Kaskus

Story

mr.pujanggaAvatar border
TS
mr.pujangga
Cerpen - Dongeng Sebelum Tidur
Cerpen - Dongeng Sebelum Tidur

Quote:


Langit masih gelap, sisa hujan tadi malam, masih menyisakan rasa dingin yang begitu menusuk tulang. Namun tak menyurutkan langkah Murni untuk membenahi gerobak sayur dagangannya itu. Burung-burung saja masih enggan untuk bangkit dari peraduannya pagi ini. Tapi Murni sadar, dingin bukan halangan untuknya dalam mencari rezeki hari ini.

Entah berapa kali dia bergetar menahan hembusan angin yang dinginnya sungguhsangat menusuk tulang. Setelah semuanya siap, Murni melangkah dengan mantap untuk mencari rezeki hari ini. Lorong-lorong, gang-gang kecil, hingga perbatasan desa ia lalui setiap hari untuk mengais rezeki.

Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan dagangannya, mungkin karena pagi ini masih terlalu dingin. Membuat pedagang sayur yang lain enggan keluar. Setelah ia rasa cukup, Murni pun bergegas pulang membawa sisa jualannya. Dalam perjalanan pulang, Murni singgah sebentar ke kedai untuk membeli susu.

“Buk, ada susu untuk anak?” tanya Murni ke pemilik kedai itu.

“Ada, 1 kotak harganya 25 ribu. Mau?” jawab pemilik kedai dengan sorot mata yang terkesan melecehkan penampilan Murni.

“Waduh, sampai segitu yah harganya! Nggak kurang lagi buk?” ucap Murni sembari menghi-tung hasil penjualan hari ini.

“Enggak bisa!!! Kalau gak sanggup beli, susui saja anakmu itu. Sudah miskin, belagu!” ibu itu mengusir Murni yang sedari tadi terlihat ragu dalam menghitung uangnya.

“Makasih bu atas sarannya, permisi” jawab Murni dengan suara yang nyaris tak terdengar. Ia melangkah pergi dari kedai itu. Niat untuk membeli susu untuk Lisa anaknya, terpaksa ia urungkan saja.

Sesampainya di depan rumah, Lisa langsung berlari riang menyambutnya.

“Ibu....!!!” Lisa berlari memeluk Murni, menyambut kehadiran ibu nya tersayang.
Dengan penuh kasih sayang, Murni membelai rambut Lisa yang memeluknya erat. Tampak sedikit genangan air di mata Murni.

“Maafkan ibumu ya nak, ibu belum bisa membelikanmu susu hari ini” katanya lembut sambil mendorong gerobak sayurnya masuk.

“Tidak apa-apa bu, Lisa suka kok air beras yang ibu berikan selalu. Sehat lagi!” jawab Lisa tersenyum manis. Senyum yang semakin mengiris hati Murni.

Murni merasa gagal menjadi seorang ibu sekaligus menjadi ayah untuk Lisa. Dia hanya mampu memberikan air beras, bukannya susu seperti anak kebanyakan. Dengan langkah yang diseret, Murni membuatkan air beras untuk Lisa.

Hari berlalu begitu cepat, daun-daun pun berguguran di perkarangan rumah. Selesai membersihkan halaman, Murni bergegas menemani Lisa yang sudah terlihat mengantuk.

“Ibu, Lisa mau dengar lanjutan cerita tentang wanita gila kemarin! Lisa masih penasaran dengan keinginannya itu” kata Lisa sembari merebahkan badannya di kasur tua dengan ber selimutkan dekapan hangat ibu nya itu.

“Anakku sayang, ibu pasti lanjutkan dongeng ibu seperti biasa. Pejamkanlah matamu, ibu akan bercerita”.

Cuma dongeng sebelum tidur ini saja, yang dapat Murni berikan setiap malam ke Lisa. Ia tak tahu lagi dongeng selain wanita gila itu, karena ia buta huruf dari kecil. Tak pernah ia membaca buku cerita ataupun didongengkan oleh mendiang ibu nya.

Tak terasa, kedua ibu dan anak itu terlelap dalam tidurnya masing-masing. Murni tampak gelisah dalam tidurnya, kelihatannya ia bermimpi buruk.

“Murni!! Sedang apa kau!” seorang lelaki bertubuh kekar dan bertato mendatanginya. Lelaki itu Jaka, preman pasar tempatnya berdagang sayur.

“Yang kau lihat aku sedang apa!” jawab Murni berusaha melawan ketakutannya pada lelaki itu.

“Hahaha, kau jangan berlagak sok di depanku! Meskipun kau cantik, kau hanya gadis miskin penjual sayur! Yatim piatu lagi. Tak usah sok jual mahal” lelaki itu menyentuh pipi Murni.

“Singkirkan tangan kasarmu itu!” Murni menepis tangan kasar si preman pasar itu.

PLAK!!!

Tamparan keras yang Murni dapatkan dari lelaki itu. Tampak sedikit air di kedua mata Murni. Apa salah dia berlaku seperti itu? Mengapa semua orang hanya sekedar melirik dengan pandangan yang tak enak terhadapnya, bukan malah membantunya.

Lelaki itu lalu mencengkram tangan Murni dengan kasar, dan secepat kilat tanpa Murni sadari sebuah belati tajam telah ditancapkan lelaki itu tepat di pangkal pahanya.

TIDAK!!!!

Murni tersentak bangun dengan tubuh yang basah oleh keringat, sesaat kemudian ia lega ternyata itu semua hanya mimpi. Dilihatnya tubuh mungil di sampingnya, untung saja Lisa tidak terbangun karena mendengar teriakanku batin Murni. Dipandanginya wajah Lisa dalam-dalam, cantiknya buah hatinya itu. Kelak ia akan menjadi orang yang tidak sama sepertinya. Dipeluknya erat-erat anaknya itu, bahkan sangat erat.

Mengapa Lisa tak terbangun? Dia semakin gelisah dengan anaknya yang tidak memberikan reaksi apapun itu.

“Lisa....lisa......!” Murni memanggil anaknya itu tepat di telinganya. Namun Lisa tetap tak bergeming. Digoncang-goncangnya tubuh Lisa, tetap tak bergeming juga.

“LISA..!!! ANAKKU SAYANG...!!!” Murni mulai panik dan histeris dengan tubuh Lisa yang tak bereaksi sedikit pun itu.

“LISA!!! BICARALAH ANAKKU!!! BANGUN SAYANG!!” Murni lalu mengangkat tubuh mungil itu tinggi-tinggi dan......

GUBRAK!!!

Murni membantingnya! Dia membanting tubuh mungil itu tepat di lantai rumahnya. Ia membantingnya dengan keras. Bahkan Murni sampai menginjak-injak tubuh itu, berharap Lisa bereaksi.

“LISA BANGUN SAYANG....!!!”

Sejurus kemudian beberapa orang menyergap Murni. Mereka semua berusaha mengikat Murni dan menyuntikkan sesuatu. Beberapa orang berusaha mengambil paksa sesuatu yang dipanggil Lisa oleh Murni itu. Perlahan semua gelap bagi Murni, ia terlelap karena obat penenang yang di suntikkan padanya.

“Dia sering berlaku demikian?” seorang pria berseragam dengan banyak simbol dan atribut di seluruh bajunya itu.

“Hampir setiap malam dia selalu seperti itu pak. Mungkin karena trauma dengan kasus itu” Jawab salah satu pria yang menyergap Marni tadi. Pakaian serba putihnya tampak kusut karena Murni memberontak tadi.

“Jadi benar dia wanita itu?”.

“Ya pak, dia wanita dalam kasus rudapaksaan di pasar itu. Semenjak menggugurkan kandungannya akibat pemerkosaan itu, dia selalu berteriak tidak jelas, dan membacakan cerita atau dongeng pada boneka setiap malam.” pria berbaju putih itu menjelaskan dengan menatap iba Murni.

“Yang membawa dia kesini siapa?” selidik pria berseragam itu.

“Warga kampungnya pak. Mereka resah dengan tingkah lakunya itu. Warga juga yang menolongnya saat tahu dia menggugurkan kandungannya. Sampai disini pun, dia tetap menganggap boneka itu anaknya, dan selalu mendongengi nya setiap malam.”

“Jadi benar preman pasar itu yang melakukan pemerkosaan terhadapnya? Lantas mengapa ia tak melapor saja ke pihak kami? Sampai-sampai ia nekat menikam preman itu berkali-kali?”

“Mungkin hanya dia yang bisa menjawabnya pak. Kami hanya bisa mencoba memahami lewat dongeng-dongeng yang ia bacakan untuk anaknya itu.”

HUUAAAAAAHHHHHH!!!

Kedua pria tersebut itu sontak terkejut mendengar teriakan Murni. Mereka bergegas mendatangi Murni yang terikat di tempat tidur itu. Murni tersadar, matanya menyorotkan kemarahan yang begitu besar, kedua mata itu memandangi kedua pria yang ada di hadapan nya itu.

“KEMBALIKAN PUTRIKU ITU!!! KEMBALIKAN! KALIAN TIDAK PUNYA HAK MEREBUTNYA DARIKU!”

“Itu hanya boneka nona, sadarlah!” jawab pria berseragam itu pada Murni.

“DIAM KAU!!! KEMBALIKAN PUTRIKU!! Aku belum selesai memberikan dongeng padanya. Aku berjanji selalu memberikan dongeng sebelum dia tidur.” Teriak Murni dan tiba-tiba saja ia langsung menangis terisak.

Pria berseragam itu dan pria berbaju putih hanya dapat menggelengkan kepala dan menatap Murni dengan tatapan iba. Terlalu malang nasib gadis yatim piatu penjual sayur ini.

End
Diubah oleh mr.pujangga 24-08-2017 06:55
anasabilaAvatar border
novimyAvatar border
novimy dan anasabila memberi reputasi
2
2.9K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan