Dikutip dari laman kominfo.belitungkab.go.id Berdasarkan survey yang dilakukan UNESCO pada tahun 2012 terhadap minat baca di 61 negara, Indonesia hanya 0,001 persen atau menempati peringkat kedua terendah dari negara yang disurvei. Sementara berdasarkan survei yang diliris Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 62 juta orang atau sekitar 24,23 persen dari jumlah penduduk Indonesia., lalu.. apakah hal ini berhubungan dengan antusias masyarakat, khususnya warganet dalam memberikan komentar?

Zen Rachmat Sugito pernah berujar, “Yang berbahaya dari menurunnya minat baca adalah: meningkatnya minat berkomentar”. Saya rasa ungkapan ini tidaklah berlebihan jika melihat kondisi demokrasi di dunia maya yang semakin ke sini terasa semakin ‘bebas’ dan blak-blakan.

Ya, jika seseorang ingin memberikan komentar atau tanggapan yang baik dan bijak di sebuah unggahan apapun di dunia maya, hendaknya seseorang tersebut membaca atau memahami secara keseluruhan apa yang dibacanya/yang ingin dikomentarinya. Hanya dengan kemauan membaca inilah seseorang akhirnya mampu memberikan sebuah tanggapan yang relevan dengan apa yang dikomentarinya. Pemahaman yang setengah-setengah seringkali memicu seseorang untuk menghakimi suatu unggahan secara terburu-buru, maka tak jarang terlihat beberapa komentar yang tidak nyambung dengan apa yang dikomentari. Faktanya, semakin banyak bacaan seseorang semakin luas dan semakin terbukalah pikiran seseorang, sehingga ia tidak akan dengan mudah menelan mentah-mentah atau terburu-buru dalam memberikan tanggapan terhadap suatu unggahan.

Kita mungkin beberapa kali menjumpai suatu unggahan yang mengandung unsur tidak terpuji, tidak jelas, atau unggahan-unggahan berbau hoaxyang dapat meresahkan. Unggahan-unggahan seperti itu masih sering muncul di dunia maya termasuk di forum kaskus ini, salah satu penyebanya adalah karena banyaknya warganet yang memberikan komentar pada unggahan tersebut, dan dalam unggahan yang semacam itulah banyak ditemui komentar-komentar yang negatif. Jadi, dengan menahan diri untuk tidak berkomentar pada unggahan yang bermuatan negatif, dengan tanggapan yang negatif pula. Yakni dengan ‘mendiamkan’ uanggahan-unggahan semacam itu, maka secara tidak langsung kita turut mengurangi menjamur dan tersebarnya uanggahan yang tidak baik.

Memberi komentar adalah salah satu bentuk apresiasi terhadap sesuatu yang kita baca/lihat. Dengan berkomentar secara bijak, kita turut menyalurkan energi positif bagi penulis. Komentar-komentar berupa saran, sanjunggan, maupun kritik dari para pembaca lah yang kemudian memotivasi dan menginspirasi penulis untuk terus berkarya dan berkembang menjadi lebih baik lagi. Perlu digarisbawahi bahwa mengkritik dengan menghina/mencaci itu berbeda, berkomentar secara bijak tidak melulu berupa sanjungan, dapat juga berupa kritik dan saran yang membangun, tinggal bagaimana kita bisa menempatkannya secara sesuai. Karena kita tidak tahu apakah sebuah ucapan yang kita tujukan kepada seseorang akan menjadi senyum bahagia, ataukah akan menjadi tangis duka bagi yang menerimanya. Maka sekali lagi mari memulai menyalurkan energi-energi positif dengan cara memberikan komentar secara bijak.

Dengan berkomentar secara bijak, kita turut membangun masyarakat negri kita menjadi bangsa yang lebih baik, jika belum bisa… minimal bagi warganetnya, jika belum bisa lagi… minimal kita bisa mengubah diri kita sendiri menjadi pribadi yang lebih baik.