
Ukuran sukses bangsa Asia adalah seberapa banyak materi yang didapatkan oleh personal itu sehingga dapat menaikkan prestise atau gengsi semata. Sementara, bangsa Amerika tidak menjadikan materi sepenuhnya yang menjadi tolak ukur suatu kesusksesan seseorang, tetapi apa yang dapat personal itu lakukan untuk mengubah sesuatu menjadi yang lebih baik lagi (banyaknya inovasi dan terobosan yang diciptakan).

Bangsa Asia lebih cenderung menganggap bahwa banyak kekayaan lebih penting dari pada cara mendapatkannya, sehingga anda tidak perlu kaget bahwa di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, tingkat korupsinya sangat tinggi. Hal itu terjadi disebabkan karena banyaknya kekayaan lebih penting dari pada cara mendapatkannya.

Pendidikan di kawasan Asia lebih identik dengan hafalan, bukan pemahaman. Oleh karena itu, bangsa Asia terkenal sebagai
“Jack of all trades, but master of none.”Hanya mengetahui sedikit tentang banyak hal, tetapi tidak menguasai satu pun. Buktinya adalah, banyak anak-anak muda dari bangsa Asia yang sering menjadi pemenang dalam ajang olimpiade fisika, kimia, biologi, tetapi jarang yang mendapatkan nobel. Mengapa seperti itu ? karena pendidikan yang berbasis hafalan tidak akan menciptakan personal yang
creative. Sementara orang-orang yang meraih nobel adalah orang yang
creative.

Orang Asia adalah
“penakut”. Penakut dalam arti, pribadi yang takut kalah dan takut salah. Sifat eksploratif orang Asia kurang. Seperti tidak berani mengambil risiko. Tidak ada salahnya mengambil keputusan dengan risiko yang besar, asalkan kita mampu bertanggung jawab dengan setiap konsekuensinya.

Bangsa Asia menganggap bahwa orang yang banyak bertanya adalah orang yang bodoh. Sementara orang Amerika menganggap bahwa orang yang banyak bertanya merupakan orang yang memiliki curious yang tinggi. Orang yang memiliki curious yang tinggi adalah orang yang eksploratif, creative, dan inovatif.

Menurut orang Asia bahaya yang mengancam dalam kehidupan dancarrier-nya datang dari luar. Sementara orang Amerika memiliki pola pikir, bahwa bahaya yang mengancam dalam kehidupan dan carrier-nya datang dari dalam dirinya sendiri (personal). Bahaya yang ada dalam diri sendiri itu memang sering tidak dideteksi. Bahaya itu seperti rasa mudah puas, tingkat ke- PDan (baca : percaya diri) yang berlebihan atau juga kekurangan, keingintahuan yang sedikit, dll.

Bangsa Asia tidak suka dikritik. Apalagi jika yang memberikan kritik adalah junior-nya (notabene yang lebih muda usianya ataupun yang lebih rendah jabatannya). Padahal, orang Amerika beranggapan bahwa kritik akan membangun mereka. Walaupun ada kritik yang bersifat negatif, seperti merendahkan bahkan tersirat bahwa “anda tidak mampu”, akan dijadikan positif oleh orang Amerika.

Orang Amerika lebih senang menjadi personal yang cerdik, sementara orang Asia lebih senang menjadi personal yang cerdas. Seringkali orang cerdas lebih sukar mengatasi persoalan dibandingkan orang cerdik.

Orang Asia menganggap bahwa motivasi diri itu tidak baik. Motivasi diri ini selalu dikaitkan dengan kesombongan pribadi semata, seperti seseorang yang mengatakan bahwa “Saya adalah orang yang sukses.” Pernyataan itu dianggap pernyataan yang menyombongkan diri bagi orang Asia. Sementara itu, orang Amerika menganggap bahwa motivasi diri bukanlah kesombongan, tetapi sedikit menjadi pacut yang memacu personal untuk menjadi seperti pernyataan positif yang personal itu ungkapkan. Boleh menjadi sombong tetapi untuk sesuatu yang real, bukang sesuatu yang semu. Kesombongan juga punya batas dan aturan.
Self management dan Self concept orang Asia sangat kurang. Orang Amerika sangat ahli dalam self management danself concept. Mereka bisa mengatur diri mereka sendiri dan memahami seperti apa pribadi mereka, apa yang mereka inginkan, apa yang harus dicapai, dan apa yang menjadi ketidaksukaan mereka. Seharusnya orang Asia memupuk dirinya lagi dalam self management dan self concept.