Belum lama ini, mencuat polemik Muhadkly Acho dengan Apartemen Green Pramuka yang bermula dari kritik bernuansa pencemaran nama baik. Di dalam kritiknya, Acho menyampaikan banyak keluhan soal pelayanan apartemen. Terutama mengenai biaya parkir.

Diberitakan Kompas.com, dalam blognya, Acho menuliskan bahwa dia dan penghuni apartemen lainnya dibebankan tarif parkir mobil hingga Rp 200.000 per bulan.

"Namun, sebagai member kita hanya boleh parkir di basement 2, jika berani parkir di area lainnya, maka akan dikenakan lagi biaya parkir regular yang perjamnya Rp 3.000 pada jam tertentu," tambahnya.

Basement dua, lanjut Acho, merupakan area parkir paling bawah dengan kondisi saat itu berdebu lantaran baru selesai dibangun. Selain itu, karena semua mobil penghuni diparkir di sana, maka menurut dia, kondisi basement dua tersebut sempit dan penuh.

Ketiadaan lift di sana juga menyulitkan dirinya untuk bisa menuju lobi apartemen sehingga dia dan penghuni lainnya harus menggunakan tangga.

Ketika kasusnya meledak di media sosial, Apartemen Green Pramuka lantas mengubah kebijakan. Tarif parkir bulanan dihapus dan diganti dengan biaya parkir harian sebesar Rp 7.000. Langkah tersebut lantas diapresiasi.

Kritik Acho, hanya merupakan salah satu opini mengenai apartemen yang dibangun oleh mantan atlet bulu tangkis nasional Eddy Hartono. Pebulutangkis yang pernah memperkuat tim Piala Thomas pada 1988-1994.

Selain kritik, ada banyak juga pujian yang dialamatkan kepada Green Pramuka. Seperti pengakuan Sarah, warga Green Pramuka yang selama setahun terakhir tinggal di apartemen yang berlokasi strategis tersebut.

Menurut Sarah, apartemen Green Pramuka sudah memberikan cukup banyak fasilitas. Apalagi aksesnya yang sangat mudah ke berbagai lokasi perkantoran di Jakarta. Sehari-hari, Sarah yang berkantor di Kuningnan hanya butuh waktu 30 menit dari Green Pramuka City.