- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Fadli Zon Tak Percaya Survei Soal PKI


TS
kelazcorro
Fadli Zon Tak Percaya Survei Soal PKI
Spoiler for karl max:

Spoiler for tan malaka:

Quote:
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon tidak setuju dengan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), terkait isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Fadli menegaskan tidak percaya dengan hasil survei ini. “Saya tidak percaya survei itu. Siapa yang disurvei dan apa pertanyaannya?”kata Fadli di gedung DPR, Jakarta, Jumat (29/9).
Menurut dia, dalam kenyataannya masyarakat yang datang ke DPR dan menggelar demonstrasi menolak kebangkitan PKI sepakat bahwa komunisme menjadi ancaman. “Kami tidak membesar-besarkan, tapi (komunisme) ini ancaman,” tegas anak buah Prabowo Subianto di Partai Gerindra itu.
Fadli menjelaskan bahwa dalam sebuah survei, pertanyaan itu juga menentukan jawaban. Seharusnya, surveyor juga menyodorkan kepada responden pertanyaan soal ancaman PKI. “Pertanyaan ini juga menentukan jawaban. Misalnya kalau ditanyakan apakah PKI masih menjadi ancaman, ya sebut dong. Jangan soal kebangkitan PKI, tapi sekarang ini (komunisme) menjadi concern ancaman,” ujarnya.
Dia menegaskan, komunisme tetap merupakan ancaman. Karena itu Fadli mengingatkan seharusnya pemerintah dan aparat penegak hukum menjalankan saja apa yang ada di Tap MPRS nomor 25 tahun 1966 tentang Larangan PKI dan UU nomor 27 tahun 1999 tentang Perubahan KUHP yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara.
Sebelumnya, hasil survei SMRC menyatakan bahwa 86,6 responden tidak setuju pendapat yang menyatakan tengah terjadi kebangkitan PKI. Hanya 12,6 responden yang setuju PKI bangkit lagi.
Dari 12,6 persen itu, sekitar 39,9 persen atau sekitar lima persen dari seluruh responden yang merasa kebangkitan PKI tersebut sudah menjadi ancaman terhadap negara. Sementara 36,9 persen menyatakan kebangkitan PKI sedikit sudah menjadi ancaman. Kemudian 15,5 persen menyatakan belum menjadi ancaman.
Survei digelar 3-10 September melibatkan 1220 responden. Dari jumlah itu, responden yang bisa diwawancarai secara valid 1057 orang. Adapun margin of error kurang lebih 3,1 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Fadli menegaskan tidak percaya dengan hasil survei ini. “Saya tidak percaya survei itu. Siapa yang disurvei dan apa pertanyaannya?”kata Fadli di gedung DPR, Jakarta, Jumat (29/9).
Menurut dia, dalam kenyataannya masyarakat yang datang ke DPR dan menggelar demonstrasi menolak kebangkitan PKI sepakat bahwa komunisme menjadi ancaman. “Kami tidak membesar-besarkan, tapi (komunisme) ini ancaman,” tegas anak buah Prabowo Subianto di Partai Gerindra itu.
Fadli menjelaskan bahwa dalam sebuah survei, pertanyaan itu juga menentukan jawaban. Seharusnya, surveyor juga menyodorkan kepada responden pertanyaan soal ancaman PKI. “Pertanyaan ini juga menentukan jawaban. Misalnya kalau ditanyakan apakah PKI masih menjadi ancaman, ya sebut dong. Jangan soal kebangkitan PKI, tapi sekarang ini (komunisme) menjadi concern ancaman,” ujarnya.
Dia menegaskan, komunisme tetap merupakan ancaman. Karena itu Fadli mengingatkan seharusnya pemerintah dan aparat penegak hukum menjalankan saja apa yang ada di Tap MPRS nomor 25 tahun 1966 tentang Larangan PKI dan UU nomor 27 tahun 1999 tentang Perubahan KUHP yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara.
Sebelumnya, hasil survei SMRC menyatakan bahwa 86,6 responden tidak setuju pendapat yang menyatakan tengah terjadi kebangkitan PKI. Hanya 12,6 responden yang setuju PKI bangkit lagi.
Dari 12,6 persen itu, sekitar 39,9 persen atau sekitar lima persen dari seluruh responden yang merasa kebangkitan PKI tersebut sudah menjadi ancaman terhadap negara. Sementara 36,9 persen menyatakan kebangkitan PKI sedikit sudah menjadi ancaman. Kemudian 15,5 persen menyatakan belum menjadi ancaman.
Survei digelar 3-10 September melibatkan 1220 responden. Dari jumlah itu, responden yang bisa diwawancarai secara valid 1057 orang. Adapun margin of error kurang lebih 3,1 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Quote:
Pendukung Prabowo dan Pemilih Gerindra-PKS Memainkan Isu PKI
Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) belum lama ini menggelar survei tentang isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dari survei yang dilakukan pada 3-10 September terhadap 1.220 responden itu terungkap bahwa mayoritas tak percaya pada isu kebangkitan PKI.
Peneliti SMRC Sirojudin Abbas menjelaskan, hanya 5,4 persen saja yang menganggap kondisi saat ini kurang aman. Adapun 0,1 persen responden menilai kondisi saat ini tidak aman sekali.
Sedangkan 76,5 persen responden menilai kondisi saat ini cukup aman dari ancaman kekuatan tertentu. Bahkan, 12,3 persen responden menyebut kondisi saat ini sangat aman.
“Secara umum warga merasa sangat aman atau cukup aman dari berbagai ancaman bagi keamanan,”tutur Sirojudin dalam paparan tentang hasil survei itu di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (29/9).
Sementara soal isu tentang ancaman kebangkitan PKI, ternyata mayoritas responden tak percaya. Ada 86,8 persen responden yang tidak setuju dengan isu itu.
Hanya 12,6 persen responden yang setuju dengan isu itu. “Mayoritas warga (86,8 persen) tidak setuju bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI. Yang setuju hanya 12,6 persen,” sebut Sirojudin.
Namun, survei SMRC itu juga menunjukkan hasil menarik. Mayoritas pihak yang setuju terhadap isu tentang kebangkitan PKI adalah pendukung Prabowo Subianto ataupun pemilih Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dari 4,4 persen responden yang menyatakan massa pemilih PKS , 37 persen di antaranya mengaku setuju dengan anggapan tentang kebangkitan PKI. Dari angka itu, 58 persen di antaranya menilai isu kebangkitan PKI telah menjadi ancaman.
"Namun mayoritas massa pemilih PKS atau sekitar 63 persen tetap menyatakan tidak setuju," tutur Sirojudin.
Kemudian dari 10,2 persen responden yang menyatakan pemilih Partai Gerindra, sebanyak 20 persen menyatakan setuju dengan isu tentang kebangkitan PKI. Sementara 80 persen lainnya menyatakan tidak setuju.
"Jadi opini tentang adanya kebangkitan PKI paling banyak terdapat pada responden yang menyatakan pemilih PKS dan Gerindra," ucapnya.
Selain itu, opini tentang adanya kebangkitan PKI lebih banyak terdapat pada pemilih Prabowo. Dari 46,85 persen responden yang memilih Prabowo-Hatta Rajasa pada Pemilihan Presiden 2014 lalu, sebanyak 19 persen setuju dengan isu kebangkitan PKI. Sedangkan ada 81 persen lainnya menyatakan tidak setuju.
Sementara dari 53,15 persen responden yang memilih Jokowi-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 lalu, hanya 10 persen yang setuju sedang terjadi kebangkitan PKI. Sementara 89 persen di antaranya menyatakan tak setuju.
Bahkan, SMRC juga menyodorkan kesimpulan menarik tentang opini mengenai kebangkitan PKI. Merujuk survei itu, opini kebangkitan PKI memang dimobilisasi.
“Opini kebangkitan PKI di masyarakat tidak terjadi secara alamiah, melainkan hasil mobilisasi opini kekuatan politik tertentu, terutama pendukung Prabowo, mesin politik PKS dan Gerindra,” sebut Sirojudin.
Menurutnya, gejala hasil mobilisasi terlihat pada warga yang cenderung punya akses ke media massa, terutama medsos. "Secara polisik, isu kebangkitan PKI tidak penting karena tak dirasakan oleh hampir semua warga,” tegasnya.
Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) belum lama ini menggelar survei tentang isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dari survei yang dilakukan pada 3-10 September terhadap 1.220 responden itu terungkap bahwa mayoritas tak percaya pada isu kebangkitan PKI.
Peneliti SMRC Sirojudin Abbas menjelaskan, hanya 5,4 persen saja yang menganggap kondisi saat ini kurang aman. Adapun 0,1 persen responden menilai kondisi saat ini tidak aman sekali.
Sedangkan 76,5 persen responden menilai kondisi saat ini cukup aman dari ancaman kekuatan tertentu. Bahkan, 12,3 persen responden menyebut kondisi saat ini sangat aman.
“Secara umum warga merasa sangat aman atau cukup aman dari berbagai ancaman bagi keamanan,”tutur Sirojudin dalam paparan tentang hasil survei itu di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (29/9).
Sementara soal isu tentang ancaman kebangkitan PKI, ternyata mayoritas responden tak percaya. Ada 86,8 persen responden yang tidak setuju dengan isu itu.
Hanya 12,6 persen responden yang setuju dengan isu itu. “Mayoritas warga (86,8 persen) tidak setuju bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI. Yang setuju hanya 12,6 persen,” sebut Sirojudin.
Namun, survei SMRC itu juga menunjukkan hasil menarik. Mayoritas pihak yang setuju terhadap isu tentang kebangkitan PKI adalah pendukung Prabowo Subianto ataupun pemilih Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dari 4,4 persen responden yang menyatakan massa pemilih PKS , 37 persen di antaranya mengaku setuju dengan anggapan tentang kebangkitan PKI. Dari angka itu, 58 persen di antaranya menilai isu kebangkitan PKI telah menjadi ancaman.
"Namun mayoritas massa pemilih PKS atau sekitar 63 persen tetap menyatakan tidak setuju," tutur Sirojudin.
Kemudian dari 10,2 persen responden yang menyatakan pemilih Partai Gerindra, sebanyak 20 persen menyatakan setuju dengan isu tentang kebangkitan PKI. Sementara 80 persen lainnya menyatakan tidak setuju.
"Jadi opini tentang adanya kebangkitan PKI paling banyak terdapat pada responden yang menyatakan pemilih PKS dan Gerindra," ucapnya.
Selain itu, opini tentang adanya kebangkitan PKI lebih banyak terdapat pada pemilih Prabowo. Dari 46,85 persen responden yang memilih Prabowo-Hatta Rajasa pada Pemilihan Presiden 2014 lalu, sebanyak 19 persen setuju dengan isu kebangkitan PKI. Sedangkan ada 81 persen lainnya menyatakan tidak setuju.
Sementara dari 53,15 persen responden yang memilih Jokowi-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 lalu, hanya 10 persen yang setuju sedang terjadi kebangkitan PKI. Sementara 89 persen di antaranya menyatakan tak setuju.
Bahkan, SMRC juga menyodorkan kesimpulan menarik tentang opini mengenai kebangkitan PKI. Merujuk survei itu, opini kebangkitan PKI memang dimobilisasi.
“Opini kebangkitan PKI di masyarakat tidak terjadi secara alamiah, melainkan hasil mobilisasi opini kekuatan politik tertentu, terutama pendukung Prabowo, mesin politik PKS dan Gerindra,” sebut Sirojudin.
Menurutnya, gejala hasil mobilisasi terlihat pada warga yang cenderung punya akses ke media massa, terutama medsos. "Secara polisik, isu kebangkitan PKI tidak penting karena tak dirasakan oleh hampir semua warga,” tegasnya.
Quote:
Quraish Shihab: PKI Sudah tak ada, tapi penganut paham komunis ada di RI.
Bahwa Aidit, seorang pemimpin partai, menulis sajak, memang tradisi yang tampaknya berlaku bagi pemimpin-pemimpin partai komunis.
Mao Zedong menulis sajak. Demikian pula Leonid Brezhnev. Sastra pun selalu mendapat perhatian besar dalam sudut pandang ideologi komunisme.
Bahwa Aidit, seorang pemimpin partai, menulis sajak, memang tradisi yang tampaknya berlaku bagi pemimpin-pemimpin partai komunis.
Mao Zedong menulis sajak. Demikian pula Leonid Brezhnev. Sastra pun selalu mendapat perhatian besar dalam sudut pandang ideologi komunisme.
Diubah oleh kelazcorro 29-09-2017 22:17
4
3.2K
Kutip
35
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan