MENGHEBOHKAN WISATAWAN MANCANEGARA
Acara diawali tembang Umbul-umbul Blambangan yang dibawakan dengan penuh semangat oleh Miswanto diiringi gamelan Ikawangi. Penonton yang berdiri disamping kiri kanan lapangan ikut berjoged menghangatkan sore yang cerah itu. Seusai lagu, sang dalang Ki Noto Jiwo menyapa penonton dan sekilas menjelaskan tentang jaranan buto, tabuhan kendang Surahmin menanjak ritmenya seolah memanggil para ksatria raksasa untuk maju ke palagan berlantai beton warna hijau.



Satu persatu jaranan buto masuk ke palagan, menerobos dari belakang penonton yang duduk di tangga, penampakan sosok jaranan yang sangar, besar, kekar mengenakan baju berwarna warni penuh aksesoris membuat penonton berdecak kagum. Jaranan pertama yang maju merupakansosok prajurit diperankan supeno, gerakan yang dibawakan menggambarkan sosok raksasa yang sedang memamerkan kekuatan dan kelincahan, disusul kemudian prajurit kedua yang perankan Sofyan.

"Hok yah hok yah hah hah hah," teriak sang panjak Miswanto menyambut kehadiran Jaranan ketiga karakter Patih, dibawakan Basir yang berperawakan gempal namun lincah. "Jarane lemu-lemu, hok hah hok hah," tambah Miswanto membuat penonton tersenyum simpul.



Jaranan keempat masih karakter Patih, diperankan oleh Solihin yang tak galah gempal tubuhnya. Gerakan Jaranan Patih tampak liat dan bertenaga. Muncul juga sosok bertopeng yang menari lincah menggoda para Jaranan. Sosok bertopeng adalah penggambaran punakawan yang dibawakan oleh ki Noto Jiwo.

Masuk berikutnya ke palagan sosok Jaranan raja yang dibawakan oleh Arifin, perawakan tak kalah gempal, selain liat gerakannya juga sedikit membanyol, memikat penonton.



Sosok terakhir yang masuk adalah Jaranan Raja yang diperankan Efendy, muncul dari sisi utara palagan. Gerakannya yang lincah berkarakter memukau penonton dan mendapat aplus meriah.

Keenam karakter raksasa yang naik kuda berkepala binatang merupakan perwujudan kesenian jaranan buto, yang mengadopsi tokoh legendaris dari Blambangan/Banyuwangi yaitu Menak Jinggo yang dianggap besar dan gagah perkasa. Kuda menggambarkan semangat perjuangan tanpa kenal lelah para ksatria.

Keenam jaranan buto dan punakawan menari membentuk lingkaran. Masing-masing menampilkan gerakan menyerupai raksasa yang siap berperang. Rias wajah para buto terdiri dari kombinasi tiga warna, yaitu merah, hitam dan putih. Hitam melambangkan keteguhan, merah symbol keberanian dan pantang menyerah sedangkan putih bermakna suci dan kejernihan hati.



Sesi berikutnya adalah latihan adu kanuragan antar karakter buto. Jaranan ditaruh lalu buto bertarung satu lawan satu dan punokawan bertindak sebagai semacam wasit, dua petarung satu ronde. Masuk ronde kedua pertarungan menjadi agak liar, ada yang curang menendang lawan dari belakang sebelum ronde dimulai, namun situasi masih dapat dikendalikan.

Seiring berjalan waktu, situasi makin memanas, tiba-tiba sosok Jaran Raja Efendy kerasukan/kerauhan. Matanya merah melotot, gerakannya tidak terkontrol. Dia menantang semua buto untuk bertarung dengannya, ketika satu buto bertarung dengannya, dia menggigit dan menggelut lawannya. Perlu beberapa orang pawang untuk memisahkan pergumulan. Lalu satu buto lagi juga kerasukan, keadaan menjadi agak kacau meski masih dalam kontrol para pawang.



Pawang atau gambuh yang digawangi Mangkujawi, Joko Senoaji, Sukam dan Sunar harus bekerja ekstra untuk mengendalikan situasi. Buto yang kerasukan mengunyah beras kuning dan menunjukkan kemampuannya dengan dicambuk berkali-kali, kemudian digebuk pakai bongkok/pelepah kelapa hingga patah berantakan. Setiap usai dicambuk/digebuk si buto menggulat lawannya, pawang harus sigap untuk memisahkan pergumulan.

Matahari mulai tenggelam di ufuk barat dan penonton menjadi tegang menyaksikan adegan yang berbau mistis, ditambah bau kemenyan dan asap dupa terus mengepul, bahkan ada salah satu buto yang memakan arang yang sedang menyala merah.



Pertarungan antar buto semakin seru, tiap duel harus dipisah oleh beberapa pawang karena pergumulan yang tidak terkendali, puncaknya ketika salah satu buto memakan ayam hidup-hidup, ayam yang sempat lari dicengkeram oleh buto lalu dicokot hingga darah berceceran dilantai hingga membuat sebagian penonton tampak bergidik cemas. Pawang kemudian mulai melucuti satu persatu buto dari pengaruh kerasukan. Buto langsung lemas begitu sadar dari pengaruh kerasukan, sebagian dibopong ke pinggir lapangan.

Ditengah situasi yang mencekam, tiba-tiba muncul sosok kucing-kucingan yang menawan dan jenaka. karakter kucing gembul yang dimainkan apik oleh Ainul Yakin. Gerakannya trengginas dan lucu, menari sembari sesekali membuka topeng kucingnya, ketika topeng dibuka ada dua karakter yang dimainkan, yaitu kucing dan dirinya sendiri yang kadang malah saling bertengkar. Penonton terbahak menyaksikan tingkah polah sang kucing.



Kemudian ada salah satu penonton yang nyawer (membagikan uang) kepada kucing, penonton itu menggoda si kucing dengan cara melambai-lambaikan lembaran uang hingga kucing kesulitan menangkap pakai mulutnya. Penonton yang ikut nyawer sembari berjoged bareng kucing terus bertambah, lapangan makin ramai oleh penonton yang nyawer, ada bule, ibu-ibu sampai anak-anak yang ikut nyawer sebagai apresiasi pada para seniman yang tampil. Yang juga unik, sebelum tampil jaranan sempat berfoto dengan karakter robot di Mall menampakkan kontras antara tradisional dengan modernitas.

Ketua Umum Ikawangi Dewata, Agustinus Winjaya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada semua penampil dan penonton. "Kami mengucapkan terima kasih atas penampilan yang menawan dan apresiasi penonton yang gembira menonton sampai akhir," ujarnya. Dia juga mengingatkan bahwa Sabtu depan masih ada gelaran Kuntulan khas Ikawangi Dewata.



Atraksi yang memukau ditutup ketika langit makin gelap, semua penampil masuk ke lapangan dan memberikan penghormatan pada para penontoh, tepuk tangan membahana ke seantero penjuru.

Penampilan kesenian Jaranan Buto Ikawangi Dewata menghebohkan wisatawan dan pengunjung Discovery Shopping Mall di Kuta, Sabtu (14/10) kemarin. Dalam rangkaian acara INDONESIA CULTURE PERFORMANCE minggu kedua, tim kebudayaan Ikawangi Dewata pimpinan Budi Susanto mengejutkan pengunjung dengan munculnya para ksatria raksasa penunggang kuda yang dikenal dengan sebutan Jaranan Buto. Atraksi didepan wisatawan mancanegara itu membuat Jaranan Buto yang menjadi salah satu kesenian asli dari Banyuwangi semakin mendunia.

===
FOTO & TULISAN merupakan dokumentasi & redaksi TS
0
17.9K
66
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan