- Beranda
- Komunitas
- News
- Beritagar.id
Bebegig dan kolecer, penjaga sawah dan pariwisata Banten


TS
BeritagarID
Bebegig dan kolecer, penjaga sawah dan pariwisata Banten

Salah satu bebegig di sepanjang jalan Tanjung Lesung, Banten, Minggu (24/9/2017).
Festival Pesona Tanjung Lesung 2017 pada 22-24 September menyuguhkan rangkaian acara yang dirancang untuk dapat dinikmati berbagai kalangan.
Bagi para penggemar olahraga ekstrem tersedia Rhino X Triathlon. Sementara pada budaya Banten digelar rangkaian festival bebegig dan kolecer yang digelar di area Pasar Kolecer, Tanjung Lesung. Bahkan ada pula workshop bebegig dan kolecer.
Acara yang dilaksanakan di tenda utama Pasar Kolecer ini merupakan gagasan Pemerintah Kabupaten Pandeglang dan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung. Tujuannya untuk mengakrabkan generasi muda dengan kekayaan tradisi dan warisan budaya Banten.
Menurut Endang Permana, salah seorang instruktur lokakarya, kegiatan ini dilakukan agar anak-anak muda Banten tidak melupakan budaya lokal dan tidak terbius budaya luar.
"Jadi, ini adalah budaya khas Indonesia. Dan harapannya, semoga bebegig dan kolecer ini bisa mendunia," ujarnya.
Disebutkan pula bahwa bebegig bukan untuk tujuan mistis seperti mitos selama ini. Bebegig atau boneka sawah yang menyerupai sang petani dibuat sebagai bentuk usaha para petani untuk mempertahankan panennya dari serangan hama burung.
Panitia pun melombakan kreasi bebegig. Hasil karya para peserta dipamerkan di pinggir jalan Tanjung Lesung Beach Club sepanjang lebih dari 1 kilometer.

Berbagai model bebegig yang berjajar di sepanjang jalan masuk ke Tanjung Lesung Beach Club, Banten, Minggu (24/9/2017).
Sedangkan kolecer merupakan baling-baling sederhana yang dibuat tinggi dan berbunyi untuk menakuti binatang yang mendekat ke arah sawah. Endang pun mengajarkan para peserta bagaimana membuat kolecer dan bebegig dalam bentuk sederhana.

Kolecer sederhana
Setelah memahami bagaimana cara membuatnya, para peserta tampak antusias untuk mencoba membuat sendiri. Sebagian besar peserta adalah murid-murid dari sejumlah sekolah menengah yang juga merupakan anggota Pramuka Kwarda Banten.
Sedangkan pada lomba bebegig dan kolecer yang terbuka untuk umum, rata-rata peserta ialah masyarakat provinsi Banten, terutama dari daerah Pandeglang-Tanjung Lesung.
Aturan mainnya pun tak terlalu sulit. Ki Sunda, salah satu budayawan Banten yang juga menjadi penyelenggara lomba, menuturkan kepada Beritagar.id. "Yang penting bebegig dan kolecer dibuat sekreatif mungkin. Tapi tidak boleh dengan bahan-bahan yang mewah dan mahal. Semuanya harus dengan alat dan bahan yang mudah didapat," katanya.

Ki Sunda, saat menjelaskan seluk beluk bebegig dan kolecer, Sabtu (23/9/2017).
Jika bebegig kerap dibuat dengan limbah gabah, karung goni bekas, bambu hingga pakaian bekas, kolecer dibuat lebih sederhana.
Kolecer yang dipamerkan di area Mongolian Culture Center ini rata-rata berupa sebilah bambu yang ditegakkan menjunjung langit. Di bagian ujungnya dibuat baling-baling sederhana. Ada pula hiasan dedaunan, botol bekas hingga bendera merah putih.

Kolecer di areal persawahan sekitar Tanjung Lesung, Banten.
Ki Sunda menambahkan bahwa biasanya bujet yang dikeluarkan untuk membuat bebegig dan kolecer tak lebih dari Rp150 ribu hingga Rp200 ribu. Dan Ki Sunda merasa festival ini menjadi penting bagi masyarakat luas terhadap potensi wisata di Tanjung Lesung.
"Biar nanti kalau ada wisatawan yang bertanya, masyarakat tahu di mana Tanjung Lesung karena mereka pernah ikut berpartisipasi dalam acara ini," ungkapnya.
Kolecer dan bebegig yang para peserta ini dinilai dan kemudian mendapat nilai. Bila meraih nilai terbaik, panitia menyediakan hadiah Rp7 juta. Namun Ki Sunda menegaskan bahwa nilai penting bukan kompetisi dan hadiahnya.
"Fokus kegiatan ini adalah memberikan kesempatan kaum muda untuk dapat mengenal dan mempelajari seni dan budaya Banten, bukannya berkompetisi," pungkasnya.
Sementara salah seorang pengunjung festival, Mafi, mengaku senang bisa hadir setelah datang dari Desa Menes, Pandeglang, Banten. "Ke sini karena tahu ada panggung rame, kebetulan juga desa saya ikut lomba bebegig," ujar Mafi yang hadir bersama suami, dua anak, dan ibu mertuanya.

Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...iwisata-banten
---
Baca juga dari kategori BERITA :
-

-

-



anasabila memberi reputasi
1
1.1K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan