- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Penulis-penulis Terkenal yang Menolak Penghargaan Kesusastraan
TS
ryan.manullang
Penulis-penulis Terkenal yang Menolak Penghargaan Kesusastraan
Penulis-penulis terkenal yang pernah menolak penghargaan kesusastraan
1.Sinclair Lewis
Sinclair Lewis menolak penghargaan Pulitzer pada 1926 untuk novelnya, Arrowsmith. Dia beranggapan bahwa seharusnya Pulitzer diberikan kepada karya-karya yang merayakan kebajikan Amerika. Sementara, novel Lewis cukup kritis terhadap negara tersebut. Dia menolak idenya dibatasi oleh bentuk kontrak sosial yang mungkin sedang berusaha untuk mencairkan atau menjinakkan karyanya. Lewis menulis kepada Dewan Pulitzer : “Setiap paksaan diletakkan kepada penulis agar dia menjadi penulis yang aman, sopan, patuh, dan steril. Sebagai bentuk protes, saya menolak pemilihan Institut Nasional Seni dan Sastra beberapa tahun yang lalu, dan sekarang saya harus menolak Hadiah Pulitzer.”
2.Boris Leonidovich Pasternak
Pada 1958, Boris Pasternak menolak menerima penghargaan Nobel. Penyair dan penulis Rusia ini terkenal karena Doctor Zhivago-nya, sebuah novel berlatar Revolusi Rusia dan Perang Dunia II. Karya Pasternak tidak diizinkan terbit di Uni Soviet pada saat Perang Dingin. Dia dipaksa menolak penghargaan tersebut oleh Uni Soviet, ketika namanya diumumkan sebagai pemenang Hadiah Nobel karena kontribusinya dalam puisi liris Rusia dan perannya dalam melanjutkan tradisi epik Rusia, Pasternak mengirim telegram ke Akademi Swedia : “Sangat bersyukur, menyentuh, bangga, terkejut, membingungkan.” Sebab, pada hari yang sama, Institut Sastra di Moskow menuntut semua siswa untuk menandatangani petisi yang mengecam Pasternak dan novelnya. Mereka selanjutnya diperintahkan untuk bergabung dengan demonstrasi “spontan” menuntut pengasingan Pasternak dari Uni Soviet.
3.Jean Paul Sartre
Pada tahun 1964, seorang penulis dan filsuf eksistensialisme asal Prancis, Jean-Paul Sartre, dianugerahi penghargaan Nobel Sastra dan dia menolaknya. Nobel Sastra itu diberikan kepada Sartre atas karya-karyanya yang dinilai inspiratif. “Seorang penulis sejati harus menolak sesuatu yang bisa membuatnya berubah menjadi sosok yang mendukung suatu institusi. Bahkan penghargaan paling bergengsi sekalipun, aku tolak seperti kasus ini (Nobel),” ujar Sartre, “Sikap ini murni dari diri saya sendiri tanpa ada intervensi dari siapapun termasuk mereka yang pernah meraih Nobel.”
4.Seno Gumira Ajidarma
Pada tanggal 12 Juni 2012, sastrawan Seno Gumira Ajidarma menolak penghargaan Achmad Bakrie di bidang kesusastraan. Pengarang Sepotong Senja untuk Pacarku itu
dengan sangat mantap menolak hadiah senilai Rp 250 juta, trofi, dan piagam dari Bakrie. Dalam surat penolakannya tersebut, Seno menulis : “Penghargaan tersebut sebaiknya diberikan kepada orang lain yang dianggap layak, karena saya tidak dapat menerimanya.”
5.Sitor Situmorang
Sebelum Seno Gumira Ajidarma menolak penghargaan Acmhad Bakrie di bidang kesusastraan, ternyata dua tahun sebelumnya, Sitor Situmorang pun telah menolak penghargaan tersebut. Alasan Lumpur Lapindo menjadi penyebab penyair yang menulis Malam Lebaran ini enggan menerima penghargaan itu.
6.Sanusi Pane
Istri Sanusi Pane pernah mengisahkan, ketika Presiden Soekarno hendak memberikan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan kepada Sanusi Pane, suaminya itu menolak. Tentu saja istrinya sangat terkejut. Ia menanyakan alasan suaminya menolak penghargaan itu. Sanusi Pane menjawab, “Indonesia telah memberikan segala-galanya bagiku. Akan tetapi, aku merasa belum pernah menyumbangkan sesuatu yang berharga baginya. Aku tidak berhak menerima tanda jasa apa pun untuk apa-apa yang sudah kukerjakan. Karena itu adalah semata-mata kewajibanku sebagai putera bangsa.”
sumber
1.Sinclair Lewis
Sinclair Lewis menolak penghargaan Pulitzer pada 1926 untuk novelnya, Arrowsmith. Dia beranggapan bahwa seharusnya Pulitzer diberikan kepada karya-karya yang merayakan kebajikan Amerika. Sementara, novel Lewis cukup kritis terhadap negara tersebut. Dia menolak idenya dibatasi oleh bentuk kontrak sosial yang mungkin sedang berusaha untuk mencairkan atau menjinakkan karyanya. Lewis menulis kepada Dewan Pulitzer : “Setiap paksaan diletakkan kepada penulis agar dia menjadi penulis yang aman, sopan, patuh, dan steril. Sebagai bentuk protes, saya menolak pemilihan Institut Nasional Seni dan Sastra beberapa tahun yang lalu, dan sekarang saya harus menolak Hadiah Pulitzer.”
2.Boris Leonidovich Pasternak
Pada 1958, Boris Pasternak menolak menerima penghargaan Nobel. Penyair dan penulis Rusia ini terkenal karena Doctor Zhivago-nya, sebuah novel berlatar Revolusi Rusia dan Perang Dunia II. Karya Pasternak tidak diizinkan terbit di Uni Soviet pada saat Perang Dingin. Dia dipaksa menolak penghargaan tersebut oleh Uni Soviet, ketika namanya diumumkan sebagai pemenang Hadiah Nobel karena kontribusinya dalam puisi liris Rusia dan perannya dalam melanjutkan tradisi epik Rusia, Pasternak mengirim telegram ke Akademi Swedia : “Sangat bersyukur, menyentuh, bangga, terkejut, membingungkan.” Sebab, pada hari yang sama, Institut Sastra di Moskow menuntut semua siswa untuk menandatangani petisi yang mengecam Pasternak dan novelnya. Mereka selanjutnya diperintahkan untuk bergabung dengan demonstrasi “spontan” menuntut pengasingan Pasternak dari Uni Soviet.
3.Jean Paul Sartre
Pada tahun 1964, seorang penulis dan filsuf eksistensialisme asal Prancis, Jean-Paul Sartre, dianugerahi penghargaan Nobel Sastra dan dia menolaknya. Nobel Sastra itu diberikan kepada Sartre atas karya-karyanya yang dinilai inspiratif. “Seorang penulis sejati harus menolak sesuatu yang bisa membuatnya berubah menjadi sosok yang mendukung suatu institusi. Bahkan penghargaan paling bergengsi sekalipun, aku tolak seperti kasus ini (Nobel),” ujar Sartre, “Sikap ini murni dari diri saya sendiri tanpa ada intervensi dari siapapun termasuk mereka yang pernah meraih Nobel.”
4.Seno Gumira Ajidarma
Pada tanggal 12 Juni 2012, sastrawan Seno Gumira Ajidarma menolak penghargaan Achmad Bakrie di bidang kesusastraan. Pengarang Sepotong Senja untuk Pacarku itu
dengan sangat mantap menolak hadiah senilai Rp 250 juta, trofi, dan piagam dari Bakrie. Dalam surat penolakannya tersebut, Seno menulis : “Penghargaan tersebut sebaiknya diberikan kepada orang lain yang dianggap layak, karena saya tidak dapat menerimanya.”
5.Sitor Situmorang
Sebelum Seno Gumira Ajidarma menolak penghargaan Acmhad Bakrie di bidang kesusastraan, ternyata dua tahun sebelumnya, Sitor Situmorang pun telah menolak penghargaan tersebut. Alasan Lumpur Lapindo menjadi penyebab penyair yang menulis Malam Lebaran ini enggan menerima penghargaan itu.
6.Sanusi Pane
Istri Sanusi Pane pernah mengisahkan, ketika Presiden Soekarno hendak memberikan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan kepada Sanusi Pane, suaminya itu menolak. Tentu saja istrinya sangat terkejut. Ia menanyakan alasan suaminya menolak penghargaan itu. Sanusi Pane menjawab, “Indonesia telah memberikan segala-galanya bagiku. Akan tetapi, aku merasa belum pernah menyumbangkan sesuatu yang berharga baginya. Aku tidak berhak menerima tanda jasa apa pun untuk apa-apa yang sudah kukerjakan. Karena itu adalah semata-mata kewajibanku sebagai putera bangsa.”
sumber
Diubah oleh ryan.manullang 16-09-2017 03:36
0
2.1K
16
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan