Penjelasan Ilmiah Di Balik Kasus Penyerangan Hewan Ternak yang Mati secara Misterius
TS
dodydrogba
Penjelasan Ilmiah Di Balik Kasus Penyerangan Hewan Ternak yang Mati secara Misterius
Pernah kah Anda mendengar dan membaca berita seputar kematian hewan ternak yang mati mendadak secara misterius akhir - akhir ini di mana selalu ditemukan tanda - tanda kematian yang gak lazim seperti perut terkoyak lalu diambil organnya atau lehernya seperti dihisap darahnya. Iya, kasus misteri yang sebenarnya bukan cuma di Indonesia saja tapi di luar negri pun juga ada. Namun bisa kah kejadian ini di nalar secara ilmiah? ya, seperti di lansir dari media kompas seorang ahli membeberkan mahluk seperti apa yang memungkinkan menjadi penyebab kematian bagi para hewan ternak tak berdosa itu. Berikut penjelasannya:
Spoiler for Misteri Anjing Penghisap Darah Terkuak:
KOMPAS.com — Cerita misteri tentang anjing setan penghisap darah atau chupacabra dipecahkan oleh salah seorang ilmuwan. Cerita seram tentang anjing monster yang "hot" tiap menjelang perayaan Halloween pada akhir Oktober akan berubah menjadi penjelasan ilmiah. Namun, jangan mendambakan penjelasan tentang adanya spesies baru anjing yang menghisap darah karena chupacabra sebenarnya hanyalah anjing liar biasa yang terkena kudis mematikan.
Mitos tentang chupacabra atau yang juga dikenal dengan anjing setan penghisap darah kambing (goat sucker) bermula dari adanya laporan tentang penyerangan hewan ternak di Meksiko dan Puerto Rico. Hewan ternak yang terserang ditemukan mati dengan luka tusukan dan kehabisan darah. Isu lalu berkembang lebih besar ketika peristiwa yang sama juga ditemukan di wilayah lain Amerika Latin dan Amerika Serikat.
Dari situlah, masyarakat setempat mengembangkan cerita tentang adanya makhluk jahat yang dideskripsikan mirip anjing, mirip reptil, dan mirip binatang pengerat. Makhluk ini menurut anggapan masyarakat memiliki moncong yang panjang, taring yang besar, kulit yang bersisik dan kering, serta bau yang sangat menjijikkan. Masyarakat setempat menganggap bahwa si makhluk jahat itulah yang bertanggung jawab terhadap kematian para ternak.
Barry O Connor, biolog dari Universitas Michigan, mengungkapkan bahwa chupacabra hanyalah anjing liar biasa yang terkena kudis. Penyakit yang bagi anjing bisa mematikan itu disebabkan oleh tungau berkaki delapan yang berdiam di lapisan bawah kulit. Tak hanya anjing liar yang bisa terkena penyakit ini. Hewan lain yang rentan, seperti coyote, juga bisa diserang oleh tungau tersebut sehingga akhirnya memiliki penampakan layaknya chupacabra.
Connor menjelaskan, tungau yang bertanggung jawab terhadap penyakit kudis anjing liar itu adalah Sarcoptes scabiei yang juga menyebabkan gatal pada manusia, disebut scabies atau kudis. Ia juga mengungkapkan bahwa kudis pada manusia memang mengganggu, tetapi bukanlah gangguan yang serius karena manusia memiliki jumlah rambut atau bulu yang sangat sedikit dan populasi tungau pada manusia hanya 20-30 ekor tiap orang.
Manusia telah berevolusi selama ribuan tahun untuk mengembangkan perlawanan terhadap tungau, seperti dengan memiliki bulu yang lebih sedikit. Namun, ketika manusia mulai memelihara anjing, manusia juga mulai mentransfer tungau-tungau yang ada dalam tubuh mereka kepada si anjing. Tubuh anjing yang menjadi korban, menurut Connor, tampaknya tak cukup mampu untuk melawan parasit itu.
"Kapan saja Anda berhubungan dengan parasit baru, efeknya sangat buruk. Pasti akan terdapat banyak kerusakan dan kematian dalam tingkatan yang tinggi. Anjing yang belum pernah memiliki hubungan dengan tungau tak memiliki sejarah interaksi dengannya sehingga tak mampu mengembangkan pertahanan yang tepat terhadap serangannya," ungkap Connor yang juga merupakan profesor biologi evolusi.
Pada anjing liar tak beruntung yang "menjelma" menjadi "chupacabra" ini, sejumlah besar tungau berdiam di lapisan bawah kulitnya dan mengakibatkan pembengkakan, menghasilkan penebalan lapisan kulit, dan suplai darah ke rambut terhenti sehingga bulu-bulu rontok. Pada kondisi tertentu, ada bukaan kulit yang memungkinkan bakteri masuk. Hal tersebut mengakibatkan infeksi kedua yang mematikan. Alhasil, yang didapatkan adalah makhluk jelek, berkulit kasar, dan bau, persis gambaran chupacabra.
Lalu, apa yang menjelaskan penyebab makhluk itu menyerang ternak? "Karena kondisi anjing liar itu melemah, mereka sulit untuk berburu mangsa. Jadi, mereka terpaksa untuk memakan hewan ternak, seperti domba dan kelinci, karena lebih mudah untuk mendapatkannya. Ya, kejadiannya persis sama ketika gajah sumatera dirusak habitatnya sehingga menyerang lahan pertanian warga sekitarnya.
Anjing liar bukanlah satu-satunya hewan yang bisa terserang oleh tungau. Di daerah lain, dilaporkan bahwa tupai juga bisa diserang dan akhirnya menjadi sulit untuk bergerak, mengakibatkan tupai lebih mudah untuk mati di jalan karena kecelakaan. Di Australia, tungau juga dilaporkan menyerang wombat. Si wombat ini dikabarkan mendapatkan tungau dari anjing domestik, sementara anjing domestik mendapatkannya dari manusia.
Jika kita melihat penjelasan di atas tentu masih ada pertanyaan lain salah satunya bagiamana dengan leher hewan ternak yang di hisap. Terkait hal ini ada kemungkinan lain salah satunya adalah perilaku predator atau hewan buas yang berburu hanya untuk olahraga, mirip seperti paus yang suka memainkan buruannya seperti anjing laut. Bedanya disini hewan itu tak dimakan tapi ditinggalkan begitu saja. Tentu ini belum bisa dipastikan untuk kasus di Indonesia apakah benar - benar seperti itu, sedangkan di luar negri hewan seperti serigala terkadang bisa melakukan hal itu. Penjelasan ini bisa dilihat selengkapnya dengan kata kunci surplus klling. Masih menjadi pertanyaan karena dihutan sendiri mencari mangsa lain sebenarnya sudah sulit, tapi hewan seperti ini jauh - jauh datang dari gunung dan hutan tidak memakan buruannya namun meninggalkannya saja. Untuk di Indonesia hewan yang biasanya menjadi tersangka ialah ajag dan juga anjing liar lain, namun masih terbuka kemungkinan lain akan hewan lainnya. Misalnya seperti yang terjadi di GunungKidul dan juga Baluran.
Spoiler for 5 Kambing Dimangsa Anjing Liar, Warga di Gunungkidul Resah:
OGYAKARTA, KOMPAS.com - Warga Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta, resah dengan kemunculan anjing liar yang memangsa ternak warga.
Kepala Desa Purwodadi, Sucipto mengatakan, dalam beberapa hari terakhir, sedikitnya lima kambing milik warga di Dusun Sureng sekitar Pantai Siung dan Pantai Ngondo, mati diduga akibat dimangsa anjing liar.
"Tidak dimakan sampai habis, hanya sebagian tubuh ternak," katanya saat dihubungi, Rabu (9/8/2017).
Baca juga: Dinas Peternakan Akan Musnahkan Anjing Liar di Rejanglebong
Dia menduga ternak warga dimakan kawanan anjing liar yang selama ini mendiami sejumlah goa di perbukitan. Mereka masuk ke peternakan warga karena sudah tak ada hewan yang bisa dimangsa di perbukitan.
Apalagi, kandang ternak milik warga berada jauh dari permukiman. Warga biasanya membangun kandang yang dekat dengan sumber pakan, yakni ladang.
Untuk mengantisipasi serangan susulan, masyarakat melakukan ronda malam, dan membunyikan suara untuk mencegah serangan hewan liar tersebut. Namun demikian, sampai saat ini belum ada satupun hewan liar tertangkap.
"Jika ada anjing liar langsung dibunuh saja, karena meresahkan warga," ucapnya.
Baca juga: Ada Anjing Liar Berbulu Hitam Serang Tiga Warga di Sidrap
Serangan hewan liar ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Tahun kemarin di anjing liar juga memakan ternak milik warga di Dusun Pulegundes I dan II, Puleireng, serta Dusun Bengle II.
"Tahun lalu ada belasan kambing yang mati," ujarnya.
Spoiler for Awas..! Predator Ajag di Taman Nasional Baluran Incar Ternak Warga:
Situbondo - Kebiasaan warga Situbondo menggembala ternak di kawasan Taman Nasional (TN) Baluran harus segera dihentikan. Sebab, populasi predator jenis ajag (anjing hutan) di Baluran cukup banyak.
Hingga kini sudah ada beberapa ekor ternak milik warga yang dilaporkan mati akibat dimangsa predator ajag di kawasan tersebut. Namun, pihak Balai TN Baluran tidak bisa memberikan ganti rugi, karena wilayahnya termasuk area larangan menggembala.
\\\"Kita sudah memasang beberapa papan larangan menggembala di kawasan ini. Tapi sebagian warga sekitar masih nekat menggembala ternaknya ke hutan. Jadi, ternak yang terlanjur dimangsa tidak ada ganti rugi,\\\" kata Kepala Divisi Perlindungan Hutan TN Baluran Situbondo, Resi Suworo kepada detiksurabaya.com, Sabtu (5\/5\/2012).
Keterangan yang diperoleh, sejauh ini sedikitnya ada 2 ekor sapi dan 1 kambing milik warga yang menjadi santapan predator jenis ajag di kawasan TN Baluran. Ternak-ternak itu dimangsa serombongan anjing hutan saat sedang digembala pemiliknya di kawasan hutan Baluran. Sang pemilik pun tak bisa berbuat apa-apa saat tahu ternaknya sudah mati dalam kondisi tercabik-cabik.
\\\"Kebiasaan sebagian warga di sini menggembala ternaknya ke hutan tanpa dijaga atau dikawal. Jadi ternak dilepas begitu saja, baru kalau sore dijemput ke hutan. Meski dijaga ya tetap tidak boleh, karena ini kawasan larangan menggembala,\\\" timpal Nanang, anggota Polhut TN Baluran.
Hingga kini populasi predator jenis ajag di kawasan TN Baluran masih cukup banyak. Meski tidak terdata secara pasti, namun jumlahnya dipastikan mencapai ratusan ekor. Beberapa petugas TN Baluran sempat memergoki serombongan ajag, tiap rombongan bisa mencapai 200 hingga 400 ekor. Postur tubuh predator ajag tidak terlalu besar, namun banyaknya jumlah ajag membuat si mangsa tak bertahan lama.
\\\"Saya pernah melihat rusa besar dimangsa ajag, tak sampai 5 menit sudah habis. Biasanya yang dimakan duluan itu kemaluan dan organ jantung. Mereka saling berebut untuk dapat santapan. Karena jumlahnya banyak jadi harus antri, yang sudah menyantap biasanya langsung digigit lalu ditarik oleh ajag di belakangnya. Terus begitu sampai makanannya habis,\\\" tugas Siswanto, petugas TN Baluran lainnya.
Bagaimana dengan Anda sendiri, kira - kira siapa penyebab dari kematian hewan ternak itu?
Sekian hal yang bisa disampaikan, mohon maaf jika banyak kekurangan salam damai selalu