Terlahir tanpa jari tangan dan kaki, tak membuat semangat pemuda ini padam. Terlahir 24 tahun silam di kota Banyuwangi, Jawa Timur, Achmad Zukarnain membuktikan bahwa kemampuan manusia tak terbatas oleh kondisi fisik.
"Buat saya, hal yang paling konyol itu ketika semua orang menganggap saya penyandang disabilitas. Dan saya punya cara sendiri beraktivitas," ujar Achmad Zukarnain, melalui video yang diunggah Al Jazeera melalui laman media sosial Facebook.
Teman-teman dekatnya memanggilanya, Dzoel. Dilansir dari Al Jazeera, Dzoel tidak menyadari bahwa ia berbeda sampai berusia delapan tahun, saat anak-anak di sekolah mulai menggodanya tentang penampilannya.
"Saya menemukan sebuah cermin besar. Saat itulah saya menyadari bahwa saya berbeda dari orang lain," ujarnya mengenang.
Yang terjadi kemudian adalah periode depresi. Dia minder untuk keluar rumah, bermain dengan sebayanya.
Akhirnya, dengan dukungan dari keluarga dan teman, dia mendapatkan kepercayaan diri yang cukup untuk kembali ke kelas, kemudian lulus SMA dan mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga kafe internet.
"Ada layanan fotografi di sana, saya memutuskan untuk membeli kamera secara kredit. Saya belajar dan belajar dan belajar sampai saya dikenal sebagai fotografer," ujarnya.
Ia menggunakan Canon 5D, sebagai alat utama menjalankan profesi sebagai photographer. Berbagai karyanya dapat dilihat di akun Instagram @bangdzoel_.
"Saya tidak punya lima jari, jadi menggunakan bagian muka untuk mengoperasikan kamera. Untuk menyalakan tombol on off menggunakan bibir. Saya menggunakan tangan yang sebelah, sisa daging ini untuk menekan tombol shutter," seraya memperlihatkan bagaimana mengoperasikan kamera kesayangannya.
"Saya seperti ini dari lahir," ujarnya datar tanpa penyesalan apapun. Untuk menunjang aktiviasnya, dengan dibantu teman-teman dan kerabatnya ia memodifikasi motor beroda empat. Kendaraan itu mampu melaju di jalan raya, dengan mesin motor 4 tak yang dilengkapi stir kemudi gokart.
Satu hasil foto yang menjadi kebanggannya adalah penambang belerang di Gunung Ijen. "Saya mengambil foto ini diatas ketinggian sekitar 2.800 meter diatas permukaan laut, di kawah Ijen".
Credit foto: Achmad Zulkarnain ditayangkan di Al Jazeera video
Bagi agan dan sista yang pernah naik gunung, atau sekedar menjelajah alam bebas, tentu paham kesulitan yang dihadapi Achmad Zukarnain mendaki membawa kamera agar sampai ke bibir kawah Ijen.
Kesulitan mendaki, ditambah dengan kondisi fisik Achmad Zukarnain yang tanpa jari. "Saya pernah jatuh dari tebing, untuk memotret sebuah air terjun". Sesaat setelah jatuh, hal pertama yang dilihatnya adalah kondisi kamera. Tak peduli gorean luka di badannya.
"Karena saya sangat cinta dengan kamera," katanya.
Mungkin Achmad Zukarnain belum pernah bertemu Andrie Wongso. Namun, kata-kata motivator Andri Wongso, "Kalau anda keras terhadap diri anda, maka kehidupan akan lunak kepada anda…. sebaliknya apabila anda lunak terhadap diri anda, maka kehidupan akan keras terhadap anda…" dihapaminya dengan baik.
"Jika seseorang itu menjadi yang terbaik, maka hapuslah pikiran bahwa kita adalah penyandang cacat. Untuk menjadi yang terbaik tidak harus sempurna," ia memungkasi.
Nggak tau harus komen apa, yang jelas dia membuktikan siapa dirinya.