Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menyatakan, sistem pengawasan anggaran di Jakarta telah diterapkan berlapis-lapis. Djarot mengibaratkan sistem pengawasan birokrasi saat ini bak kue lapis. Bedanya, pengawasan berlapis dinilai Djarot tidak sama menyenangkan dengan sepotong kue.

"Kalau kue lapis, semakin banyak lapisan semakin enak, tapi kalau pengawasan justru enggak enak, hambar, atau bahkan jadi racun," ujar Djarot di Balai Kota Jakarta, Kamis (5/10/2017).

Djarot menyebut saat ini PNS terlalu sibuk mengurus pengawasan. Untuk itu, Djarot merilis program e-Audit atau sistem informasi pengawasan (Si Insan) dan whistleblowing system atau sistem pengaduan terpadu (Si Padu).

Mantan Wali Kota Blitar itu menilai, perlu ada pemangkasan sistem pengawasan itulah perlunya Si Insan dan Si Padu.

"Bayangkan, itu pengawasan banyak banget. Saya cukup prihatin, tapi tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) jumlahnya tetap banyak," ujar Djarot.

Inovasi Terhambat

Banyaknya lapisan pengawasan justru dinilai Djarot membuat ruang inovasi terhambat dan semakin banyak pengawasan, semakin besar peluang korupsi terjadi. Menurut dia, pengawasan yang paling baik berawal dari diri sendiri.

"Saya enggak bangga dengan banyaknya pengawasan seperti ini, kemudian banyak penyimpangan. Yang menjengkelkan, objek yang sama diawasi berkali-kali oleh lembaga berbeda-beda. Bolak-balik. Kita harus bikin pengawasan terpadu," ujar Djarot.

Sistem e-Audit bertujuan untuk mempermudah sistem audit dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pejabat berwenang bisa mengunggah dokumen atau data seluruh transaksi keuangan dan non-keuangan secara online. Sehingga, memudahkan masyarakat untuk mendapatkan dokumen dan data.

sumber

hmm.. bisa jadi sistemnya berlapisnya cacad atau bisa juga sistem berlapis dibuat hanya sebagai kamuflase doang rot

badewei hati hati rot sudah dekat waktunya lengser harus teliti banget apa yang harus ditanda tangani