PEMERINTAH Indonesia ingin memperkuat kerja sama ekspor sawit ke India. Karena itu, menteri perdagangan kedua negara akan bertemu dalam waktu dekat.



Duta Besar Indonesia untuk India Sidharto Suryodipuro mengatakan India merupakan pasar dan mitra yang sangat penting bagi Indonesia, khususnya untuk produk minyak sawit. Selain sebagai tujuan ekspor terbesar minyak sawit Indonesia saat ini, India juga merupakan pasar yang terus berkembang dengan kondisi makro ekonomi yang stabil dan jumlah penduduk yang sangat besar.



Sayangnya, ada kecenderungan penurunan pangsa pasar minyak sawit Indonesia di India.



"Bagi Indonesia, India merupakan pasar penting CPO Indonesia. Kami juga memahami bahwa permintaan CPO di India terus mengalami peningkatan, dan Indonesia siap untuk terus bekerjasama agar dapat memenuhi tuntutan permintaan yang tinggi tersebut,” ucap Sidharto di India Business Forum on Palm Oil di Mumbai, India dalam keterangan resminya, Kamis (14/9).



Sidharto memahami pelaku bisnis India sedang berfokus pada pemanfaatan produk dalam negeri. Indonesia pun akan berupaya untuk memberikan respons yang baik terhadap fokus tersebut.



Adapun total ekspor Indonesia ke India memakan porsi 8% pada 2016. Dari jumlah itu, 34% merupakan komoditas minyak sawit dengan nilai ekspor sebesar US$3,4 miliar.



Namun, jumlah itu sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan nilai ekspor pada 2012 sebesar US$4,8 miliar.



Kendati demikian, jumlah impor minyak sawit dari Indonesia masih mendominasi ke India. Pada tahun lalu, India mengimpor 5,3 juta ton minyak sawit dari Indonesia, sedangkan impor dari Malaysia sebesar 2,9 juta ton.



Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Diplomasi Ekonomi Ridwan Hassan pada kesempatan tersebut menegaskan bahwa Indonesia menaruh perhatian terhadap pentingnya hubungan Indonesia dan India, dan meyakini bahwa sawit dapat menjadi tulang punggung hubungan yang penting tersebut.



“Kita memahami bahwa sawit sangat penting bagi Indonesia karena kontribusinya yang besar bagi perekonomian nasional, tapi sawit juga penting bagi India sebagai bahan baku untuk produk-produk lain yang dapat memberikan keuntungan bagi India,” papar Ridwan.



Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono juga menegaskan pentingnya sawit bagi Indonesia. Menurutnya, komoditas kepala sawit merupakan kontributor terbesar bagi perekonomian nasional. Tidak saja bagi industri besar tetapi juga untuk petani karena telah memberikan lapangan pekerjaan dan penting untuk pengembangan pedesaan.



“Indonesia melakukan ekspor CPO ke lebih dari 70 negara, dan India merupakan tujuan ekspor utama selain Tiongkok dan Uni eropa. Oleh karena itu kami mengharapkan agar ada sedikit peningkatan ekspor sawit Indonesia ke India tahun ini,” imbuhnya.



Hesti Sinthya Paramita mewakili Kementerian Perdagangan menyampaikan bahwa terdapat bebeberapa hambatan dalam ekspor sawit Indonesia ke India. Salah satunya, adalah kenaikan tarif impor yang saat ini berlaku dari 7,5% menjadi 15% atau sekitar US$699/ton.



Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif the Solvent Extractors' Association of India B.V Mehta mengatakan kebijakan pajak ekspor minyak sawit yang diberlakukan oleh negara produsen di Indonesia cukup mempengaruhi impor minyak sawit ke India. Oleh karena itu, B.V Mehta menyarankan agar pemerintah Indonesia juga mempertimbangkan untuk menurunkan pajak ekspor tersebut.



Namun, terlepas dari itu, B.V Mehta menilai pihaknya merupakan pasar yang potensial dengan pertumbuhan konsumsi yang terus meningkat. Saat ini menurutnya, konsumsi minyak sawit di India sudah mendekati 45% dari keseluruhan total konsumsi edible oil. (OL-6)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...wit/2017-09-14

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Fadli Zon Anggap Pelaporan Dirinya ke MKD Salah Alamat

- LPS Nilai Kredit Perbankan Tumbuh 13%-15% di 2018 Memungkinkan

- Operator Taksi Daring Masih Menolak Permen Baru