Kaskus

News

gatra.comAvatar border
TS
gatra.com
Damainya Kerukunan di Kampung Jawa
Damainya Kerukunan di Kampung Jawa
Jakarta, GATRAnews - Tondano, medio September 2017. Dinihari masih terasa dingin dan gelap di Kampung Jawa, ketika Rico Mertosono, melangkahkan kakinya ke luar rumah. Pemuda itu bergegas pergi ke masjid, sekitar 200 meter dari rumahnya, untuk melakukan shalat berjamaah seiring dengan mengalunnya suara adzan Subuh.

Jalan raya di depan rumah Rico masih tampak sepi dari kendaraan. Namun, sejumlah orang mulai terlihat lalu-lalang. Mereka ternyata bukan cuma umat Muslim yang hendak menunaikan salat Subuh berjamaah di masjid, namun juga umat Kristen yang akan melaksanakan ibadah shubuh bersama.  Di kampung-kampung sekitar Kampung Jawa, warga yang beragama Kristen, memang telah terbiasa melaksanakan ibadah shubuh. Ibadah shubuh adalah istilah yang diberikan warga Kristen sendiri, yakni prosesi kebaktian yang dilakukan pada dini hari, ketika umat muslim melaksanakan salat Subuh. Ibadah shubuh umat Kristen biasanya dilakukan di rumah masing-masing dengan dipandu pendeta dari gereja, melalui pengeras suara. Namun, kerap juga dilakukan bersama di salah satu rumah warga, seperti dinihari itu.Dalam perjalanan ke masjid, selain mendengar lantunan pepujian dari pengeras suara di masjid dan mushola, Rico juga mendengar ajakan ibadah shubuh dari pengeras suara di gereja dan di rumah warga Kristen yang dijadikan tempat pelaksanaan ibadah. Rico pun berpapasan dengan tetangganya yang beragama Kristen, yang hendak menunaikan ibadah shubuh. Mereka bertegur sapa dengan baik, mengucapkan selamat pagi dan basa-basi lainnya."Me'e ibadah kiwisa pak?" tanya Rico dalam bahasa Tondano, kepada seorang pria beragama Kristen yang dikenalnya. "Nyaku meibadah kiwale ne warga lingkungan III," jawab pria yang ternyata akan beribadah di rumah tetangganya warga Lingkungan III. Lingkungan adalah istilah yang digunakan di sana untuk komunitas warga setingkat Rukun Warga.Begitulah suasana dinihari di Kelurahan Kampung Jawa, Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Kampung Jawa atau dikenal sebagai Kampung Jaton (Jawa Tondano) adalah kelurahan yang hampir seluruhnya dihuni masyarakat Tondano keturunan Jawa yang semuanya beragama Islam. Luas kelurahan ini sekitar 45 hektar dan saat ini dihuni oleh kira-kira 2.570 jiwa yang terdiri dari 725 keluarga.  Warga keturunan Jawa merupakan cucu moyang Kyai Modjo dan para pengikutnya yang diasingkan Belanda ke Tondano pada tahun 1830. Kyai Modjo adalah panglima dalam Perang Diponegoro di Jawa, yang memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda. Sejak dibuang ke Tondano, Kyai Modjo dan pasukannya menetap di sana dan kimpoi-mawin dengan warga asli Tondano. Keturunan mereka yang kini menjadi warga Kampung Jawa tetap memeluk Islam, namun berakulturasi dan hidup rukun dengan warga asli yang beragama Kristen, baik Protestan, Katolik maupun yang lainnya. Terselip di Tengah Warga NonmuslimKampung Jawa terselip di tengah perkampungan warga lain yang beragama Kristen, di Kota Tondano, Ibukota Kabupaten Minahasa. Lurah Kampung Jawa, Samsuri Mertosono, mengatakan bahwa warga Kampung Jawa merupakan minoritas di Tondano. Namun seluruh warga Tondano hidup rukun bersama tetangga-tetangganya yang beragama Kristen tanpa pernah terjadi gesekan. "Kami bahkan biasa saling mengunjungi pada hari-hari raya keagamaan," kata Samsuri. Pada Hari Raya Idul Fitri misalnya, warga Kristen biasa berkunjung ke rumah tetangganya di Kampung Jawa, untuk mengucapkan selamat hari raya dan bermaaf-maafan. Apalagi pada acara Lebaran Ketupat atau Ketupatan, seminggu setelah Hari Raya, umat muslim Kampung Jawa sengaja mengundang tetangga dan kerabatnya yang beragama Kristen untuk makan bersama di rumah mereka.  Salah seorang warga Kristen, Aldrin Christian, mengatakan bahwa ia dan keluarganya selalu memenuhi undangan tetangga dan kerabat yang muslim pada acara Ketupatan. "Kami harus kuat mengisi perut karena tiap warga muslim yang mengundang pasti mengajak makan ketupat dengan opor ayamnya yang lezat," katanya sambil terkekeh.Aldrin tinggal di Lingkungan III, Kelurahan Wulauan, Tondano Utara, persis berbatasan dengan Kelurahan Kampung Jawa. Pria 40-an tahun itu adalah salah seorang penatua, atau pengurus di Gereja Masehi Injili Minahasa, sebagai Ketua Bidang Pemuda.   Kerukunan juga tampak pada pada Hari Raya ldul Adha. Pada Hari Raya Kurban itu, umat muslim Kampung Jawa berkurban memotong domba atau sapi di Masjid Agung Kyai Modjo, yang terletak di tengah Kampung Jawa. "Dagingnya kami bagikan kepada warga, bukan hanya di Kampung Jawa tapi juga ke warga-warga tetangga kampung yang beragama Kristen,” kata Lurah Samsuri.Yang menarik, ketika warga Kampung Jawa bersama-sama beribadah salat sunat Ied di lapangan kelurahan, warga kampung tetangga yang nonmuslim bersama-sama menjaga keamanan lingkungan kampung Jawa yang rumah-rumah warganya sepi ditinggal salat. Sedangkan pelaksanaan ibadahnya sendiri dijaga oleh satgas Forum Pelita (Pemuda Lintas Agama). Forum ini beranggotakan para pemuda dari berbagai agama, terutama Kristen dan Muslim, di Tondano Utara. Satgas inilah yang bertugas melakukan pengamanan acara-acara ibadah agama apa pun. Kerukunan warga juga terlihat pada acara-acara keagamaan umat Kristen, umat muslim Kampung Jawa pun biasa diundang. Misalnya, pada Hari Raya Natal, Paskah, atau pada acara-acara Pengucapan Syukur atau Syukuran. Umat Kristen biasanya menyediakan masakan khusus yang halal untuk kerabat atau tetangga muslim yang diundangnya. Begitulah. Hubungan yang akrab terjalin bukan pada saat suka namun juga pada saat duka. Kalau ada warga muslim yang sakit, warga nonmuslim sudah biasa menengoknya. Begitu juga sebaliknya.   Cara Beribadah yang MiripWarga Kampung Jawa dan warga kampung-kampung di sekitarnya memang sudah menyatu, saling mengisi dan melengkapi. Itu terlihat dari cara beribadah yang bisa dibilang mirip. Ketika umat muslim sibuk melaksanakan salat Subuh berjamaah di masjid-masjid, umat Kristen juga melaksanakan persembahyangan bersama khusus dinihari --yang juga mereka sebut ibadah shubuh. Umat muslim biasa menggelar acara-acara syukuran dan selamatan usai panen padi, panen kelapa, pala atau cengkeh. Umat Kristen juga melakukan syukuran yang diistilahkan dengan acara Pengucapan Syukur, dengan mengundang warga lain, termasuk kaum muslim dari Kampung Jawa, untuk bersantap bersama usai memanjatkan doa-doa. Umat muslim biasa salat sunat ied, atau salat sunat istisqo memohon turun hujan di lapangan, warga Kristen juga punya kebiasaan Ibadah Padang, dengan cara beribadah bersama di lapangan terbuka. Lurah Kampung Jawa, Samsuri Mertosono, menuturkan bahwa meskipun banyak kegiatan ibadah baik yang dilakukan umat Islam maupun Kristen di Tondano, namun sama sekali tidak menimbulkan gesekan sekecil apa pun. "Kami justru saling menghormati dengan toleransi yang tinggi. Urusan ibadah adalah urusan pribadi dengan Tuhannya, sesuai dengan keyakinan tiap orang yang tak bisa diganggu gugat," katanya.Imam Masjid Agung Kyai Mojo, Kampung Jawa, Haji Ahmad Kiyai Demak, mengatakan bahwa umat muslim Kampung Jawa selalu mengembangkan toleransi, atas dasar saling menghormati dan menjauhkan hal-hal yang bisa memicu gesekan. “Memang sekali-sekali pernah saja ada gesekan, namun biasanya bukan karena soal agama, tapi biasalah masalah anak muda,” tutur Haji Ahmad. Ketua Kerukunan Keluarga Jaton Indonesia (KKJI), Ali Hardi Kiaidemak, menyatakan bahwa di Kampung Jawa Tondano tak akan ada gesekan SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan). Sebab, kerukunan umat beragama yang sudah terjalin erat tidak akan bisa lagi disusupi provokator, apalagi benih-benih terorisme . “Kami sudah terikat erat oleh tradisi kerukunan yang sudah menjadi kearifan lokal yang turun temurun," katanya. Kampung Jawa atau Jaton adalah sebuah komunitas yang bisa dijadikan model bagaimana kerukunan dan toleransi bisa mematri hubungan yang harmonis antar umat berbeda agama. Di sini tak ada kebencian apalagi ujaran-ujaran saling menistakan yang sangat tidak berfaedah. Mereka justru saling menghormati keyakinan masing-masing karena hanya dengan cara itu perbedaan terasa begitu indah.

Penulis: Endang SukendarEditor: Arief Prasetyo

Sumber : http://www.gatra.com/nusantara/sulaw...i-kampung-jawa

---


- Damainya Kerukunan di Kampung Jawa Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Defisit Air Sejak Tahun 1995
0
770
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan