- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mahasiswa Buddha Indonesia Kecam Tragedi Rohingya


TS
l4d13put
Mahasiswa Buddha Indonesia Kecam Tragedi Rohingya
Mahasiswa Buddha Indonesia Kecam Tragedi Rohingya
Minggu, 03 Sep 2017 05:21 WIB
Metrotvnews.com, Serang: Konflik di Rohingya, Rakhine, Myanmar seolah tak berkesudahan. Puluhan ribu warga Rohingya hingga saat ini terlunta-lunta mengungsi ke negara lain, termasuk Indonesia.
Akibat kejadian tersebut banyak pihak yang mengecam peristiwa tersebut. Salah satunya datang dari Ketua Presidium Pusat Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi), Sugiartana.
"Kami sangat menyayangkan kejadian tersebut. Kami dari mahasiswa Buddhis mengecam kejadian krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar," kata Ketua Presidium Pusat Hikmahbudhi, Sugiartana, saat kegiatan Pembukaan dan Stadium Generale Pekan Orientasi IX Hikmahbudhi di Hotel Flamengo Jalan Raya Cilegon Kota Serang, Banten, Sabtu malam 2 September 2017.
Sugiarta menyayangkan sikap pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi yang dinilai tak serius mengakhiri konflik. Padahal San Suu Kyi di samping memiliki kekuasaan, ia adalah penerima Nobel Perdamaian pada 1991 lalu, karena perjuangan anti kekerasan untuk demokrasi dan hak asasi manusia.
"Kita akan melakukan upaya menemui Duta Besar Myanmar, mendesak Suu Kyi untuk bersuara terkait dengan kondisi ini. sehingga kita bisa menemukan solusi yang bisa memanusiakan manusia," ujar dia.
Mahasiswa Buddhis juga berharap Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) segera berpartisipasi memberikan solusi menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Sementara itu, Anggota DPR Aryo Djojohadikusumo menuturkan, bahwa pembantaian etnis Rohingya di Myanmar tidak sama sekali ada hubungannya dengan persoalan agama, melainkan soal politik dan kekuasaan.
Sebab menurut Politikus Partai Gerindra ini, di Myanmar ada sekelompok orang yang ingin merebut kekuasaan dan kebetulan di Myanmar penduduknya mayoritas umat Budha.
"Tidak ada hubungannya dengan agama, tapi hubungannya dengan kekuasaan," tutur dia.
Hal senada dikatakan Ketua PCNU Kota Serang, Kiai Matin Syarkowi. Ia meminta pemerintah Myanmar segera menghentikan kekerasan, pembunuhan dan pengusiran warga etnis Rohingya.
"Siapa bilang NU tidak mengutuk peristiwa itu. Kita mengutuk kekerasan yang dilakukan terhadap umat muslim di sana," tutupnya.
Sumber Berita
================================================
Komen TS
PBB harus turun tangan untuk menghentikan serangan para teroris yang kena cuci otak paham radikal agama.
Semua teroris yang menyerang muslim Rohingya harus direhabilitasi dan dikarantina selama proses deradikalisasi agama
Rohingya tuh penduduk asli Rakhine
Dulu wilayah tempat tinggal Rohingya ini masuk dalam kerajaan Arakan, dan penduduknya adalah sebagian orang Benggala yang tiinggal di sana sejak pasukan kerajaan Benggala membantu Raja Narameikhla merebut kembali Kerajaan Mrauk U.
Kerajaan Mrauk U dipimpin oleh Raja Narameikhla/ Min Saw Mon (1404-1434 M), yang kembali setelah 24 tahun pengasingan di Benggala. Ia mengambil alih kekuasaan tahta dengan bantuan militer Kesultanan Benggala pada tahun 1430. Bangsa Benggala yang datang bersamanya mendirikan pemukiman mereka sendiri di wilayah tersebut.[2] Raja Narameikhla menyerahkan beberapa wilayah kepada Sultan Benggala dan mengakui kekuasaannya di daerah tersebut. Dalam pengakuan status sebagai kerajaan bawahan, raja-raja Arakan menerima gelar Islam meskipun mereka adalah beragama Buddha, dan melegalkan penggunaan koin Islam dari Benggala dalam kerajaannya. Raja Narameikhla mencetak uang koin sendiri dengan karakter Burma di satu sisi dan karakter Persia di sisi lainnya. Arakan tetap tunduk pada Benggala hingga 1531.[2]
Meskipun setelah mendapat kemerdekaan dari Sultan Benggala, para raja Arakan melanjutkan kebiasaan mempertahankan gelar Muslim.[3] Para raja membandingkan diri mereka dengan para Sultan dan mempergayakan pakaian dirinya seperti para pemimpin Mughal, meskipun masih ada sisa-sisa gaya-gaya Buddha. Mereka juga terus mempekerjakan Muslim pada posisi-posisi yang berharga dan administrasi kerajaan.[4] Dari 1531-1629, para bajak laut Portugis beroperasi dari perlindungannya di sepanjang pantai kerajaan dan membawa budak-budak masuk dari Benggala ke kerajaan tersebut. Populasi Muslim Benggala kemudian meningkat pada abad ke-17, karena mereka dipekerjakan di beragam bidang kerja di Arakan. Beberapa di antara mereka bekerja sebagai juru tulis bahasa Arab, Benggala, dan Persia di pengadilan-pengadilan Arakan yang meskipun yang tersisa sebagian besar adalah umat Buddha, mengadopsi pakaian Islam dari Kesultanan Benggala.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Mrauk_U
1937 : Kolonial Inggris menduduki provinsi Arakan dengan kekerasan dan menggabungkannya ke Burma (yang saat itu merupakan koloni Inggris yang terpisah dari pemerintah Inggris di India). Untuk menundukkan kaum Muslim agar bisa dikuasai dan dijajah, Inggris mempersenjatai umat Budha.
1942 : lebih dari 100 ribu Muslim dibantai oleh orang-orang Budha dan ratusan ribu mengungsi ke luar negeri.
1948 M : Inggris memberi Birma kemerdekaan formalistik. Sebelumnya, pada 1947 M Inggris menggelar konferensi untuk mempersiapkan kemerdekaan dan mengajak seluruh kelompok dan ras di negeri tersebut kecuali Muslim Rohingya. Pada konferensi itu Inggris menetapkan menjanjikan kemerdekaan kepada tiap kelompok atau suku sepuluh tahun kemudian. Namun pemerintahan Birma tidak mengimplementasikan hal itu. Yang terjadi adalah penindasan terhadap kaum Muslimin yang terus berlanjut.
1962 : terjadi kudeta militer di Burma di bawah pimpinan militer Jenderal Ne Win. Rezim militer melanjutkan ‘tugas penting’ pembantaian terhadap umat Islam. Lebih dari 300 ribu Muslim diusir ke Bangladesh.
1978 : rezim militer mengusir lagi setengah juta Muslim ke luar Birma. Menurut UNHCR, lebih dari 40 ribu orang Muslim terdiri atas orang-orang tua, wanita dan anak-anak meninggal dunia saat pengusiran akibat kondisi mereka yang memprihatinkan.
1982 : operasi penghapusan kebangsaan kaum Muslim karena dinilainya sebagai warga negara bukan asli Burma.
1988 M : lebih dari 150 ribu kaum Muslimin terpaksa mengungsi ke luar negeri. Pemerintah Myanmar menghalangi anak-anak kaum Muslimin mendapatkan pendidikan. Untuk mengurangi populasi, kaum Muslim dilarang menikah sebelum berusia tiga puluh tahun.
1991 : lebih dari setengah juta kaum Muslim mengungsi akibat penindasan yang mereka alami.
Setelah Pakistan dan Myanmar berdiri, wilayah kerajaan Arakan ini separuh masuk wilayah Pakistan dan separuh masuk wilayah Myanmar. Nah, separuh wilayah kerajaan Arakan yg masuk wilayah Myanmar ini sekarang menjadi bagian dari Rakhine state.
Makanya sekarang banyak yg nuding etnis Rohingya ini bukan penduduk asli, dengan alasan wilayah Rakhine yg ditempati etnis Rohingya ini adalah salah satu negara bagian Myanmar.
Kalo di Indo ya kayak Timor gitu, separuh masuk Indonesia (NTT), separuh masuk Timor Leste.
Sekarang wilayah kerajaan Arakan yg masuk wilayah Pakistan ini menjadi bagian dari Bangladesh setelah Pakistan Timur (Bangladesh) merdeka
Sejarah ini bukan omong kosong, tapi kesaksian dari Dr. Francis Buchanan
Diubah oleh l4d13put 03-09-2017 14:29
0
4K
33


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan