- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
MAMAH "True Story"


TS
isubekti12
MAMAH "True Story"
Assalamualaikum, masih dengan Indra Subekti yang nakal tapi tampan, kali ini aku akan bercerita sedikit tentang pahlawanku, Mamah. Bagiku dia itu adalah sosok yang tidak bisa aku jelaskan ditulisan ini, karena beliau memang sangat berarti sekali untukku, papahku dan juga adikku.
“Aa bangun, sarapanmu sudah mamah siapkan di meja.” Tradisi ini sudah berlangsung 25 tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat, tapi kebiasaan mamah tak pernah berubah.
“Mah, nggak usah repot repot Mah. Aku sudah dewasa,” pintaku pada mamah pada suatu pagi.Wajah mamah itu langsung berubah sedih.
Ketika mamah mengajakku makan siang di sebuah restoran. Buru – buru aku keluarkan uang dan kubayar semuanya, ingin kubalas jasa mamah selama ini dengan hasil keringatku.Raut sedih itu tidak bisa disembunyikan.
Kenapa mama mudah sekali sedih? Aku hanya bisa menerka-nerka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami mama karena dari sebuah artikel yang kubaca. Orang yang lanjut usia bisa sangat sensitif dan cenderung bersikap kekanak-kanakan. Tetapi entahlah… niatku ingin membahagiakan malah membuat mamah sedih. Seperti biasa, mamah tidak akan pernah mengatakan apa-apa.
Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya, “Mah, maafin Aa kalau telah menyakiti perasaan Mamah, apa yang bikin Mamah sedih?” Kutatap sudut-sudut mata mamah, ada genangan air mata disana.
Terbata – bata mamah berkata, “Tiba-tiba mamah merasa kalian tidak lagi membutuhkan mamah. Kamu sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Mamah tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu, mama tidak bisa lagi jajanin kamu. Semua sudah bisa kamu lakukan sendiri.”
Ya Allah, ternyata untuk seorang Ibu, bersusah payah melayani anak-anakya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tidak pernah kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing. Diam-diam aku merenungkan. Apa yang telah kupersembahkan untuk mama dalam usiaku sekarang? Adakah mama bahagia dan bangga pada putranya ini?
Ketika itu kutanya pada mamah. Mamah menjawab, “Banyak sekali Aa, kebahagiaan yang telah Aa berika pada mamah. Kamu tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kamu berprestasi di sekolah adalah kebanggaan untuk mamah. Setelah dewasa, kamu berperilaku sebagaimana seharusnya seorang anak, itu kebahagiaan buat mamah. Setiap kali binar matamu mengisyaratkan kebahagiaan disitulah kebahagiaan orang tua.”
Lagi-lagi aku hanya bisa berucap, “Ampunkan aku, ya Allah, kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada Mamah. Masih banyak alasan ketika Mamah menginginkan sesuatu.” Betapa sabarnya mamahku melalui liku-liku kehidupan.
Mamaku seorang yang idealis, menara keluarga, merawat, dan mendidik anak-anak adalah hak seorang ibu yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapa pun. Maafkan kami, Mamah yang 18 jam sehari sebagai ‘pekerja’ seakan tidak pernah membuat mamah lelah. Sanggupkah aku ya Allah?
“Aa, bangun !!! Sarapannya sudah mamah siapkan di meja.”
Kalimat itu mungkin sudah tidak bisa aku dengar kembali, karena pada tanggal 13 Mei 2016 kemarin di RSCM tepat pada pukul 12.30, Mamah meninggalkan kami sekeluarga, dikarenakan menderita penyakit Kanker stadium akhir.
Cintaku ini milikmu, Mamah. Aku masih sangat membutuhkanmu, kenapa kau meninggalkan aku begitu cepat? 25 Tahun bersamamu sangatlah kurang mamah. Maafkan aku yang mungkin belum bisa membahagiakan mu Mah. Tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat, “Aku sayang kepadamu.” Namun begitu, Tuhan menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita miliki kepada orang yang kita cintai. Kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita, ibu. Walau mereka tak pernah meminta, percayalah kata – kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.
“Ya Allah, terimalah Iman Islamnya, ampunilah dosa dosanya, lapangkan dan terangkan kuburnya, tempatkanlah ditempat yang layak, sayangilah dia seperti dia menyayangiku, aku titip mamah ya Rabbi”
“Mamah, sekarang aku sudah menikah dengan wanita yang kau suka, doakan Aa dan Dewi menjadi keluarga sakinah mawahdah warahmah, diberikan keturunan yang lucu-lucu soleh dan soleha, berbakti kepada Agama, orang tua dan Bangsa. Aamiin. Nanti akan aku ceritakan bahwa mereka mempunyai Nenek yang sangat baik dan kuat.
“AKU SAYANG MAMAH”
Ttd
Isubekti 2017
dibaca juga cerita ku yg lain :
Cinta Tanpa Kata
Kisah Inspiratif
MAMAH
“Aa bangun, sarapanmu sudah mamah siapkan di meja.” Tradisi ini sudah berlangsung 25 tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat, tapi kebiasaan mamah tak pernah berubah.
“Mah, nggak usah repot repot Mah. Aku sudah dewasa,” pintaku pada mamah pada suatu pagi.Wajah mamah itu langsung berubah sedih.
Ketika mamah mengajakku makan siang di sebuah restoran. Buru – buru aku keluarkan uang dan kubayar semuanya, ingin kubalas jasa mamah selama ini dengan hasil keringatku.Raut sedih itu tidak bisa disembunyikan.
Kenapa mama mudah sekali sedih? Aku hanya bisa menerka-nerka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami mama karena dari sebuah artikel yang kubaca. Orang yang lanjut usia bisa sangat sensitif dan cenderung bersikap kekanak-kanakan. Tetapi entahlah… niatku ingin membahagiakan malah membuat mamah sedih. Seperti biasa, mamah tidak akan pernah mengatakan apa-apa.
Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya, “Mah, maafin Aa kalau telah menyakiti perasaan Mamah, apa yang bikin Mamah sedih?” Kutatap sudut-sudut mata mamah, ada genangan air mata disana.
Terbata – bata mamah berkata, “Tiba-tiba mamah merasa kalian tidak lagi membutuhkan mamah. Kamu sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Mamah tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu, mama tidak bisa lagi jajanin kamu. Semua sudah bisa kamu lakukan sendiri.”
Ya Allah, ternyata untuk seorang Ibu, bersusah payah melayani anak-anakya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tidak pernah kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing. Diam-diam aku merenungkan. Apa yang telah kupersembahkan untuk mama dalam usiaku sekarang? Adakah mama bahagia dan bangga pada putranya ini?
Ketika itu kutanya pada mamah. Mamah menjawab, “Banyak sekali Aa, kebahagiaan yang telah Aa berika pada mamah. Kamu tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kamu berprestasi di sekolah adalah kebanggaan untuk mamah. Setelah dewasa, kamu berperilaku sebagaimana seharusnya seorang anak, itu kebahagiaan buat mamah. Setiap kali binar matamu mengisyaratkan kebahagiaan disitulah kebahagiaan orang tua.”
Lagi-lagi aku hanya bisa berucap, “Ampunkan aku, ya Allah, kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada Mamah. Masih banyak alasan ketika Mamah menginginkan sesuatu.” Betapa sabarnya mamahku melalui liku-liku kehidupan.
Mamaku seorang yang idealis, menara keluarga, merawat, dan mendidik anak-anak adalah hak seorang ibu yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapa pun. Maafkan kami, Mamah yang 18 jam sehari sebagai ‘pekerja’ seakan tidak pernah membuat mamah lelah. Sanggupkah aku ya Allah?
“Aa, bangun !!! Sarapannya sudah mamah siapkan di meja.”
Kalimat itu mungkin sudah tidak bisa aku dengar kembali, karena pada tanggal 13 Mei 2016 kemarin di RSCM tepat pada pukul 12.30, Mamah meninggalkan kami sekeluarga, dikarenakan menderita penyakit Kanker stadium akhir.
Cintaku ini milikmu, Mamah. Aku masih sangat membutuhkanmu, kenapa kau meninggalkan aku begitu cepat? 25 Tahun bersamamu sangatlah kurang mamah. Maafkan aku yang mungkin belum bisa membahagiakan mu Mah. Tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat, “Aku sayang kepadamu.” Namun begitu, Tuhan menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita miliki kepada orang yang kita cintai. Kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita, ibu. Walau mereka tak pernah meminta, percayalah kata – kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.
“Ya Allah, terimalah Iman Islamnya, ampunilah dosa dosanya, lapangkan dan terangkan kuburnya, tempatkanlah ditempat yang layak, sayangilah dia seperti dia menyayangiku, aku titip mamah ya Rabbi”
“Mamah, sekarang aku sudah menikah dengan wanita yang kau suka, doakan Aa dan Dewi menjadi keluarga sakinah mawahdah warahmah, diberikan keturunan yang lucu-lucu soleh dan soleha, berbakti kepada Agama, orang tua dan Bangsa. Aamiin. Nanti akan aku ceritakan bahwa mereka mempunyai Nenek yang sangat baik dan kuat.
“AKU SAYANG MAMAH”
Ttd
Isubekti 2017
dibaca juga cerita ku yg lain :
Cinta Tanpa Kata
Kisah Inspiratif


anasabila memberi reputasi
1
1.8K
2
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan