7 Film Indonesia Ini Dibuat dengan Biaya yang Fantastis, Dapet Untung Gak Ya?
TS
yukepodotcom
7 Film Indonesia Ini Dibuat dengan Biaya yang Fantastis, Dapet Untung Gak Ya?
WELCOME TO YUKEPO OFFICIAL THREAD
Jika berbicara tentang biaya produksi film, tentunya setiap film membutuhkan biaya produksi yang berbeda-beda. Hal itu tergantung dengan isi cerita dan teknologi yang digunakan dalam pembuatan film itu sendiri. Semakin canggih teknologi yang digunakan, tentu akan semakin membengkak biaya yang akan dikeluarkan pihak studio film. Kita mungkin sudah tak heran dengan mahalnya biaya produksi film Hollywood yang memang sangat totalitas dalam membuat sebuah film. Baik dari segi kostum hingga teknologi yang digunakan.
Nah, namun pernahkah kamu bertanya-tanya berapa biaya produksi film di Indonesia? Ternyata ada beberapa film Indonesia yang dibuat dengan memakan biaya fantastis. Kira-kira film apa aja ya? Yuk langsung aja kita lihat.
Spoiler for Street Society:
Film action tentang balapan mobil ini memang menjadi film dengan nuansa baru bagi perfilman di Indonesia. Beberapa mobil mewah seperti Lamborghini, Mercedez-Benz, dan Ferrari menjadi “senjata” yang ditonjolkan di film ini. Dengan menggunakan beberapa nama artis papan atas seperti Marcel Chandrawinata dan Chelsea Islan, film ini memakan biaya sampai 18 miliar rupiah. Namun sayangnya, mahalnya biaya tersebut tidak membuat film ini tembus 10 besar film Indonesia terlaris.
Spoiler for Pendekar Tongkat Emas:
Mungkin film ini menjadi satu-satunya film bertemakan kolosal yang dikemas berbeda dari film-film kolosal Indonesia pada umumnya. Pendekar Tongkat Emas memberikan efek yang lebih rapi dan halus dalam setiap pertarungannya. Film ini juga dipenuhi oleh artis papan atas seperti Reza Rahadian, Christine Hakim, Nicholas Saputra, dan masih banyak lagi. Pembuatan film Pendekar Tongkat Emas sendiri memakan biaya 25 miliar rupiah.
Apa Artinya Cinta
Spoiler for :
Apa Artinya Cinta merupakan salah satu film Indonesia bertemakan drama cinta dengan biaya produksi termahal. Hal ini dikarenakan lokasi syuting yang dilakukan di Amerika Serikat. Film yang dibintangi Samuel Rizal dan Shandy Aulia ini memakan biaya 30 miliar rupiah. Tentu jumlah tersebut terbilang sangat mahal untuk sebuah film drama.
Spoiler for Ketika Cinta Bertasbih:
Film yang merupakan adaptasi dari novel best seller karya Habiburahman El Shirazy ini memilih Mesir sebagai tempat lokasi syuting. Tak melulu menggunakana artis papan atas, film ini membuka audisi dalam mencari orang yang sekiranya pantas bermain di film ini. Tak heran jika biaya yang dihabiskan dalam proses pembuatan film ini mencapai 40 miliar rupiah.
Spoiler for The Raid 2:
Sukses dengan film pertamanya, Iko Uwais kembali membawa film The Raid 2 menjadi film action terbaik Indonesia. Film yang menghadirkan berbagai adegan bela diri yang epic ini dibintangi oleh beberapa aktor ternama. Tak heran jika biaya produksinya mencapai 54 miliar rupiah. Membangkaknya biaya produksi juga disebabkan oleh molornya jadwal syuting yang awalnya diperkirakan hanya memakan 90 hari menjadi 132 hari.
Spoiler for Gunung Emas Almayer:
Walaupun judul filmnya masih kurang familiar di telinga kita, namun biaya pembuatan film ini sendiri mencapai 60 miliar rupiah. Hal ini dikarenakan aktor yang membintangi film Gunung Emas Almayer berasal dari tiga negara berbeda, yakni Malaysia, Australia, dan Indonesia.
Spoiler for Trilogi Merdeka:
Film trilogi yang mengangkat cerita tentang sejarah perjuangan Indonesia ini dibuat 3 sekuel. Yaitu, Merah Putih, Merah Putih II: Darah Garuda, dan Hati Merdeka. Sebagai film sejarah perjuangan film Indonesia, film ini dibumbui oleh efek-efek layaknya film Hollywood. Tak ayal jika film trilogi ini memakan biaya mencapai 64 miliar rupiah.
Itulah beberapa film tanah air yang memakan biaya produksi sangat mahal. Tentu biaya tersebut tidaklah sebanding dengan film-film Hollywood dengan segi teknologi yang mumpuni, namun untuk film Indonesia, biaya tersebut sudah termasuk sangat mahal. Nah, di antara beberapa film Indonesia di atas, mana yang menurutmu paling bagus?