- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Salah Paham tentang Propaganda yang selalu ada di Masyarakat


TS
dodydrogba
Salah Paham tentang Propaganda yang selalu ada di Masyarakat


Beberapa hari yang lalu, Indonesia sempat dihebohkan dengan ajakan tentang nobar atau nonton bareng akan sebuah film yang diduga berisi propaganda orba, yaitu film G30S PKI. Dari kejadian tersebut, ada hal menarik yang sebenarnya ingin inyong bahas terkait propaganda yaitu kesalah pahaman masyarakat terkait propaganda. Dalam hal ini bukan berarti membela film tersebut, namun membahas propaganda dari sudut pandang lain. Namun sebelum itu ada baiknya kita mengerti terlebih dahulu apa itu propaganda. Pada dasarnya, propaganda juga termasuk kegiatan komunikasi, yaitu komunikator (pengirim pesan) yang memberi pesan kepada komunikan (penerima pesan) melalui media tertentu dengan tujuan dan efek tertentu. Who(siapa?), says what(berkata apa?), to whom(kepada siapa?), what channel(lewat media apa?), with what effect(dengan efek apa?), begitulah kira - kira dari sudut pandang ilmu komunikasi.
Namun secara spesifik propaganda sendiri itu apa sih? Ada banyak pengertian yang diungkapkan para ahli, namun saya akan mengambil yang paling bagus akan hal itu. Propaganda sendiri menurut Garth S. Jowett dan Victoria O'Donell (1982) yaitu sebuah upaya yang dilakukan secara sengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan orang banyak untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan oleh penyebar dan pembuat propaganda itu sendiri atau biasa disebut propagandis.
Propaganda sendiri sudah dipakai beberapa kali ketika masa perperangan seperti pada saat perang dunia ke dua, di mana blok barat dan timur saling beradu propaganda dalam meraih simpati rakyat dan dunia. Jerman pada masa kepimpinan Hitler pun juga sama, bahkan sering menggunakan media film sebagai penyampai pesan propaganda yang berisi kebencian akan barat ataupun yahudi. Bahkan dari masa inilah tercipta quote terkenal, "Sebarlah kebohongan sesering mungkin, maka orang akan melihat itu sebagai kebenaran." Ya, ungkapan ini terjadi karena dalam lingkup masyarakat, sudut pandang komunikasi terjadi hanya satu arah atau satu sudut pandang. Mereka yang memberikan sudut pandang lain akan ditendang. Lalu apa efeknya, orang - orang yang menerima pesan propaganda itu akan mudah dibrainwash dan didikte, sifat kritis mereka menghilang karena tidak ada pesan pembanding dari sudut pandang lain. Dalam mempertahankan kekuasaan, propaganda seperti ini cukup ampuh seperti Indonesia jaman Suharto atau RRC yang sampai saat ini terus - terusan dikuasai partai komunis. Tak terbesit di benak pemikiran mereka untuk memberontak, karena dalam benak mereka hanya ada anggapan pemerintah itu baik, dan kalaupun memberontak biasanya sudah ditekan duluan sama militer atau pihak berwenang.
Lalu bagaimana kaitannya dengan hal yang kita bahas? Ya, propaganda sendiri sudah lahir jauh sebelum itu, dan terus berkembang melewati masa ke masa hingga saat ini. Penggunaan propaganda pun semakin beragam, nah di sinilah kita akan membahas itu. Ada banyak kesalahpahaman masyarakat terkait propaganda, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Propaganda selalu bertujuan buruk, padahal tidak

Banyak yang bilang termasuk masyarakat dan media pada umumnya seolah hal yang berbau propaganda selalu ada kepentingan jahat di dalamnya. Padahal sebenarnya tidak seperti itu, dalam bentuk tujuan, propaganda sebenarnya dibagi dua yaitu soft propaganda dan hard propaganda. Apa itu soft propaganda? Soft propaganda merupakan bentuk tujuan propaganda yang lebih menampilkan pesan - pesan yang menenangkan dan cenderung menghindari semangat kebencian, kecurigaan dan agitasi. Contoh dari soft propaganda adalah pesan perdamaian dan toleransi, pesan anti terorisme, anti narkoba, anti trafficking, gerakan melawan kanker payudara, serviks dan sejenisnya, melawan HIV/AIDS, melawan penebangan liar, penangkapan satwa liar yang terancam punah, dan lain sejenisnya. Soft propaganda mengutamakan aspek pencerahan dan mampu menarik banyak pihak untuk membangun sinergi dan mengembangkan kerja sama. Sedangkan lawan dari hal ini adalah hard propaganda yaitu suatu bentuk tujuan propaganda yang menimbulkan daya destruktif atau kerusakan dan dapat menimbulkan persaingan negatif, aneka benturan kepentingan bahkan kebencian dan permusuhan. Contoh dari hard propaganda ialah kampanye hitam pada masa politik, propaganda perang, dan propaganda terorisme. Masyarakat internasional sudah sangat takut bahwa pergaulan internasional lebih banyak diwarnai pendekatan kekerasan sehingga menimbulkan ketegangan, untuk itu pendekatan soft propaganda menjadi alternatif dari sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah pendekatan yang buruk.
2. Propaganda selalu berunsur hoax, padahal tidak

Perlu diketahui bahwa dari segi sumber pendukung pesan, tidak semua selalu berunsur hoax. Dalam hal ini ada yang disebut propaganda bersifat putih, hitam, abu - abu dan rasional. Bersifat putih karena propaganda dilakukan secara jujur, benar, sportif, isi pesan yang disampaikan serta sumbernya jelas. Contoh dari propaganda dengan sifat ini adalah propaganda kampanye kesehatan seperti kampanye anti rokok atau asap rokok serta kampanye anti diebetes atau serangan jantung.
Sedangkan yang bersifat hitam, ialah propaganda yang dilancarkan secara taktis untuk menipu, penuh kepalsuan, tidak jujur, tidak mengenal etika dan cenderung berpikir sepihak (walau berpikir sepihak sebenarnya bisa di propaganda apapun). Sifat propaganda ini dikenal dengan istilah lempar batu sembunyi tangan, seperti tuduhan Jokowi adalah PKI dan sejenisnya.
Sedikit sama dengan bersifat hitam, bersifat abu - abu maksudnya propaganda yang dilakukan oleh kelompok serta sumber tak jelas dengan tujuan menimbulkan keraguan, mengacaukan pikiran, adu domba, intrik dan gosip. Contohnya seperti propaganda teori konspirasi terorisme yang seolah hanya sandiwara polisi atau propaganda konspirasi bumi datar.
Yang terakhir rasional sedikit mirip dengan bersifat putih yaitu propaganda yang mengungkap dengan jelas sumbernya atau tujuannya dijelaskan secara rasional seperti propaganda anti terorisme yang disebar oleh pihak berwenang seperti polisi dan BNPT.
3. Propaganda selalu hadir lewat film dan poster, padahal tidak


Yang ini juga salah kaprah yang sering dipikirkan banyak orang. Propaganda sendiri adalah sebuah kegiatan komunikasi dengan tujuan tertentu bahkan untuk menyampaikan pesannya lewat media tertentu. Beberapa media yang menunjang propaganda ialah suara radio, event - event seperti pawai, expo atau pameran, seminar, konser musik, teatrikal dan sejenisnya, umbul - umbul, kaos, musik, film, iklan audio visual di tv atau internet, banner, koran, majalah, buku cerita fiksi atau mungkin non fiksi, dan lain sejenisnya. Biasanya meliputi bentu audio seperti musik (suara), visual seperti baju kampanye (yang bisa dilihat) serta gabungan keduanya audi visual seperti contoh iklan Perindo.
4. Propaganda selalu berkaitan dengan agama, politik, perang dan sejarah, padahal tidak


Ini juga sama, propaganda sudah meliputi berbagai hal seperti yang dijelaskan sebelumnya di nomer satu bahwa propaganda bisa digunakan untuk apa saja. Misal untuk propaganda ekonomi ada yang disebut commercial propaganda yaitu propaganda yang digunakan untuk meraih keuntungan, ini bisa dilihat sehari - hari yaitu kegiatan promosi penawaran produk baru, diskon, event tertentu dan semacamnya. Iklan yang menawarkan produk seperti Indomie, Chitato atau shampo Clear yang menawarkan barang dengan audio visual indah serta kelebihan barang dagangan juga termasuk propaganda ekonomi.
Selain itu juga ada propaganda kesehatan dan sosial - budaya, seperti propaganda promosi pariwisata melalui event tarian tradisional atau aksi seni teatrikal tradisional macam ludruk, propaganda anti , propaganda anti kekerasan rumah tangga, propaganda anti narkoba, propaganda melawan kanker serviks dan lain sebagainya yang digunakan untuk menambah wawasan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan, budaya dan aksi sosial.
5. Propaganda selalu bersifat menakut - nakuti, padahal tidak

Propaganda tidak lah selalu bersifat koersif atau menakut - nakuti atau mengancam, seperti yang terjadi Jerman era kepemimpinan Hitler atau Korea Utara hingga saat ini atau kampanye bahaya serangan jantung atau kanker karena rokok. Dalam penyampaian propaganda ada juga yang persuasif atau ajakan suka rela seperti propaganda sosial dalam aksi melawan HIV/AIDS yang menyebar pita merah bahkan bunga lalu juga propaganda ekonomi dalam promosi biskuit misalnya. Selain itu juga ada yang provokatif seperti propaganda kampanye hitam atau hate speech untuk memusuhi kubu tertentu yang gak jauh beda dengan koersif.
Setelah melihat penjelasan tadi sebenarnya propaganda sendiri mempunyai kekurangan seperti yang sudah inyong jelaskan. Yaitu penggunaan satu sudut pandang, yang berpengaruh pada pemilahan data dan fakta. Mirip dengan framing atau pengemasan terhadap berita di media. Propaganda sendiri walau tujuannya baik atau buruk tentu akan selalu menggunakan satu sudut pandang karena jika mereka menggunakan sudut pandang lain maka tujuan propaganda mereka akan hancur. Misal seperti kampanye anti rokok vs kampanye pro rokok dari perusahaan rokok, tentu keduanya akan terus beradu propaganda dengan pesan yang yang tak bertentangan dengan tujuan mereka. Dalam hal ini, kampanye anti rokok akan menggunakan data dan fakta yang menunjukan kalau rokok akan berimbas pada kanker hingga kematian, lalu bagaimana jika ada fakta yang menyebutkan sebaliknya tentu akan dihindari karena jika digunakan propaganda sosial mereka akan runtuh. Begitu pula dengan pro rokok, mereka akan menggunakan data rokok dan kanker serta kematian tak saling berhubungan. Mereka juga menggunakan data yang menunjukan kalau ada sebuah negara yang perokoknya banyak namun penderita kanker serta angka kematian yang disebabkannya juga kecil. Mereka tentu menghindari data yang menunjukan kalau rokok dan kanker ada hubungannya. Simpelnya mirip ketika kita berpromosi, kita akan menggunakan sudut pandang bahwa barang kita itu bagus. Kita akan mempromosikan dengan testimoni pelanggan bahwa pelayanan dan barangnya bagus. Lalu bagaiman jika ada testimoni yang buruk akan dagangan kita, ya gak kita ambil karena berimbas pada citra baik dan kelangsungan bisnis kita. Nah mungkin seperti itu penjelasan kekurangan akan propaganda yang ada.
Mungkin cukup sekian tulisan saya kali ini, mohon maaf jika ada salah kata. Salam damai untuk semua.
Sumber refrensi:
Shoelhi, Muhammad.2012.Propaganda dalam Komunikasi Internasional.Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Colby, Lauren A.2014.In Defense of Smokers.Jakarta: Indonesia Berdikari
Youna, Andi & Savitri, Zumi.2015.Propaganda Media: Teori dan Studi Kasus Aktual.Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media
yang ingin mampir ke blog inyong:
http://melawanisusara.blogspot.co.id...anda-yang.html
Polling
0 suara
Apakah artikel ini bermanfaat?
Diubah oleh dodydrogba 07-10-2017 10:49
0
3.2K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan