Panglima TNI bermain cantik dan menyalip di tikungan secara tiba-tiba. Cara menyalipnya pun pas, momentumnya dapat dan terus-terang berhasil membuat pemerintah tidak berdaya.

Ibarat menyiapkan jebakan buah simalakama bagi pemerintah. Jika pemerintah melarang, maka jelas akan semakin mengentalkan tudingan bahwa istana minimal seolah nampak sebagai pendukung PKI dan lebih parahnya lagi, akan menjadi pembenaran yang paling tragis menganai tuduhan dari sebagian pihak bahwa istana adalah sarang PKI.

Lebih berbahaya lagi, jika Jokowi salah langkah dengan melarang, selain menjadi pembenaran bahwa istana adalah sarang PKI, maka Jokowi juga harus berhadap-hadapan dengan TNI. Ini akan menjadikan eskalasi benturan menjadi jauh lebih berbahaya ketimbangs ekedar berhadap-hadapan dengan partai oposisi.

Selain itu, Jokowi juga ditempatkan pada posisi yang serba salah dan serba sulit. Jika mendukung pemutaran ulang film G30S PKI, sebenarnya Jokowi juga asangat mungkin akan berhadap-hadapan dengan kaum nasionalis termsauk PDIP sebagai core platform partai yang mengusungnya sebagai presiden.

Partai oposisi akan membonceng dan mengail di air keruh

Terbukti, PKS dan PAN langsung mengamini dan bahkan menginstruksikan semua jajarannya untuk nobar film G30S PKI. Bahkan, partai pendukung pemerintah pun juga sudah ada yang ikut-ikutan mendukung nobar film G30S PKI. Setidaknya Golkar melalui Bambang Susatyo sudah menyatakan hal ini.

Gerindra dan kelompok Islam fundamentalis, pasti akan juga mengambil momentum dahsyat ini dengan suka-cita. Setidaknya, dendam Gerindra dkk untuk mem-PKI-kan PDIP akan terbuka lebar, dan imbasnya bagi penggembosan suara pendukung Jokowi akan sangat efektif dan biayanya sangat murah.

Partai pendukung Jokowi akan semakin tercerai-berai. Ya itu pasti akan terjadi, setidaknya PAN dan Golkar pun sudah mulai muntir dan mulai gamang. PPP pun sikapnya juga sudah mulai abu-abu. Hanya tinggal beberapa partai yang masih solid, salah satunya jelas PDIP.

Apakah panglima TNI sengaja memojokkan pemerintahan Jokowi?

Yang paling tahu isi hati Panglima ya cuma dirinya sendiri. Kalau menurut aku, kalau panglima sengaja memojokkan pemerintahan Jokowi mungkin tidak sejauh itu. Panglima sebenarnya adalah sosok yang sangat tidak ingin NKRI terbelah dan membuat negeri ini gonjang-ganjing.

Sayangnya manuver dan touring Panglima TNI akhir-akhir ini, terbaca oleh publik yang kritis adanya udang di balik bakwan. Pertanyaan kritis publik sebenarnya mengarah kearah tersebut, namun sayangnya jawaban Panglima TNI walaupun bernada halus namun implikasinya sangat keras “kalau saya yang memerintah, terus mau apa?”

Sah-sah saja Panglima melakukan manuver dan touring jikalau ingin mencalonkan diri sebagai RI satu. Namun sangat tidak elok jikalau Panglima yang notabene masihs ebagai bawahan Presiden yang merupakan Panglima Tertinggi, melakukannya dengan cara-cara seperti ini. Akan sangat jentelmen dan elegan jikalau Panglima melakukannya selepas dari jabatannya sebagai orang nomer satu di tubuh TNI.

Semoga saja, Panglima TNI hanya berniat baik demi mengingatkan fakta sejarah kepada publik atas kebrutalan dan keganasan pemberontakan PKI. Semoga saja tidak ada maksud lain dari Panglima TNI, selain menjalankan tugasnya sebagai orang nomor satu di tubuh TNI yang merupakan organisasi terkuat dalam segalanya di negeri ini.

Semoga saja Panglima TNI paham dengan dampak manuvernya yang sengaja atau tidak, justru menempatkan Presiden pada posisi yang serba salah dan sangat sulit dalam mengambil sikap ini. Menempatkan posisi Presiden harus mengambil jalan tengah yang garing dengan mewacanakan produksi ulang film G30S PKI yang cocok dengan generasi milenial. Wacana yang bagi orang-orang yang kritis nampak seolah asal comot dan mudah untuk dijadikan bahan lelucon oleh sebagian kalangan.

sumur

kalau cuma ngambil dari situs berita abal-abal gw juga bisa.
walaupun sumbernya kayak abal-abal, namun analisisnya lumayan yahud juga.