Kaskus

Story

ademuchdalifahAvatar border
TS
ademuchdalifah
Kisah nyata
Gw mau ceritain sedikit kisah hidup gw nih gan
Aku adalah seorang janda berusia 33 tahun. Aku akan menceritakan kisah hidupku yang pernah mengalami dua kali kegagalan dalam berumah tangga. Pernikahan pertamaku terjadi ketika aku berusia 26 tahun. Aku dipersunting oleh seorang laki-laki berusia 32 tahun yang bernama Endang. Dia adalah tetangga dari kakak ibuku. Saat itu aku sering ke rumah kakak ibuku yang baru pindah, dan berkenalan dengan Endang. Dia adalah laki laki yang baik, pada awal pendekatan, keluarganya menerima aku apa adanya. Sampailah pada pernikahan kami. Baru dua minggu kami menikah, ibu mertuaku yang tak lain adalah kakak kandung suamiku (Suamiku diangkat oleh kakak pertamanya sebagai anak, karna dia tidak mempunyai keturunan) menunjukan sikap ketidaksukaannya kepadaku. Di saat aku sedang makan malam sendiri, dia menghampiriku dan berkata bahwa dia tidak setuju dengan pernikahan kami. Dari situlah kejadian demi kejadian tidak mengenakan, kualami setiap harinya. Sebulan kami menikah, ibu kandung suamiku meninggal, padahal dialah ibu mertua yang baik, bukan ibu angkatnya itu. Dua minggu kemudian, tepatnya di hari di bulan ramadhan, suamiku pulang kantor dengan membawa seorang wanita yang tak lain adalah mantan tunangannya, dia langsung masuk ke rumah ibu angkatnya yg berada di sebelah rumah kami. Aku baru diberitahu setelah suamiku masuk ke kamar dan kami akan tidur. Aku kaget karna tidak tahu kalau mereka janjian dan wanita itu akan menginap, walau dia menginap di rumah ibu angkatnya. Aku berkenalan dengan wanita itu di waktu sahur. Siang harinya, ibu mertuaku mengenalkan wanita itu keliling kompleks dengan menjelek-jelekkan namaku. Aku menangis seharian, suamiku seolah tak peduli. Dari situlah kepercayaanku kepada suamiku mulai memudar. Hari berlalu dengan kuhiasi tangis demi tangis. Mertuaku semakin menunjukan sikap ketidaksukaannya kepadaku. Dia selalu mengadu apa yang tidak benar, aku selalu dijadikan kambing hitam. Aku selalu diposisikan seolah olah akulah yang menindas mertuaku. Suamiku yang lebih percaya kepada ibu angkatnya itu, selalu menegurku agar aku bersikap baik pada ibunya. Bahkan tidak ada lagi tempat dihati dan pikiran suamiku itu untuk mendengarkan cerita versiku. Malam demi malam aku lalui dengan tangis, terlebih aku menangkap suatu kejanggalan pada sikap dan perilaku suamiku. Dia lebih memilih tidur di depan tv di ruang tamu daripada menemaniku tidur di kamar. Setiap aku ajak tidur, dia bilang nanti saja dan aku disuruh tidur duluan. Saat aku keluar kamar, suamiku seperti orang yang ketahuan sedang berbuat salah. Dia buru-buru menyembunyikan handphone nya. Selalu saja setiap hari seperti itu. Karena curiga, aku sengaja bangun di tengah malam untuk mengecek hpnya. Kaget bagaikan ingin pingsan, aku menemukan sms yang tidak senonoh di hp suamiku. Pagi harinya aku tanyakan kepadanya, tapi dia malah marah karna memeriksa hpnya. Dan dia tidak mengakuinya, itu hanya sms temannya yang sedang mengerjainya. Suamiku sering menerima telepon diam diam, jika hpnya bunyi, dia menerima telepon di samping rumah. Suatu ketika di hari sabtu, dia sengaja meminjam mobil kantornya. Aku tak menyimpan curiga, namun di saat dia berkata akan pergi jalan jalan sendiri, aku baru curiga. Karena aku masih bekerja di hari sabtu, jadi aku tak bisa menemaninya jalan. Dan saat aku bilang mau ikut dengannya saja dan tidak mau masuk kerja, dia malah marah. Akhirnya aku mengijinkan suamiku pergi sendiri. Sore hari dia pulang, Lalu aku suruh dia shalat ashar, dia tidak mau, dia bilang pakaiannya kotor. Aku bilang ganti pakaian, tapi dia tidak mau. Dia langsung tidur dan setiap aku bangunkan untuk shalat, dia bilang lagi kotor. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Karena aku masih berusaha tidak curiga kepadanya.Hal ini aku adukan kepada kakaknya yang lain. Tapi kakaknya malah menyalahkanku dan tidak percaya pada omonganku. Aku semakin hari semakin melihat perubahan besar kepada suamiku, ditambah ibu angkatnya yang berbuat kasar kepadaku. Di tiap shalatku, aku berdoa supaya ibu angkat suamiku diberi hidayah atau azab oleh Allah. Tidak terasa pernikahanku sudah berjalan dua tahun tanpa kehadiran seorang anak. Dan tibalah pada suatu saat, ibu mertuaku yang sehat dan masih gesit di usianya yang ke 50, tiba tiba sakit. Awalnya seperti sakit tipus, tapi diobati ke dokter tak kunjung sembuh. Dan Sampai akhirnya dia kritis, Beberapa saat sebelum koma, aku sempat mengucapkan maaf kepadanya, dan dia pun seperti mengangguk. Selang beberapa jam, ibu mertuaku langsung tidak sadarkan diri. Dua hari dia tidak sadarkan diri, dan akhirnya meninggal. Entah aku merasa bersalah atau lega karena doaku terjawab. Sepeninggal mertuaku, kupikir kehidupan kami akan lebih baik, namun dugaanku salah. Suamiku makin menjadi, semakin sering aku menemukan sms-sms yang aku sendiripun jijik membacanya. Aku sudah tidak kuat lagi, dan aku pulang ke rumah orang tuaku. Seminggu aku dijemput oleh suamiku, dan aku membuat kesepakatan olehnya. Tapi lagi lagi dia tetap dengan tabiatnya. Aku kembali pulang, dan kali ini aku memutuskan untuk bercerai. Aku ajukan surat ke pengadilan. Dan dia pun datang, Di pengadilan dia mengaku bahwa pernah berselingkuh dan berhubungan badan dengan seorang wanita bernama Lia. Hakim menjatuhkan talak satu kepadaku. Hancur hatiku tapi ada kelegaan karena aku sudah terlepas dari semua ketakutan dan keresahan. Kini hari hariku kujalani sebagai seorang janda, untungnya aku masih bekerja, jadi segala kebutuhanku masih bisa kupenuhi. Hari-hariku sebagai seorang wanita yang pernah menikah kujalani dengan tidak mudah. Terlebih teman teman kantorku banyak yang menggodaku. Aku berdoa supaya aku cepat diberikan jodoh lagi. Teman kuliahku mengajakku untuk liburan bareng teman kerjanya ke gunung bromo. Aku pun langsung mau, dan pergilah kami kesana. Aku dikenalkan dengan teman kerja dari teman kuliahku. Salah satunya bernama Andika, dia baik dan perhatian kepada semua teman-temannya. Dia sering mentraktir kami ketika kami menginap di perkampungan gunung bromo. Saat pulang ke jakarta, aku bertuka nomor telepon dan dia langsung mengirimkan ku sms berupa perhatian-perhatian kecil. Selang seminggu dia datang ke rumahku. Dan orang tuaku senang dengan sikapnya. Sebulan kemudian dia melamarku dan aku pun menerima lamarannya. Kami berencana menikah di bulan Haji. Perayaan pernikahan kami diselenggarakan menurutku mewah, dengan biaya yang memakan uang hingga seratus juta lebih. Awalnya pernikahan kami berjalan baik. Semua keluarganya baik kepadaku. Ayah, ibu dan adik adiknya suka dengan kehadiranku. Baru beberapa bulan kami menikah, suamiku yang tadinya betah di rumah, menjadi sering pergi keluar dengan alasan kumpul dengan teman temannya. Dia menjadi sering pergi di hari libur dan kebetulan saat itu dia baru merintis usaha wedding organizer bersama teman temannya. Aku yang kelelahan bekerja akhirnya memilih resign dan menjadi ibu rumah tangga saja. Siapa tahu dengan tidak sibuk, aku menjadi cepat dan bisa hamil. Suamiku setuju, dan aku akhirnya menjadi ibu rumah tangga. Suamiku menjadi sangat sibuk karna dia serius menjalankan bisnis sampingannya. Aku merasa kurang perhatiannya. Dia selalu pulang malam dan di hari libur pun tetap bekerja di luar. Aku menangkap hal aneh pada suamiku, dia menjadi tidak bergairah lagi terhadapku. Setiap kami melakukan hubungan suami istri, dia tidak menyelesaikan tugasnya sampai akhir. Aku mencari tahu, apakah dia kelelahan sehingga menyebabkan staminanya menurun. Aku berikan dia suplemen tapi tidak berhasil juga. Aku memulai kebiasaan dengan memeriksa tas kerja suamiku. Kaget bukan kepalang saat aku menemukan obat kuat berbentuk kapsul, obat itu aku buang. Pikiranku sudah tak karuan, seingatku dia tidak pernah memakai obat kuat ketika akan berhubungan denganku, kejadian lagikah aku dikhianati oleh suamiku untuk yang kedua kalinya?. Dia memang pernah menginap di rumah teman laki-lakinya waktu acara wedding klien yang dia tangani. Beberapa waktu berlalu, aku mulai lupa akan kecurigaanku itu. Tak terasa kami sudah melewati delapan bulan pernikahan, tak kunjung diberikan keturunan. Aku mengajukan usul ke suamiku agar kami memeriksakan diri ke dokter, ia pun mengiyakan. Hasil tesku baik-baik saja, dan giliran suamiku disuruh tes sperma di klinik. Dan tibalah hasil tes tersebut, dokter yang membacanya tersenyum entah apa artinya, karna dia melihat hasilnya banyak sperma abnormal dan kuman. Suamiku disarankan makan makanan sehat dan olahraga.
Hari-hari kulalui dengan rasa bosan karena jarang bertemu suamiku. Pernah aku memeriksa lagi tas kerjanya, kali ini kutemukan obat kuat berbentuk cair, baunya alkohol menyengat, aku perhatikan obatnya belum dibuka segelnya. Setiap hari kuperiksa isinya, dan suatu hari kutemukan obat itu sudah berkurang separuh botol, kupikir selama ini suamiku sudah tidak pernah lagi menyentuhku. Lalu dengan siapakah dia memakainya?. Jantungku berdegup kencang, aku mencoba bersabar. Hari demi hari obat itu tak berkurang, lalu inisiatifku aku membuang isinya dan aku gantikan dengan air biasa. Sampai suatu ketika, suamiku pergi untuk menjemput perias pengantin untuk sepupunya yang akan menikah. Aku memerikasa tas suamiku, dan obat itu dibawa olehnya. Aku menanyakan kenapa dia pergi membawa obat itu, dan dia bilang obat itu akan dibuang karna baunya sudah tidak asli lagi. Dia marah karna aku ketauan memeriksa tasnya, dan dia pulang sangat larut malam bersama perias laki-laki yang gemulai. Laki-laki itu menginap di rumah kami. Aku mulai curiga kepada mereka. Besoknya kami pergi ke acara pernikahan sepupu suamiku. Sepanjang perjalanan aku menangkap hal aneh pada diri suamiku dan temannya itu. Aku bertanya kepada teman suamiku apakah dia sudah menikah dan punya anak, dia menjawab dengan ragu dan berpikir lama. Aku jadi semakin memperhatikan tingkah laku mereka. Terlebih teman suamiku itu selalu dekat dengan suamiku dan sering temannya itu mengelus paha suamiku. Hatiku semakin tak karuan dan berpikir macam-macam. Aku merunut satu demi satu peristiwa demi peristiwa. Dari Saat dia sering pulang malam, aku selalu memperhatikan dengan detail setiap apapun itu dari suamiku. Sampai celana dalamnya pun aku perhatikan, dan aku tambah jantungan, ketika aku mendapati celana dalam suamiku dibagian belahan belakangnya bau sperma dan berwarna kuning. Tiap hari aku perhatikan selalu seperti itu. Dia Juga dengan tiba-tiba di awal tahun ikut fitnes, yang setahuku tempat fitnes adalah tempat berkumpulnya laki-laki gay. Suamiku kalau pulang kerja, walau selarut apapun dia tetap mandi keramas. Pernah suatu malam, ia pulang larut dan langsung mencuci celana panjangnya sendiri. Aku bertanya kepadanya dan dia bilang ketumpahan keju. Aneh rasanya, setahuku dia tidak suka dengan keju. Dan kenapa kalo ketumpahan keju mesti dicuci malam itu juga. Kecurigaan bertambah kepada suamiku.
Lalu aku mencari tahu, kutemukan file bekas operasi ambeien. Kucari artikel penyebab ambeien adalah salah satunya sodomi. Deg, jantungku berdebar, mungkinkah dia seorang gay. Lalu aku menceritakan hal ini ke keluarganya, dan barulah keluarganya buka rahasia yang selama ini disimpan oleh mereka. Orang tua dan kakaknya mengiyakan bahwa jauh sebelum aku bertemu anaknya, suamiku mengidap kelainan itu. Dia seorang gay. Hancur hatiku mendengarnya, kenapa mereka merahasiakan hal ini. Alasan mereka aku sudah diberitahu oleh suamiku. Aku berpikir lama, aku bicarakan dengan saudara-saudaranya yang lain jalan pemecahannya. Dan sampailah pada malam itu, sehabis shalat maghrib bersama, aku menanyakan hal ini kepada suamiku. Aku bertanya apakah dia kembali lagi ke jalan hidupnya yang seperti dulu sebagai seorang gay. Dia kaget bukan main, dan untuk menutupi rasa malunya dia langsung menjawab dengan perkataan : Aku talak kamu, talak dua – tiga sekalian. Jantungku rasanya berhenti berdetak, suami yang dulu baik kepadaku sekarang bisa mengatakan talak tiga kepadaku. Aku mencoba untuk membicarakannya dengan keluarga yang lain, dan keputusannya tetaplah untuk menceraikanku. Aku pingsan di rumah sepupunya, dan dia bergegas pulang. Aku di antar pulang oleh ayahnya, dan di rumah aku melihat suamiku merapihkan pakaiannya dan dia hendak pergi. Aku menahannya, dan aku bilang tidak ingin bercerai. Tapi dia malah menendangku, dan langsung pergi. Aku menangis sejadi jadinya, semalaman aku tidak bisa tidur. Keesokan harinya sepupuku datang menengok keadaanku, katanya suamiku yang menyuruhnya melihat keadaanku. Aku menceritakan kejadian semalam, dan salah seorang kakak ibunya menyarankanku untuk mengobatinya secara jarak jauh. Aku dikenalkan kepada saudara suamiku yang bisa mengobati orang, persyaratannya cukup berat, dengan membayar mahar untuk disedekahkan sebesar kira kira 7 juta lebih. Jumlah itu dihitung berdasarkan sehari kami berdua makan dikalikan jumlah sendi yang ada ditubuh manusia. Aku berusaha keras untuk mengumpulkan uang itu, mengingat aku sekarang sudah tidak punya tabungan, aku menjual emas perhiasaan pemberian teman temanku ketika aku resign. Dengan meminjam uang dari sepupu suamiku, cukuplah uang yang aku butuhkan. Aku mendatangi saudaranya dan memberikan uang itu.
Berbagai persyaratan aku lakukan dan penuhi demi untuk kembalinya suamiku kepadaku. Aku tidak ingin gagal lagi, karena keluargaku belum mengetahui keadaanku yang sekarang. Aku sengaja belum memberitahu orang tuaku, karena aku takut mereka khawatir dan sedih. Hari-hari berlalu dan semakin mendekati hari raya idul fitri, namun suamiku tak kunjung kembali kepadaku. Dan tepat di hari ketiga sebelum lebaran, dia bersama Bapaknya, diam-diam menemui kedua orangtuaku dan kagetlah bercampur sedih orang tuaku mendengar berita ini. Ibu menelponku dan menangis. Aku tak sanggup mendengar tangisannya, Ya Allah, tolonglah aku, kuatkan kedua orangtuaku menerima takdirMU. Aku disuruh pulang oleh orang tuaku dan keesokan harinya aku pulang dengan di antar oleh sepupunya. Bibi dan sepupunya yang mengantarku menangis, juga nenek dan anggota keluarga yang lain. Dan Sejak saat itu hingga sekarang sudah berjalan setahun lebih, suamiku belum juga mengirimkan surat cerainya kepadaku. Setiap kali kutanya melalui sepupunya, hanya dijawab sedang diurus. Saat ini aku bekerja kembali demi memenuhi kebutuhanku sendiri dan kedua orangtuaku. Aku hanya berharap, di setiap doa yang kupanjatkan, aku meminta diberikan jodoh yang terakhir yang ahlaknya baik. Sekarang aku menjalani hari-hariku dengan serpihan hati yang baru kubangun. Tanpa seorang suami yang menafkahi.

Semoga cerita gw ini bisa jadi pelajaran hidup buat banyak orang
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
3.7K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan