Di Beberapa Negara ini Tes Keperawanan Masih Diterapkan, Masih Perlukah?
TS
yukepodotcom
Di Beberapa Negara ini Tes Keperawanan Masih Diterapkan, Masih Perlukah?
WELCOME TO YUKEPO OFFICIAL THREAD
Sebenarnya membahas permasalahan perempuan di era modern seperti ini akan sekian rumit. Serangkaian konvensi yang kuno kini sudah semakin menipis akibat tergerus dunia digital yang sarat akan kebebasan dalam konteks apa pun. Alih-alih ingin mendapatkan kesetaraan, justru banyak perempuan yang berlari jauh melampaui kodratnya dan melupakan segala bentuk norma yang pernah menjadi panutan di masa lampau.
Salah satunya mengenai problematika keperawanan bagi perempuan. Banyak yang menganggap berhubungan seks di luar nikah memang banyak membentur hukum, baik agama maupun negara. Namun, ada anggapan lain yang menganggap bahwa seks adalah kebutuhan biologis yang harus tetap dipenuhi sama seperti kebutuhan lainnya. Tentu saja tema keperawanan bagi perempuan lajang memang mengandung banyak polemik, tak hanya di negeri ini.
Kali ini, YuKepo mau bahas mengenai beberapa negara yang hingga kini masih melakukan rangkaian tes keperawanan bagi para perempuan lajang. Kegunaannya kebanyakan menyangkut moralitas dan kesucian perempuan tersebut. Jadi, negara mana saja yang masih menerapkan tes ini? Yuk, langsung aja kepoin bareng YuKepo!
Spoiler for Rusia:
Sekitar bulan Juli lalu sekumpulan dokter di Rusia menyatakan bahwa mereka menerima intruksi dari Komite Investigasi Rusia untuk segera melakukan serangkaian tes keperawanan bagi para perempuan di bawah usia enam belas tahun. Menurut komite tersebut, tes yang seperti itu dikatakan penting demi mengetahui tingkat kegiatan seksual di negara tersebut. Walaupun intruksi tersebut sempat diprotes oleh publik, Menteri Kesehatan Rusia, Vladimir Shuldyakov, tetap pada pendiriannya bahwa semua dokter di Rusia harus menaati intruksi tersebut dan melaporkannya kepada satuan kepolisian apabila ditemukan perempuan di bawah enam belas tahun yang sudah tidak perawan.
Spoiler for Afghanistan:
Di Negara Afghanistan tes keperawanan sudah dianggap lumrah. Setiap tahunnya perempuan yang berusia tiga belas tahun sudah wajib melakukan tes keperawanan tersebut. Tes ini sebagai bukti guna menjerat para kaum perempuan dalam kasus zina di meja hijau. Perempuan yang ketahuan sudah tidak perawan bisa terjerat hukuman penjara selama lima belas tahun. Komnas HAM di negara ini mengatakan bahwa pihak kepolisian setempat kerap menahan perempuan yang kepergok berduaan dengan laki-laki, lantas memaksa perempuan tersebut untuk melakukan tes tersebut.
Spoiler for India:
Di India rupanya memiliki beberapa jenis tes keperawanan. Sebuah ritual yang diberi nama Pani Ki Dheej dilakukan dengan cara perempuan harus menahan nafasnya di dalam air dan pada saat yang bersamaan satu orang berjalan di atasnya sebanyak seratus langkah. Bila perempuan tersebut tidak berhasil, ia dianggap tak perawan. Salah satu tes yang paling menyakitkan dan memalukan adalah tes dua jari. Tes ini menggunakan dua buah jari perempuan untuk mencari selaput dara. Bagi perempuan yang akan menikah, jika gagal dalam tes tersebut, ia wajib membayar uang kompensasi kepada calon mertua agar mau menerimanya yang dianggap sudah tak suci.
Spoiler for Afrika Selatan:
Pada bulan Januari 2016, salah satu provinsi di Afrika Selatan memberikan sejumlah beasiswa pada perempuan yang belum menikah. Syaratnya adalah untuk tidak berhubungan seksual selama masa pendidikan dan harus menyetujui adanya tes keperawanan secara reguler. Bagi masyarakat Zulu, tes ini sudah sering dilakukan. Menurut salah seorang petinggi adat, tes ini sebagai upaya menjaga kesucian perempuan muda di Zulu. Cara yang dilakukan adalah dengan memeriksa bagian genitalia perempuan, baik secara visual maupun dengan menggunakan metode dua jari untuk menilik keberadaan selaput daranya.
Spoiler for Indonesia:
Indonesia juga sempat digegerkan dengan tes keperawanan ini. Pada tahun 2014, Kepolisian Republik Indonesia menjadi sorotan dari berbagai kalangan mengenai syarat untuk bisa menjadi seorang Polisi Wanita (Polwan) yang harus menjalani tes keperawanan. Bukan hanya bagi calon polwan, tes ini juga dikatakan pernah diberlakukan untuk para calon istri anggota TNI. Masyarakat Desa Ngadas di kaki Gunung Bromo juga membenarkan adanya tes keperawanan bagi perempuan lajang. Satu per satu perempuan diperiksa oleh dukun bayi. Tes ini juga memungkinkan orang asing untuk melihatnya secara langsung.
Nah, itulah tadi beberapa negara yang masih memberlakukan tes keperawanan bagi para wanita lajang. Tes ini menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Sebelah sisi mendukung, sedangkan sisi yang lain memandang bahwa tes ini hanya berujung pada penghinaan terhadap perempuan. Jadi, bagaimana menurutmu? Masih perlukah?