- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cinta Buat Cowok Brengsek Itu


TS
tukangmasakng
Cinta Buat Cowok Brengsek Itu
Part 1, Hari pertama MOS dan perkenalan itu.
Sebelum cerita dimulai, semua rules mengikuti rules SFTH
Cerita ini dari sudut pandang seorang cewek yg ngasih buku diarynya ke gw. Jadi jika ada yg kurang dimengerti, mohon maaf dan emang gak gampang
Pagi hari, Bulan Juli tahun 2013
"Nduk, ayo bangun. Udah jam 5 pagi nih"
Aku mengerjapkan mata beberapa kali sampai pandanganku jelas. Kulihat Ibu duduk di pinggir tempat tidurku sambil tersenyum.
"Iya mah, aku udah bangun kok
." Suaraku terdengar serak. Yah, aku memang sedang sakit beberapa hari ini.
Ibu masih tersenyum dan mengelus rambut panjangku. "Mandi ya, ibu udah siapin air anget. Abis itu kita sarapan bareng bapak ya."
Aku hanya mengangguk dan segera berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku.
Sebelumnya, kenalin namaku Riris, aku tinggal di kota boyolali. Kota kecil yang sangat damai. Cerita ini berawal di masa SMK sampai aku lulus SMK. Jadi mungkin gak terlalu panjang.
Sekarang umurku 15 tahun, seperti rata-rata umur anak lainnya yang baru lulus dari bangku SMP. Kedua orang tuaku memiliki peternakan sapi perah, ya, kotaku juga terkenal dengan susu segarnya, hehehe. Bisa dibilang, hidupku sangat berkecukupan. Tapi aku tidak menjadi sombong karena itu. Orang tuaku pun sangat melarang aku untuk menyombongkan diri.
"Nduk, ayo sarapan terus berangkat ke sekolah! Cah wedok siji ki adus'e suwemen"
Aku tersadar dari lamunanku. Itu suara bapak. "Iya sebentar lagi pak, hehehe." Kupercepat kegiatanku dan segera menyusul kedua orang tuaku di meja makan.
Selesai sarapan, aku pamit pada ibu dan cium tangannya seperti biasa. "Hati-hati ya nduk, jaga sikap dan jaga diri"
Selama di perjalanan aku lebih banyak berpikir nanti di sekolah baru. Jujur, aku sangat grogi (takut, mungkin) jika nanti para pembina MOS galak. Tiba-tiba bapak menepuk pundakku pelan.
"Ndak sah takut
, yang penting di inget kata-kata ibu tadi. Kalo kamu gak salah gak mungkin di omelin kan?"
Aku menatap bapak yang masih memegang kemudi. Aku pun tersenyum 'bener juga yang bapak bilang. Kalo aku gak salah ya gak di omelin.' pikirku.
"Pak, nanti anternya gak usah sampe depan gerbang ya. Turunin deket sekolah aja.
" kataku.
Bapak menatapku sekilas "Kenapa? Malah enak kalo bapak anter sampe depan gerbang tho?"
Aku hanya menggeleng. "Riris gak mau dibilang anak sombong sama yang lain gara-gara dianter naik mobil."
Bapak mengangguk-anggukan kepalanya sambil tertawa. "Yo wes. Ntar bapak turunin deket sekolah."
~~~~~~
Setelah perjalanan selama 45 menit dari rumah ke sebuah SMK di kota Solo, aku sampai juga di sekolah.
Bapak sudah berlalu karena ada urusan penting dengan beberapa konsumen. Aku menghela napas untuk menenangkan pikiranku. "Semoga gak ada hal yang aneh-aneh
"
Setelah sedikit lebih tenang, aku pun masuk ke area sekolah. Pintu masuk sekolah ini berbentuk lorong pendek dengan pintu teralis.
"Dek, anak kelas 1 kumpulnya di Aula besar ya
"
Aku menoleh ke arah sumber suara cewek tadi. Cantik. itu pikirku pertama kali saat melihat kakak itu. Tubuhnya mungil dan lebih pendek dariku (tinggiku hampir 172cm)
.
"Eh iya kak. Terima kasih." Jawabku gugup lalu berjalan ke arah yang ditunjuk oleh kakak tadi.
Setelah sampai di depan pintu aula, aku melihat sudah hampir penuh dengan peserta MOS dan anggota OSIS. Kebanyakan peserta MOS hanya diam (belum kenal satu sama lain sih
). Aku memilih duduk di deretan terdepan. Di belakang sudah di isi oleh anak laki-laki yang terlihat culun (atau kurang pede? Pokoknya aku gak seneng sama cowok model begitu).
Aku melirik jam tangan yang kupakai. Sudah hampir pukul 7 pagi, sebentar lagi masuk.
"Mohon perhatiannya sebentar!"
Aku mengangkat pandanganku dan melihat seorang guru perempuan (tatapan galak banget
) sedangkan berdiri di depan sambil memegang sebuah kertas.
"Ibu mau mengabsen satu persatu, yang namanya ibu panggil, dipersilahkan menjawab 'hadir' "
Guru itu mulai mengabsen. Setelah absen itu, aku tau dua orang cewek di sampingku bernama April dan Tina. Tapi ada satu murid cowok yang belum datang. Kabar buruknya, bangku kosong tinggal disebelahku
.
April dan Tina mulai berbicara
Aku hanya geleng-geleng sambil tertawa pelan melihat pipi Tina memerah gara-gara di cengin sama April.
Aku masih tertawa saat melihat cowok itu masuk berbarengan dengan suara bel. Tingginya sama denganku, celana SMP yang dia pakai panjang (SMP di Solo setauku pakai celana pendek selutut) jadi bisa kusimpulkan dia bukan orang asli Solo. Seragamnya tertutup jaket kulit hitam, rambut panjang yang dia ikat kebelakang dan memakai sepatu ki*kers cokelat. Auranya intimidatif, membuatku tak berani menatapnya lama-lama.
"Permisi bu, maaf saya datang tepat saat bel. Saya minta izin untuk duduk."
Suara cowok itu lembut tapi nada bicaranya seperti orang yang ngajak berantem. Setelah di izinkan duduk, cowok itu berjalan ke arah kursi di sebelahku.
"Misi ya, gw duduk di sebelah lu." Nada bicaranya santai, tapi menurutku agak kasar. Jadi aku hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara.
Dia pun duduk di sebelahku dan melepaskan jaketnya. Samar-samar tercium aroma parfum khas cowok yang sangat kusuka.
Saat aku sedang bengong dan menikmati aroma parfumnya, tiba-tiba cowok itu mengulurkan tangannya. "Widhi..."
Aku masih bengong dan tak sadar. Sampai dia melambaikan tangannya di depan wajahku. "Hey! Lu denger gak sih?"
Aku kaget sekali dan tersadar "eh... i... Iya... Aku Riris." Jawabku dengan wajah merah. Malu! Sumpah, malu banget. Jangan-jangan dia tau dari tadi aku nikmatin aroma parfumnya.


"Lu tadi lagi...."
Ciaaaat!!!
lanjut besok sob 
Reader : TS kampret kentang aja

Sebelum cerita dimulai, semua rules mengikuti rules SFTH

Cerita ini dari sudut pandang seorang cewek yg ngasih buku diarynya ke gw. Jadi jika ada yg kurang dimengerti, mohon maaf dan emang gak gampang

Pagi hari, Bulan Juli tahun 2013
"Nduk, ayo bangun. Udah jam 5 pagi nih"

Aku mengerjapkan mata beberapa kali sampai pandanganku jelas. Kulihat Ibu duduk di pinggir tempat tidurku sambil tersenyum.
"Iya mah, aku udah bangun kok

Ibu masih tersenyum dan mengelus rambut panjangku. "Mandi ya, ibu udah siapin air anget. Abis itu kita sarapan bareng bapak ya."
Aku hanya mengangguk dan segera berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku.
Sebelumnya, kenalin namaku Riris, aku tinggal di kota boyolali. Kota kecil yang sangat damai. Cerita ini berawal di masa SMK sampai aku lulus SMK. Jadi mungkin gak terlalu panjang.
Sekarang umurku 15 tahun, seperti rata-rata umur anak lainnya yang baru lulus dari bangku SMP. Kedua orang tuaku memiliki peternakan sapi perah, ya, kotaku juga terkenal dengan susu segarnya, hehehe. Bisa dibilang, hidupku sangat berkecukupan. Tapi aku tidak menjadi sombong karena itu. Orang tuaku pun sangat melarang aku untuk menyombongkan diri.
"Nduk, ayo sarapan terus berangkat ke sekolah! Cah wedok siji ki adus'e suwemen"

Aku tersadar dari lamunanku. Itu suara bapak. "Iya sebentar lagi pak, hehehe." Kupercepat kegiatanku dan segera menyusul kedua orang tuaku di meja makan.
Selesai sarapan, aku pamit pada ibu dan cium tangannya seperti biasa. "Hati-hati ya nduk, jaga sikap dan jaga diri"

Selama di perjalanan aku lebih banyak berpikir nanti di sekolah baru. Jujur, aku sangat grogi (takut, mungkin) jika nanti para pembina MOS galak. Tiba-tiba bapak menepuk pundakku pelan.
"Ndak sah takut

Aku menatap bapak yang masih memegang kemudi. Aku pun tersenyum 'bener juga yang bapak bilang. Kalo aku gak salah ya gak di omelin.' pikirku.
"Pak, nanti anternya gak usah sampe depan gerbang ya. Turunin deket sekolah aja.

Bapak menatapku sekilas "Kenapa? Malah enak kalo bapak anter sampe depan gerbang tho?"
Aku hanya menggeleng. "Riris gak mau dibilang anak sombong sama yang lain gara-gara dianter naik mobil."
Bapak mengangguk-anggukan kepalanya sambil tertawa. "Yo wes. Ntar bapak turunin deket sekolah."
~~~~~~
Setelah perjalanan selama 45 menit dari rumah ke sebuah SMK di kota Solo, aku sampai juga di sekolah.
Bapak sudah berlalu karena ada urusan penting dengan beberapa konsumen. Aku menghela napas untuk menenangkan pikiranku. "Semoga gak ada hal yang aneh-aneh

Setelah sedikit lebih tenang, aku pun masuk ke area sekolah. Pintu masuk sekolah ini berbentuk lorong pendek dengan pintu teralis.
"Dek, anak kelas 1 kumpulnya di Aula besar ya

Aku menoleh ke arah sumber suara cewek tadi. Cantik. itu pikirku pertama kali saat melihat kakak itu. Tubuhnya mungil dan lebih pendek dariku (tinggiku hampir 172cm)

"Eh iya kak. Terima kasih." Jawabku gugup lalu berjalan ke arah yang ditunjuk oleh kakak tadi.
Setelah sampai di depan pintu aula, aku melihat sudah hampir penuh dengan peserta MOS dan anggota OSIS. Kebanyakan peserta MOS hanya diam (belum kenal satu sama lain sih

Aku melirik jam tangan yang kupakai. Sudah hampir pukul 7 pagi, sebentar lagi masuk.
"Mohon perhatiannya sebentar!"
Aku mengangkat pandanganku dan melihat seorang guru perempuan (tatapan galak banget

"Ibu mau mengabsen satu persatu, yang namanya ibu panggil, dipersilahkan menjawab 'hadir' "
Guru itu mulai mengabsen. Setelah absen itu, aku tau dua orang cewek di sampingku bernama April dan Tina. Tapi ada satu murid cowok yang belum datang. Kabar buruknya, bangku kosong tinggal disebelahku

April dan Tina mulai berbicara
Quote:
Aku hanya geleng-geleng sambil tertawa pelan melihat pipi Tina memerah gara-gara di cengin sama April.
Aku masih tertawa saat melihat cowok itu masuk berbarengan dengan suara bel. Tingginya sama denganku, celana SMP yang dia pakai panjang (SMP di Solo setauku pakai celana pendek selutut) jadi bisa kusimpulkan dia bukan orang asli Solo. Seragamnya tertutup jaket kulit hitam, rambut panjang yang dia ikat kebelakang dan memakai sepatu ki*kers cokelat. Auranya intimidatif, membuatku tak berani menatapnya lama-lama.
"Permisi bu, maaf saya datang tepat saat bel. Saya minta izin untuk duduk."
Suara cowok itu lembut tapi nada bicaranya seperti orang yang ngajak berantem. Setelah di izinkan duduk, cowok itu berjalan ke arah kursi di sebelahku.
"Misi ya, gw duduk di sebelah lu." Nada bicaranya santai, tapi menurutku agak kasar. Jadi aku hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara.
Dia pun duduk di sebelahku dan melepaskan jaketnya. Samar-samar tercium aroma parfum khas cowok yang sangat kusuka.
Saat aku sedang bengong dan menikmati aroma parfumnya, tiba-tiba cowok itu mengulurkan tangannya. "Widhi..."
Aku masih bengong dan tak sadar. Sampai dia melambaikan tangannya di depan wajahku. "Hey! Lu denger gak sih?"
Aku kaget sekali dan tersadar "eh... i... Iya... Aku Riris." Jawabku dengan wajah merah. Malu! Sumpah, malu banget. Jangan-jangan dia tau dari tadi aku nikmatin aroma parfumnya.



"Lu tadi lagi...."
Ciaaaat!!!


Reader : TS kampret kentang aja




anasabila memberi reputasi
1
3.4K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan