- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Bela Warga Rohingya, Organisasi Karen Kutuk Aksi Militer Myanmar


TS
loungerkaskus
Bela Warga Rohingya, Organisasi Karen Kutuk Aksi Militer Myanmar
TEMPO.CO, Jakarta - Karen Women’s Organisation (KWO), organisasi perlindungan perempuan Myanmar, mengeluarkan surat pernyataan yang mengutuk aksi militer Myanmar melawan etnis Rohingya melalui situs resminya pada Senin, 18 September 2017.
Melalui surat pernyataan ini, KWO mengecam aksi militer Myanmar yang memaksa lebih dari 300.000 warga etnis Rohingya dan warga negara bagian Rakhine lainnya lari dari tempat tinggalnya untuk bertahan hidup. KWO menyatakan kehancuran yang disebabkan aksi kriminal militer Myanmar yang melawan rakyat Myanmar telah terjadi selama bertahun-tahun dan hal ini harus segera dihentikan.
“Kami telah melihat kehancuran yang disebabkan oleh aksi kriminal militer (Myanmar) melawan rakyat kita selama bertahun-tahun. Inilah cerita mimpi buruk kita dan hal ini harus segera kita hentikan,” demikian bunyi pernyataan KWO. “Sudah waktunya semua orang yang memiliki hati nurani untuk bergerak.”
KWO mengajak dua lembaga legislatif Myanmar, Pyithu Hluttaw dan Amyotha Hluttaw, Penasehat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi dan perwakilan etnis - etnis Myanmar secara resmi mengutuk aksi militer Myanmar melawan Rohingya. Pihaknya mendukung seruan dari Komisi Penasehat Rakhine untuk mengakhiri pembatasan kewarganegaraan dan kebebasan bergerak warga etnis Rohingya.
Organisasi pemberdayaan perempuan ini pun mengajak sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan semua negara yang saat ini menyediakan pelatihan dan kerjasama bagi militer Myanmar untuk menghentikan segala bentuk kerjasama dan perjanjian.
KWO menekankan militer Myanmar harus dibebaskan dari status kebal hukum dan diperlakukan sebagai kriminal perang atas aksi mereka.
“Sudah saatnya kit mencapai kesepakatan untuk hak-hak etnis dan sebuah sistem pemerintahan yang memungkinkan kita semua, termasuk etnis Rohingya, untuk hidup bersama dalam damai,” tegas KWO.
KWO merupakan organisasi yang bergerak di bidang perlindungan hak dan pemberdayaan perempuan di Myanmar. Karen Women’s Organisation berawal dari ketidak adilan yang dialami warga etnis Karen Myanmar yang terpaksa harus pergi dari tanahnya dan melarikan diri ke Thailand akibat serangan militer Myanmar.
Sejak 25 Agustus 2017 ketika kelompok militan Pembebasan Arakan Rohingya menyerang pos kepolisian Myanmar, lebih dari 400.000 ribu warga etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. PBB memperkirakan sebanyak 1 juta warga etnis Rohingya akan melarikan diri ke Bangladesh pada akhir tahun ini jika para pengungsi terus berdatangan.
cekidott gan
sedikit tentang etnis karen ini gan....mereka juga etnis minoritas yang akhirnya angkat senjata memberontak dan meminta otonomi mandiri.
sebelum beberapa bagian dari etnis rohingya angkat senjata, etnis karen dan kachin sudah jauh lebih dulu melakukannya
Melalui surat pernyataan ini, KWO mengecam aksi militer Myanmar yang memaksa lebih dari 300.000 warga etnis Rohingya dan warga negara bagian Rakhine lainnya lari dari tempat tinggalnya untuk bertahan hidup. KWO menyatakan kehancuran yang disebabkan aksi kriminal militer Myanmar yang melawan rakyat Myanmar telah terjadi selama bertahun-tahun dan hal ini harus segera dihentikan.
“Kami telah melihat kehancuran yang disebabkan oleh aksi kriminal militer (Myanmar) melawan rakyat kita selama bertahun-tahun. Inilah cerita mimpi buruk kita dan hal ini harus segera kita hentikan,” demikian bunyi pernyataan KWO. “Sudah waktunya semua orang yang memiliki hati nurani untuk bergerak.”
KWO mengajak dua lembaga legislatif Myanmar, Pyithu Hluttaw dan Amyotha Hluttaw, Penasehat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi dan perwakilan etnis - etnis Myanmar secara resmi mengutuk aksi militer Myanmar melawan Rohingya. Pihaknya mendukung seruan dari Komisi Penasehat Rakhine untuk mengakhiri pembatasan kewarganegaraan dan kebebasan bergerak warga etnis Rohingya.
Organisasi pemberdayaan perempuan ini pun mengajak sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan semua negara yang saat ini menyediakan pelatihan dan kerjasama bagi militer Myanmar untuk menghentikan segala bentuk kerjasama dan perjanjian.
KWO menekankan militer Myanmar harus dibebaskan dari status kebal hukum dan diperlakukan sebagai kriminal perang atas aksi mereka.
“Sudah saatnya kit mencapai kesepakatan untuk hak-hak etnis dan sebuah sistem pemerintahan yang memungkinkan kita semua, termasuk etnis Rohingya, untuk hidup bersama dalam damai,” tegas KWO.
KWO merupakan organisasi yang bergerak di bidang perlindungan hak dan pemberdayaan perempuan di Myanmar. Karen Women’s Organisation berawal dari ketidak adilan yang dialami warga etnis Karen Myanmar yang terpaksa harus pergi dari tanahnya dan melarikan diri ke Thailand akibat serangan militer Myanmar.
Sejak 25 Agustus 2017 ketika kelompok militan Pembebasan Arakan Rohingya menyerang pos kepolisian Myanmar, lebih dari 400.000 ribu warga etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. PBB memperkirakan sebanyak 1 juta warga etnis Rohingya akan melarikan diri ke Bangladesh pada akhir tahun ini jika para pengungsi terus berdatangan.
cekidott gan
sedikit tentang etnis karen ini gan....mereka juga etnis minoritas yang akhirnya angkat senjata memberontak dan meminta otonomi mandiri.
Quote:
sebelum beberapa bagian dari etnis rohingya angkat senjata, etnis karen dan kachin sudah jauh lebih dulu melakukannya





anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
2.5K
23


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan