

TS
noxiii
5 Alasan kenapa kamu harus datang ke Ubud Writer Reader Festival 2017


Quote:
Spoiler for UWRF:
Setiap tahun di akhir bulan Oktober, selalu diadakan acara Ubud Writer Reader Festival, sebuah festival literatur yang diadakan di Ubud dengan mengundang tidak hanya pekerja literatur nasional, bahkan hingga internasional. Akhir Oktober nanti adalah kali kedua saya akan hadir di acara ini.
Berikut 5 alasan kenapa kamu dan saya harus ikut UWRF 2017:
1. Inspiring International Speaker
UWRF selalu memberikan daftar pembicara internasional yang menganggumkan. Tanpa perlu ragu, saya ambil contoh Marina Mahathir, seorang mantan UN Person of the Year, ketua dari Malaysian AIDS Foundation dan tulisannya tentang hal minoritas, sejauh ini sudah dikompilasikan menjadi 3 buku. Ia merupakan tokoh kontroversi di Malaysia karena dianggap telah merusak budaya Malaysia dengan memperjuangkan untuk mengakhiri diskriminasi dari orientasi seksual seseorang.
2. Amazing national speakers
Akan hadir juga di UWRF beberapa penulis, aktor, dan komedian dari Indonesia. Seorang sosok kontroversial, yaitu Djaenar Maesa Ayu, akan melakukan screening film keempatnya berjudul 'hUSh' dan berbicara tentang bagaimana film bisa melawan stereotypes dan mendorong perubahan sosial. Sementara itu, Aktris Debra Yatim akan mendiskusikan motherhood di sebuah panel dengan pengarang dari Bali, Oka Rusmini
Tidak lupa juga seorang stand up comedian, Sakdiyah Ma'ruf akan hadir dalam beberapa sesi sebelum ia akan serius mendiskusikan bagaimana membuat lelucon pada diskriminasi dan ekstrimis keagamaan dengan komika lainnya. Dan masih banyak lainnya pembicara yang menarik dari Indonesia.
3. Ubud is an artistic, creative hub
Untuk orang-orang yang tertarik dengan seni, budaya, dan kerajinan tangan, Ubud menyediakan beberapa tempat seperti galeri dan museum yang dibuka untuk dikunjungi seperti Neka Art Museum yang didirikan tahun 1976 yang merupakan rumah dari lukisan-lukisan bali, sculpture, dan peninggalan seperti keris di sepanjang pavilion.
Selain itu, Ubud juga banyak menampilkan tarian Bali dengan pertunjukan gamelan setiap harinya di Agung Rai Museum of Art. Tidak lupa kita dapat membeli baju, keranjang, dan keramik handmade dan bahkan kita dapat belajar bagaimana menganyamnya.
Slightly to the south, Agung Rai Museum of Art (ARMA) displays a diverse collection of Indonesian art in the middle of a huge tropical garden, including pieces from Raden Saleh and Affandi. Balinese dance and gamelan performances are held almost every day at ARMA.
4. Scrumptious festival food
Menikmati sore hari dengan menjelajahi berbagai macam cita rasa makanan di Ubud Food Festival. Jika anda pikir anda sudah kenal jauh dengan sambal, maka anda harus mengetes lidah anda untuk mencicip berbagai macam rasa sambal nusantara. Lebih lagi, kita juga bisa mengikuti workshop Timorese food dari seorang food activist, di mana kita akan mencoba berbagai macam bubur jagung dengan sambal yang difermentasi.
Seperti biasa, UWRF akan selalu mengadakan market tours, herb walks, dan breakfast event, di mana kita dapat memakan makanan lokal dan belajar beberapa Basa Bali.
5. Skill-building workshops
Ingin belajar beberapa keahlian yang menarik? UWRF menawarkan berbagai macam workshop yang dapat anda ikuti seperti membuat karakter fiksi, menulis naskah drama, atau menulis novel. Poet-activists Olin Monteiro dan Clarasia Kiky akan mengadakan 3 jam workshop gratis mengenai puisi, sementara Andreas Harsono akan memberikan workshop investigasi jurnalisme di mana ia akan mengajarkan peserta untuk merencanakan dan membuat draft anda sendiri dengan riset yang mendalam.
Jika anda tertarik lebih lanjut ingin mengetahui apa sih acara UWRF 2017, silahkan kunjungi website-nya di http://www.ubudwritersfestival.com/
sumber
Spoiler for cerita saya sendiri di tahun 2016:
Ini adalah pengalaman pertama kali gue berada di event literatur internasional yang bener2 keren banget. Gue tau event ini sejak tahun lalu. Jakarta Book Club membuat kompetisi review buku untuk membagi-bagikan tiket gratis dan sayangnya gue gak menang. Singkat cerita, karena akhirnya yg kesana hanya dua orang saja dari Jakarta Book Club, akhirnya kita buat rencana untuk UWRF 2016 dan inilah hasilnya.
Gue mau cerita singkat aja apa sih UWRF itu? UWRF itu acara internasional yg melibatkan penulis, pekerja seni, pembaca, dan pekerja di bidang literatur lainnya dalam skala internasional, which is mostly are foreigner. Gue sangat amat tertarik karena topik yg dibicarakan adalah hal-hal yg ingin gue ketahui dari sudut pandang mereka. Selain itu, banyak penulis internasional yg datang dan gue penasaran buku apa yg mereka tulis. Isu yg dibahas kebanyakan bersifat isu-isu sosial, politik, dan budaya.
Di tulisan gue kali ini, gue akan menceritakan pengalaman gue selama 4 hari KHUSUS tentang UWRF. Sebenernya ada cerita selingan yg menarik juga pada saat itu, tapi gue gak akan ceritain di sini, gue akan ceritakan di tulisan selanjutnya di seri #GxTrip
Untuk pertama-pertama gue mau ceritain harga tiketnya. Jadi, di UWRF ada Main Program, Workshop, Special Event, Youth & Child Event, Fringe Event, dan banyak event lainnya. Nah, banyak juga kok event yg gratis tapi gue akan ngebahas yg berbayar aja. Of course yg berbayar adalah Main Program, karena gue pelajar (mahasiswa), maka 4-Day Pass gue cuma seharga 150rb, untuk umum WNI seharga 600rb, untuk foreigner di atas 1 juta sesuai dgn kriterianya. Untuk mengikuti Workshop dan sesi lainnya yg berbayar, harganya juga menyesuaikan. Kalian bisa lihat harganya di website sini. Gue akan ceritain, apa aja yg gue lakukan saat UWRF.
Spoiler for DAY 1 (27 Oktober 2016):
Walaupun UWRF sudah dibuka sejak tanggal 26, tapi resminya acara dimulai sejak tanggal 27. Gue nginep di jalan Sri Wedari, gak jauh dr jalan Ubud Raya. UWRF itu sendiri, Main programnya berada di jalan sanggihan. Tapi, acara lainnya berada di sekitaran Ubud dan menyebar. Hari pertama karena belum tahu medan yg akan gue lalui. Gue rent sepeda karena murah dan pilihan yg gue lakukan ini salah, karena jalanan di Ubud banyak sekali menanjak, tentu saja gue berakhir nuntun sepeda karena nanjaknya tajam banget.
Sampailah jam 9 pagi di Welcome Ceremony yg berada di Neka Museum. Dibuka oleh Seno Gumira Ajidarma dan Anastasia Lin (yg gue baru tau ternyata dia adalah Miss World Canada 2016). Selanjutnya, gue pergi ke sesi di Taman Baca dengan topik "In Order to Live". Di sini para panelis yg gue juga baru kenal mereka lewat profile singkatnya di buku program UWRF berbicara tentang bagaimana cerita dapat membantu mereka memahami dunia ini dan peran 'storyteller' bagi mereka. Cukup menarik pembahasannya, gue gak akan bahas satu2 juga apa yg mereka bahas karena bakalan bisa bikin satu buku. hahahaha. (ketawa garing).
