Sejumlah warga mengikuti upacara bendera di sungai Kelurahan Barombong, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (17/8/2017)
Sejarah menunjukkan, kelahiran lagu "Indonesia Raya" telah memperkuat sentimen nasionalisme. Dengan alasan serupa, Lagu Kebangsaan Indonesia, kini wajib dinyanyikan di sekolah. Setiap hari.

Tahun ini semakin spesial, karena pemerintah tak hanya mewajibkannya setiap hari di sekolah, tetapi lengkap dalam tiga stanza. Kemendikbud bahkan sudah membuatkan situs khusus bertajuk Indonesia Raya, dengan alamat laguindonesiaraya.id.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, akan membuat surat edaran mengenai penghapalan lagu "Indonesia Raya" tiga stanza saat upacara bendera di sekolah. Langkah ini menurutnya, diambil demi kepentingan pendidikan.

"Saya sudah dua kali pimpin upacara dengan lagu itu, memang lagu Indonesia Raya asalnya tiga stanza, saya tidak tahu kenapa ceritanya kenapa tinggal satu, jadi tidak utuh," ujarnya dilansir Warta Kota (3/8/2017).

"Indonesia Raya" dalam tiga bait itu, pertama kali dirilis di Koran Sin Po edisi November 1928. Namun, hanya sepertiga lagu itu yang populer. Dalam upacara bendera setiap hari Senin di sekolah, misalnya, hanya satu bait plus refrein-nya yang dinyanyikan.

Pun saat upacara pengibaran Sang Merah Putih di Istana Merdeka, Jakarta, hari ini (17/8/2017). Bait pertama dibawakan dengan dua kali refrein. Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-72 RI itu, diwarnai para tamu undangan yang mengenakan pakaian tradisional. Termasuk Presiden Joko Widodo, beserta Ibu Negara.

Adapun aturan menyanyikan "Indonesia Raya" tiap hari di sekolah, lahir sejak 2015, oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Anies Basdewan. Dalam Permendikbud No. 23/2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, siswa dan guru wajib menyanyikan lagu Indonesia Raya dan/atau satu lagu wajib nasional sebelum pembelajaran.

Pada 2017, Mendikbud yang baru (Muhadjir Effendy), menerbitkan Surat Edaran penegasan. Salah satu butirnya memerintahkan seluruh lembaga pendidikan menyiapkan setiap kelas untuk menyanyikan lagu "Indonesia Raya" setiap awal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan menyanyikan salah satu lagu kebangsaan/nasional sebelum pulang.

Pengamat pendidikan, Itje Chodijah, mengkritik gagasan itu. Menurut dia, rencana itu berlebihan. Akan lebih baik bila makna lagu Indonesia Raya dijelaskan kepada para siswa, sesuai tingkatannya. Menyanyikan lagu itu berulang ulang tanpa makna, para murid tidak dapat merenungkan maknanya saat dinyanyikan.

"Perlu ada penjelasan dan diskusi agar anak murid paham setiap lirik lagu itu serta perjuangan saat itu, sehingga nyanyinya khidmat," kata Itje kepada Tempo.co Mei silam.

Untuk mengenalkan kembali ketiga bait, Kemendikbud telah merekam versi lengkap "Indonesia Raya" di studio Lokananta, Solo. Proses rekaman telah berlangsung pada Mei 2017 silam. Upaya tersebut merupakan bagian dari proyek Tutorial Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya" yang telah dimulai sejak tahun lalu.

"Pemerintah ingin menempatkan kembali lagu 'Indonesia Raya', porsinya sebagai lagu kebangsaan. Di masyarakat banyak beredar versi Indonesia Raya. Padahal ada standar bakunya," kata Kasubdit Seni Media Direktorat Kesenian Dirjen Kebudayaan Kemdikbud, Edi Irawan, dilansir Detikcom (20/5).

Dalam situs Indonesia Raya, Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud) menyatakan versi tiga stanza selama ini cenderung terlupakan. Upaya menghadirkan kembali versi lengkap ini, disertai terbitnya buku berjudul Bunyi Merdeka.

"Lewat pemaparan sejarah sosial dan tinjauan musikologi, buku ini dapat mengantarkan kita pada rahasia bunyi yang membawa kita pada kemerdekaan. Semoga buku ini dapat berperan memperkuat rasa kebangsaan kita dan memelihara komitmen bersama kita sebagai bangsa merdeka," tulisnya.

Buku yang bisa didapatkan secara gratis itu mengisahkan sejarah ihwal "Indonesia Raya". Diceritakan bagaimana Wage Rudolf Soepratman, tertantang menggubah lagu kebangsaan lantaran membaca sebuah artikel di majalah Timboel terbitan Solo.

Soepratman pun menulis syair "Indonesia" dan pada subjudulnya tertera "lagu kebangsaan". Lirik asli yang ditulis pada pertengahan 1928 itu memuat tiga bait. Kesempatan mempublikasikannya datang saat ia ditugasi meliput Kongres Pemuda Kedua. Soepratman, saat itu adalah seorang kuli tinta di koran Sin Po.

Demi keperluan liputan, Soepratman bertemu Soegondo Djojopoespito, salah seorang tokoh muda dan kawan satu indekos Sukarno ketika di Surabaya. Soegondo yang memintanya membawakan "Indonesia Raya" dalam suatu acara di gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106--lokasi diselenggarakannya Kongres Pemuda Kedua.

Namun dalam acara itu, malam hari tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman membawakannya dalam gesekan biola. Hal ini dilakukan atas pertimbangan Soegondo, demi menghindari represi oleh agen-agen kolonial yang memantau keseluruhan acara. Lagu itu pun sengaja dinyanyikan tanpa syair.

Pada 1944, Panitia Lagu Kebangsaan menetapkan sejumlah perubahan kecil atas lagu tersebut dengan ketentuan umum: apabila dinyanyikan satu stanza, ulangannya dinyanyikan dua kali. Sedangkan jika dinyanyikan tiga stanza, ulangannya dinyanyikan satu kali pada dua stanza pertama, dan dua kali pada stanza ketiga.

Lalu pada 26 Juni 1958, lahirlah Peraturan Pemerintah No. 44/1958 tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, yang menetapkan gubahan, irama, nada dan tata tertib dalam membawakan lagu tersebut. Setelah itu, dikuatkan lagi dengan Undang-Undang No. 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Berikut rekaman "Indonesia Raya" versi lengkap yang dipublikasikan Kemendikbud:
Indonesia Raya Simphoni & Vokal 3 Stanza


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ya-tiga-stanza

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Bos First Travel lupa ke mana saldo ratusan miliar raib

- Obama kembali jadi raja Twitter

- Kelas atas senang berlibur, menengah tahan belanja