Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korea Utara (Korut) dituduh mengeksekusi 11 musisi yang dituding membuat video porno. Para musisi itu dilaporkan dieksekusi dengan senjata anti-pesawat hingga tubuh mereka hancur.

Tuduhan dilontarkan pembelot Korut, Hee Yeon Lim, putri mendiang perwira senior militer Pyongyang.

Pembelot berusia 25 tahun ini mengatakan bahwa sekitar 10.000 orang dipaksa untuk menonton eksekusi mengerikan di lapangan olah raga di Akademi Militer Pyongyang, tidak lama setelah Kim Jong-un mengambil alih jabatan sebagai pemimpin tertinggi menggantikan mendiang ayahnya tahun 2011.

Hee Yeon melarikan diri dari negaranya pada tahun 2015. Dia tiba di Korea Selatan pada tahun lalu dan membuat tuduhan mengejutkan saat wawancara dengan Daily Mirror.

”Kami diperintahkan untuk meninggalkan kelas kami oleh petugas keamanan dan melakukan perjalanan ke Akademi Militer di Pyongyang,” kata Hee Yeon, yang berbicara dengan nama samaran karena khawatir akan keselamatannya.

”Ada lapangan olah raga di sana, semacam stadion. Para musisi dibawa keluar, diikat, berkerudung dan rupanya tersumbat, sehingga mereka tidak dapat membuat keributan, tidak bisa meminta belas kasihan atau bahkan menjerit,” ujar Hee Yeon, yang dilansir semalam (20/9/2017).

”Apa yang saya lihat hari itu membuat saya sakit di perut saya, mereka dilecehkan sampai akhir hayat dengan senjata anti-pesawat terbang,” papar dia.

”Ada sekitar 10.000 orang yang diperintahkan untuk menonton pada hari itu dan saya berdiri 200 kaki dari para korban ini. Sebuah senjata ditembakkan, suara itu Cumiakkan telinga, sangat mengerikan, dan senjata ditembakkan satu demi satu,” sambung Hee Yeon.

”Para musisi menghilang begitu saja setiap kali senjata ditembakkan. Jasad mereka tertiup angin, hancur total, darah dan sedikit (sisa jasad) terbang ke mana-mana.”

Menurut pembelot Korut ini, ada sisa-sisa jasad korban yang dilindas dengan tank-tank militer hingga tak tersisa lagi. ”Saya merasa sangat sakit karena menyaksikan ini, sangat mengerikan dan saya tidak bisa makan selama tiga hari karena membuat perut saya mual,” imbuh Hee Yeon.
Hee Yeon sebelumnya membuat klaim bahwa rezim Kim Jong-un merekrut para siswi cantik di Pyongyang untuk dijadikan sebagai budak seks. Para korban, kata dia, termasuk teman-teman sekelasnya.

Klaim eksekusi horot yang tidak terverifikasi dari pembelot ini memiliki kesamaan yang mencolok dengan laporan yang muncul pada tahun 2013 tentang dugaan eksekusi terhadap para musisi dari Orkes Unhasu Korut, di mana istri Kim, Ri Sol-ju, menjadi anggotanya.

Surat kabar Jepang, Asahi Shimbun, dalam laporannya menyatakan kelompok orkes itu dan rombongan seni Wangjaesan dieksekusi setelah dicurigai membuat video porno. Eksekusi, menurut laporan tersebut, dilakukan karena Kim khawatir reputasi istrinya bisa rusak.

Pernah Dibantah

Pada waktu yang sama, majalah Korea Selatan, Chosun Ilbo, juga melaporkan tentang eksekusi terhadap selusin musisi, termasuk mantan kekasih Kim Jong-un, Hyon Song-wol.

Namun, laporan tersebut dibantah kantor berita negara Korut, KCNA, yang menganggap media Korea Selatan membuat laporan palsu dan berbahaya. Bantahan itu diperkuat laporan AFP yang menyatakan, Hyon Song-wol muncul di televisi pada tahun 2014 dalam kondisi hidup dan sehat.

Laporan palsu tentang kehidupan di negara tersebut memang marak yang diduga dirancang oleh musuh Korut. Para wartawan hampir tidak mungkin melakukan verifikasi independen atas klaim-klaim mengerikan di Korut karena rezim Kim Jong-un menutup akses informasi secara ketat.

Tapi laporan eksekusi dengan senjata anti-pesawat terbang oleh rezim Korut bukan yang pertama kali muncul.

Pada tahun 2015, Committee of Human Rights in North Korea (Komite HAM di Korut) merilis citra satelit yang menunjukkan eksekusi terhadap sekelompok orang dengan enam senjata anti-pesawat ZPU-4 buatan Rusia.

Gambar satelit itu diklaim diambil pada bulan Oktober 2014, dari atas Area Pelatihan Militer Kanggon, sekitar 15 mil sebelah utara Pyongyang.

https://international.sindonews.com/...at-1505927822/