Lalu, sesi selanjutnya "Tethered Travel" di tempat yg sama. Berhubung gue concern untuk ingin jadi solo traveler, maka gue datang ke sesi ini di mana panelisnya adalah orang-orang yg sering travelling dan menceritakan pengalamannya. Selanjutnya, gue mengikuti sesi "The Art of Reading" di Indus Restaurant which obviusly topik yg akan dibahas sesuai sekali sama judulnya. Selesai sesi itu, gue gak lanjut ke sesi lain karena mau lunch di restoran itu juga (gue agak nyesel karena lumayan mahal hahaha).
Berhubung gue belom check in di Guest house tempat gue nginep (karena gue dateng jem 7 pagi ya), gue balik ke hostelnya dan unpacking dulu, nah di sini sebenernya banyak cerita menarik yg akan gue ceritakan di tulisan lain (harus fokus ngomongin UWRF aja di sini hahaha). Singkat cerita, gue mingle hingga jam 17.00 di mana ada launching buku "Zero: When Journey Takes You" di Rondji Restaurant. Buku ini titipan dari Jakarta Book Club, gue juga penasaran pengen tau buku tentang apa ini karena sipnosisnya cukup unik. Enaknya juga di sana dapet sushi gratis dan welcome drink, lumayan buat bikin kenyang perut hahaha. Malamnya, karena gue gak ikut sesi free event yg lain (Main Program selalu selesai di jam 17.00) akhirnya gue cuma jalan-jalan dan ngopi2 (kongkow2).
Perkiraan Damage Cost Day 1:
Hostel (4 hari): 197rb (murah banget lah ya karena sharing room)Tiket UWRF: 150rb (harga mahasiswa)Transport: 91rb (dr Denpasar ke Ubud pake Grabcar)
Makan: 20rb (pagi makan di nasi padang) + 90rb(siang di Indust Restaurant) + 30rb (Sore makan di pasar) + Free (ngopi2, karena dibayarin hahaha),
di sini gue selalu bawa tumblr dan selalu gue isi penuh di hostel tempat gue nginep untuk menghemat biaya pengeluaran untuk minum, harga es teh manis aja kan lumayan 5-10rb.
Sewa Sepeda: 30rb
Buku: 125rb
Biaya yg kebuang sia2 karena kebodohan penulis: 100rb
Spoiler for Day 2 (28 Oktober 2016):
Belajar dari pengalaman sebelumnya, hari ini gue nyewa motor. Alasan lainnya, karena ada satu sesi di sore hari yg berada di daerah Sukawati which is lumayan jauh. Jam 9 gue dateng ke sesi "Thinking Without Borders" di Neka Museum. Lanjut ke sesi "How we write" di Taman Baca. Di sini gue baru sadar kalo ternyata gramedia jualan buku-bukunya tapi gak ada diskon, akhirnya gue beli 2 buku di sini karena penulisnya dateng dan gue ingin minta tanda tangan mereka.
Selanjutnya gue ke sesi "Writing Real Lives" di Indus Restaurant. Setelah itu, gue gak lanjut ke sesi selanjutnya dan balik ke hostel. Singkat cerita, karena satu dan lain hal gue ketiduran (sialan). Sore harinya, gue langsung menuju ke Bentara Budaya Bali untuk sesi "15 Tahun Supernova" jam 18.00.
skip... skip... skip...
Selesai dr sana langsung kembali ke Taman Baca untuk ketemu temen2 dari JBC dan nonton film "Nay" dari Djenar Maesa Ayu (nontonnya gak fokus karena gue telat nonton dan jadi males). Selesai deh buat hari kedua.
Perkiraan Damage Cost Day 2:
Makan: Free (pagi dapet makan dr hostel) + gak makan (siangnya ketiduran) + Free (di Bentara Budaya Bali dapet snack2 bikin kenyang) + 5rb (makan indomie malam2)
Motor: 50rb per hari
Buku: 100rb (2 buku)
Spoiler for Day 3 (29 Oktober 2016):
Di hari Sabtu ini cukup spesial karena JBC ada meetup khusus di sini. Jam 12.00 gue dateng meetup dgn entrance fee 100rb, dapet makan dan buku Anthology UWRF. Topik dr meetup kali ini bisa kalian liat di sini detailnya. Selesai acara meetup, gue langsung cabut ke Indus Restaurant untuk ikut sesi "Screen Addict". Lalu, gue pergi ke Book Launching "Erstwhile: a Communion Time" di The Elephant.
Menjelang dinner, kebetulan gue ngobrol sama Anastasia Lin dan sedikit sharing pandangan dia mengenai event ini. Gue ngobrol sambil dinner bareng dia dan beberapa temen2nya. Akhirnya, kita saling tuker kontak untuk keperluan personal business (ya buat sesuatulah intinya hahaha).
Karena menunggu malam hari di mana JBC mau halloween party kecil2an, akhirnya gue habiskan waktu dgn mingle. Entah kenapa di hari ini, gue gak banyak menghabiskan waktu di acara UWRF, mungkin gue lebih tertarik mingle dan ngobrol2 dgn kenalan baru di sana, karena cerita2 mereka menarik untuk didengar (eh malah spoiler buat tulisan selanjutnya).
Perkiraan Damage Cost Day 3:
Motor: 50rb lagi
Makan: 15rb (pagi makan pop mie dan roti) + 100rb (Siang makan di indust restaurant) + 100 (makan sore menjelang malem bersama Anastasia Lin) + Free (malam makan dibayarin lagi yeayyy)
Pulsa: 100rb (buat isi kuota internet karena wifi mati)
Bensin: 20rb (Full tank)
Biaya pengeluaran tak terduga karena kebodohan penulis yg diulang-ulang: 50rb
Buku: 200rb
Spoiler for Final Day (30 Oktober 2016):
Hari terakhir sekaligus hari yg malah gue gak banyak menghabiskan di Main Program. Acara UWRF pertama yg gue datangi malah jam 15.00 yaitu pemutaran short movies. Lalu, dilanjutkan ke Movies Screening di tempat yg sama. Singkat cerita, sore harinya gue cuma jalan-jalan hingga Closing Party yg cukup menarik untuk dilihat performance-nya (walaupun agak garing ya).
Selesai deh...
Perkiraan Damage Cost Final Day:
Makan: 5rb (Indomie di pagi hari) + 30rb (skip makan siang, jadi makan sore deh) + 20rb (nyemil malem2)
Udah ini aja pengeluaran hari terakhir. Palingan besok paginya (tanggal 31 Oktober) ada pengeluaran makan pagi dan transport balik ke Denpasar sekitar 100rb. Oh iya, untuk tiket pesawat, kebetulan gue ambil tiket Final Call-nya Air Asia 850rb udah PP, tapi jeleknya jadwalnya cukup gak bagus, padahal kalo bisa bertiga aja, harganya jadi 690rb/px. Karena tanggalnya gak bagus itulah, maka gue berangkat tanggal 26 Oktober 2016 jam 22.00 dan pulang tanggal 2 November 2016 jam 11.15. Kebanyakan pengeluaran gue itu di luar UWRF. Untuk saran aja, pengeluaran kita bisabanyak ditekan karena bawa tumblr untuk minum, kontek2an dgn temen yg ada di Bali (banyak dibayarin makan), Share cost (mungkin kalo bareng temen), sewa motor (transport mahal banget), dan gak bawa uang cash banyak2.
Yakkk, mungkin gue gak cerita detail banget ngapain aja di sana, gimana ya, gue gak berbakat nulis pengalaman in detail sih. Yaudahlah, blog2 gue ini hahaha. Mungkin juga gue kurang mood sih, tapi setidaknya gue mau bagiin informasi aja pengeluaran2 gue, supaya untuk tahun depan bisa ada perkiraan pengeluaran di sana. Ya mungkin ini budget mahasiswa, mungkin kalian bisa kali 2 sampai 4 kali lipat untuk pengeluaran dewasa (sebenernya gue pengeluarannya banyak juga sih).
Diubah oleh noxiii 06-10-2017 09:00


qisatria memberi reputasi
2
12.6K
Kutip
51
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan