PEMERINTAH telah memberikan toleransi waktu untuk penerapan harga eceran tertinggi (HET) beras selama 14 hari. Namun, waktu tersebut dianggap kurang.



Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Petani Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi menilai pengusaha perberasan butuh waktu hingga empat bulan untuk akhirnya menerapkan HET beras. Pasalnya, mereka (pengusaha dan pedagang) butuh waktu untuk menghabiskan stok lama dan mengganti sistem bisnisnya.



"Pebisnis tentunya masih menggunakan mekanisme bisnis lama, maka masa transisinya jangan 14 hari, tapi 4 bulan supaya mereka bisa menghitung detail bisnisnya," ujar Bayu dalam sebuah diskusi di Jakarta, kemarin (Kamis, 7/9).



Di samping itu, pemerintah juga butuh waktu untuk mengatur jumlah pengusaha perberasan di seluruh Indonesia guna menerapkan HET beras. Menurutnya, terdapat 21 juta petani, 180 ribu usaha penggilingan, 1.000 pedagang beras di pasar induk, 15 ribu pedagang pasar tradisional, dan 20 ribu toko ritel yang mesti diperhatikan pemerintah.



Senada, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey pesimistis 14 hari cukup bagi seluruh distributor beras untuk memangkas harga jualnya ke ritel. Seluruh distributor, kata dia, perlu menghabiskan terlebih dahulu stok beras lamanya di pusat distribusi.



Kementerian Perdagangan sendiri mengaku sedang menyiapkan skema antisipasi kelangkaan beras. Pasalnya, ada informasi bahwa peritel kemungkinan tidak mau menjual beras sesuai HET. "Saya belum bisa jelaskan skemanya karena ini belum dibahas mendalam," ucap Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan, Ninuk Rahayuningrum.



Dia menegaskan kebijakan penetapan HET bukan untuk merugikan pedagang, melainkan untuk memberikan kepastian harga pada masyarakat. Karena itu, evaluasi kebijakan akan terus dilakukan berkala guna memastikan seluruh pihak tidak dirugikan.(Jes/E-2)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...lan/2017-09-08

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Peredaran 11 Juta Butir Obat Ilegal Digagalkan

- Uji Coba Jalur Khusus belum Maksimal

- Optimalkan Pemanfaatan Gas dalam Negeri