Setiap orangmemiliki cara dan metode tersendiri untuk menjadi bahagia. Mulai dari cara yang unik, ekstrem bahkan yang diluar nalar manusia pun dilakukan untuk menggapai bahagia.

Ada yang mengatakan bahwa kebahagian itu dengan melakukan hal-hal yang disukai seperti memancing, bermain sepakbola, berkumpul bersama teman-teman dan masih banyak hal lain.

Atau mencari bahagia dengan fokus mencari harta berlimpah. Kerja pagi sore, siang malam tak kenal lelah. Jangan ya? Kasian tuh badan. Lagian, kalaupun harta sudah terkumpul, tapi tiba-tiba badan kepayahan, ya sama juga boong. Ga bisa menikmati jerih payah selama ini.

Ada pula yang merasa bahagia karena sedang putus hubungan dengan seseorang. Ya, mungkin saja, pasangannya tipe posesif yang setiap detik meski kasi kabar, "kamu dimana, dengan siapa, sedang berbuat apa, udah makan belum, udah mandi belom". Atau tipe pacar yang harus menjalani perintahnya dan menjauhi larangannya. Ya elah, itu pacar apa Tuhan? Kesel kan?

Tetapi, penduduk dinegara ini memilih bahagia dengan cara yang, mungkin saja tabu untuk dibicarakan. Mereka memilih untuk mengingat kematian minimal 5 kali sehari. Kalau minum obat minim sehari 3 kali, jika pun harus lebih dari itu, mungkin sakitnya lagi parah ya?

Mengapa mereka memilih bahagia dengan cara seperti itu?

Bhutan adalah sebuah negara kecil di Asia Selatan. Penduduknya kurang lebih sekitar satu jutaan. Jika berminat melakukan traveling ke sana, kita harus menggunakan jasa agent travel milik negara seperti yang ditercantum di situs resmi mereka.
Tarif masuknya pun sudah dipatok oleh pemerintah setempat. Untuk premium daily package harganya 200 dollar AS (sekitar Rp 2,7 juta) per orang, per malam.
Harga tersebut berlaku untuk musim dingin dan musim panas. Sementara untuk musim semi dan gugur, harganya 250 dollar (sekitar Rp 3,4 juta) AS per orang per malam.

Bagi gansis yang gemar melakukan traveling dengan tema wisata alam dan budaya, tempat ini cocok banget dengan keinginan gansis semua. Mungkin saja sudah bosan keliling Indonesia, dan ingin melihat sesuatu yang berbeda. Kata orang, rumput tetangga lebih hijau.

Lantas, apa alasan penduduk Bhutan mencari kebahagiaan dengan mengingat kematian? Bahkan mereka melakukannya minimal sehari 5 kali?

Kematian adalah hal yang pasti dialami oleh mahluk hidup. Jalan kematian sama persis dengan jalan rezeki. Selalu ada 1001 jalan kematian, demikian halnya rezeki.
Bagi masyarakat Bhutan, mengingat kematian bukan perkara tabu dan justru penduduknya memilih untuk selalu mengingatnya agar kehidupan mereka bahagia.



Dengan mengingat kematian, membuat orang-orang Bhutan menikmati setiap moment dan melakukan hal-hal yang berkesan. Selain itu, doktrin untuk selalu mengingat kematian semakin membuat penduduk negeri kecil ini lebih dekat kepada Tuhan. Berpikir bahwa tidak ada yang abadi dan memperbanyak setiap kegiatan yang bersifat keagamaan.









Kesimpulannya, penduduk Bhutan mengingat kematian bukan artinya bersiap untuk mati. Namun dengan mengingatnya, akan membuat setiap orang melakukan hal-hal positif dan menyenangkan setiap detiknya.

Bagaimana tanggapan gansis semua? Jika aktifitas dan masalah membuat kita melupakan nikmatnya sepiring nasi meski kadang dengan lauk pauk seadanya, atau nikmat kesehatan yang kita terima hari ini belum cukup membuat kita merasa bahagia, tidak ada salahnya mengikuti jejak penduduk Bhutan.

Tapi jangan salah persepsi ya? Nanti ingat kematian malah ga mau ngapa-ngapain. Mau usaha, ingat mati, malah ga jadi. Mau ikutan jobfairbuat cari kerja, dibatalin gegara takut mati. Atau mau melamar pacar buat nikahan, eh dibatalin sepihak. Ya ga lucu deh. Lagian nunggu apalagi sih? Raisha dah nikah tuh. Ga perlu patah hati deh. Apalagi dibuat tema "patah hati nasional". Ga lucu bingit....





Have a nice Monday

Salam skydavee....




ref¹
ref²