BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Mewaspadai kekeringan

Ilustrasi: Ancaman bencana kekeringan
Sejumlah daerah di negeri kita tahun ini akan mengalami kekeringan yang lebih parah ketimbang tahun lalu. Terutama sekali di Jawa dan Nusa Tenggara.

Tahun lalu masih terjadi La Nina sehingga, seperti dijelaskan Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, masih banyak hujan pada musim kemarau. Namun tahun ini, musim kemarau berlangsung normal -yang biasanya terjadi sampai Oktober dan puncaknya pada September.

Krisis air bersih sudah dilaporkan terjadi di sejumlah daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Seperti dilaporkan Kompas, 5 pemerintah kabupaten di NTB telah menyatakan daerahnya berstatus siaga darurat bencana kekeringan. Yaitu Bima, Sumbawa Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Barat. Krisis air di wilayah itu mendampak kepada sekitar 640.048 jiwa.

Di NTT, sekitar 185 desa terancam kekeringan. Itu berarti 18.500 pendudukan di wilayah tersebut terdampak oleh bencana kekeringan

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan status darurat kekeringan. Hampir 317 kecamatan, dan 1.100-an desa/kelurahan dari 33 kabupaten/kota yang tergolong rawan kekeringan.

Masih menurut data BNPB, di Jawa Barat, daerah yang dilanda kekeringan antara lain Kabupaten Bekasi, Indramayu, Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Purwakarta.

Di Jawa Barat, belum semua kabupaten siaga darurat kekeringan. Dari 27 kota/kabupaten, hanya 4 kabupaten yang sudah melaporkan siaga darurat kekeringan. Yaitu Kabupaten Sukabumi, Karawang, Cianjur dan Kota Banjar.

Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah meminta peningkatan status kekeringan di wilayahnya menjadi bahaya. Dengan peningkatan status tersebut, diharapkan ada tambahan bantuan air bersih ke wilayah yang terdampak kekeringan. Wilayah yang paling parah terdampak kekeringan di Kulonprogo adalah kecamatan Kalibawang, Samigaluh, dan Girimulyo.

Kekeringan di Jawa Timur melanda daerah Tuban, Pacitan, Ponorogo, Sumenep, Pamekasan, Sampang, Lumajang, Pasuruan, Situbondo, Nganjuk, Jombang, Trenggalek, Banyuwangi, Mojokerto, dan Bojonegoro. Ada 130 desa yang terdampak kekeringan tersebut.

Selain di Jawa dan Nusa Tenggara, wilayah yang tahun ini terkena dampak kekeringan adalah Provinsi Aceh. Kekeringan terutama sekali berdampak kepada pertanian di wilayah itu. Persawahan, jaringan irigasi, dan anak sungai tampak mengering di sejumlah wilayah Aceh.

Gagal panen adalah salah satu bahaya yang muncul akibat bencana kekeringan. Selain itu, kekeringan juga bisa membunuh ternak milik para petani, seperti terjadi di Manggarai Timur tahun lalu.

Pada gilirannya gagal panen dan matinya ternak peliharaan para petani dapat memberikan efek beruntun, bukan saja kepada turunnya produktivitas pertanian, bahkan juga bisa memicu kerawanan pangan di satu wilayah. Bencana kekeringan mengancam kesejahteraan penduduk di wilayah yang terdampak.

Krisis air bersih, yang ditimbulkan akibat bencana kekeringan, mengancam kesehatan penduduk. Akibat kekurangan air bersih, penduduk seringkali terpaksa harus mengkonsumsi air dari sumber-sumber air yang tidak layak untuk dikonsumsi.

Tahun lalu, misal, warga di Kabupaten Aceh Tamiang terpaksa menggunakan air kotor yang ada di beberapa parit di luar desa mereka untuk mandi. Akibatnya, mereka terserang penyakit kulit yang serius.

Kekeringan yang diprediksi terjadi lebih parah pada tahun ini harus kita waspadai secara saksama. Kita berharap antisipasi terhadap bencana kekeringan kali ini lebih baik ketimbang tahun lalu agar bisa lebih menekan dampak yang ditimbulkannya.

Kesiagaan sejumlah pemerintah daerah untuk mengantisipasi bencana kekeringan, kita harap, dibarengi dengan respon yang cepat dan efisiensi birokrasi. Kita tidak ingin bantuan kepada masyarakat yang terdampak oleh kekeringan datang terlambat.

Pengiriman air bersih dan bahan-bahan untuk pembuatan sumur bor dan penyediaan pompa air, sebagai solusi jangka pendek atas bencana kekeringan, harus dilakukan secara cukup dan lengkap sesuai kebutuhan. Jangan sampai jumlah dan kelengkapan bantuan yang datang ke daerah yang terdampak tidak sesuai dengan kebutuhan. Misal, memberikan bantuan pompa air bagi petani namun tidak disertai dengan bantuan pipa airnya.

Ke depan, kita berharap pemerintah bisa lebih saksama menyiapkan antisipasi jangka panjang terhadap bencana kekeringan. Termasuk di dalamnya upaya serius dalam penataan dan pelestarian lingkungan, dan menyiapkan sistem jaminan sosial yang berpihak kepada petani -yang selalu terancam gagal panen di hampir setiap musim kemarau.

Musim kemarau hampir selalu rutin datang setiap tahun. Kita tidak bisa melulu mengandalkan pendekatan jangka pendek untuk mengantisipasi bencana kekeringan.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/editori...dai-kekeringan

---

Baca juga dari kategori EDITORIAL :

- Kita dan tragedi kemanusiaan di Rakhine

- Angkat kembali prestasi olahraga Indonesia

- Freeport dan kedaulatan kita

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
799
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan