- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Travellers
Ride ke Spot Riyadi [lagi]


TS
rwbw
Ride ke Spot Riyadi [lagi]
Quote:
Sebulan puasa membuat saya dan teman-teman vakum bersepeda. Agustus ini, tepatnya tanggal 6 Agustus 2017, yang juga beretepatan dengan peringatan hari Ahad, kami menggenjot sepeda menuju Spot Riyadi. Seperti apa perjalanannya? Selamat membaca.
Alarm dari tablet murahan berbunyi. Saya dengan mata yang masih antara tebuka dan tertutup, mencoba menggeser tombol ke ikon untuk membisukan alarm. Mencoba menutup mata lagi, masih ngantuk karena semalam susah tertidur. Pengaruh kopi. Baru saja saya memejamkan mata, sayup-sayup terdengar suara adzan. Saya masih mencoba untuk tidur lagi dan sesaat kemudian saya sadar. “Hei, itu adzan Shubuh, masya Allah.” Dengan tergesa saya bangkit dan menuju tempat wudhu.
~*~
![Ride ke Spot Riyadi [lagi]](https://s.kaskus.id/images/2017/08/08/4696816_20170808024603.jpg)
~*~
Jam ternyata sudah menunjukkan pukul 5.20 saat saya kembali ke kos. Dalam benak saya “wah kesiangan nih.” Saya sempatkan mandi sebentar dan kemudian membalap menuju titik kumpul yaitu kos om rizal di depan kampus. Sembilan km, kira-kira itulah jarak yang mesti saya tempuh untuk menuju titik kumpul, yang untungnya jalanan belum terlalu ramai. Sekitar setengah jam saya baru sampai di tujuan. Kayuhan saya sudah saya coba maksimal dengan gir tertinggi di rear derailleur, sementara untuk front derraileur terpaksa tetap bertahan di gir 2 karena shifter ga mau berpindah ke gir 3.
Spoiler for sambil nyetel gir, foto dulu yuk sama si macan:
Sampai sana ternyata om Made sudah datang, dan om Rizal sudah siap meluncur. Saya meminta waktu untuk berhenti sejenak. Jam 6 lebih, matahari mulai kelihatan berkas sinarnya, kami mulai mengayuh pedal ke arah Kanoman. Bagi saya dan om Made ini adalah ride ke 2 ke Spot Riyadi sedangkan untuk om Rizal ini pertama kalinya. Destinasi ini adalah rute menanjak pertama saya dan om Made setahun silam, juga dengan om Said yang sebenarnya berencana untuk ikut hari itu tetapi dikalahkan oleh kondisi badannya. Tepatnya Maret tahun 2016, saya dan dua orang yang sudah pengen banget gowes berangkat ke Spot Riyadi karena sebelum-sebelumnya tidak pernah merasakan jalan menanjak. Pada saat itu kami takluk pada jalan, terengah-engah, terduduk di tepi jalan. Paling parah menuntun.
Di penghujung Kanoman, kami berbelok ke arah timur untuk menuju perempatan Blok O. Dari situ kami melaju membelah jalanan Berbah dengan santai karen gir sepeda dari om Rizal tidak bisa berpindah. Kami berhenti sesaat untuk sedikit mengubah setelan kekencangan shiter sepeda om Rizal. Perjalan kami lanjutkan kembali sambil menyenandungkan single yang sedang hits, yaitu ETA TERANGKANLAH oleh Anonim.
Terus melaju hingga kami melewati jalan Piyungan. Tinggal sekitar 7 Km lagi menuju destinasi. Jalanan mulai terasa sedikit naik. Akhirnya jalanan benar-benar naik setelah kami melintasi simpangan menuju Candi Ratu Boko. Saya teringat tahun lalu saya om Made dan om Said bergelimpangan di tepi jalan karena tak kuasa mengayuh lagi di jalur tanjakan. Beberapa meter kami mendaki, ternyata di tepi jalan ada Specialized sakit. Kami memutuskan untuk berhenti sejenak. Mereka yang sedang merawat si sakit menanyakan kepada om Made apakah membawa kunci. Beruntung om ini membawanya.
Spoiler for ada yang lepas nih rantainya:
Ternyata kasus yang mereka alami adalah rantai yang lepas nyangkut di as roda. Perlu perjuangan bagi om-om stranger untuk melepaskan rantai, sampai-sampai roda dilepas dan begitu juga derraileur-nya. Perkaranya si penunggang Specialized ini mencoba menggunakan gir terendah, eh ternyata si rantai lepas karena setelan derraileur yang terlalu kencang. Kejadian ini membuat kami bersosialisasi dengan om-om stranger tersebut yang ternyata yang memperbaiki adalah orang yang tinggal di dekat Ambarrukmo. Setelah beberapa menit, si Specialized sembuh, kami mencoba melanjutkan perjalanan menaklukan jalanan aspal yang mendaki.
Selang beberapa meter kami menjumpai teman-teman dari si sakit. Om Rizal menyerah pada jalanan, sementara om Made sudah melaju di depan. Saya harus dancing untuk tetap dapat melaju, dan sekarang mulai terasa kaki ini berteriak. Oh belum, sampai bertemu dengan jalan semen.
Di jalan semen ini dulu saya, om Made dan om Said berulang-ulang berhenti. Mengumpat kenapa jalan mendaki ini tak ada habisnya. Namun beda kali ini malah om Made tak henti-hentinya mengayuh. Hanya sekali saat saya dan om Rizal berhenti karena om Rizal mulai menemui batasnya. Setelah berhenti sejenak, om Made bangkit dan menghilang. Iya menghilang, om itu melaju seperti tanpa beban, atau mungkin memendam rasa amarah yang kemudian disalurkan sebagai tenaga untuk mendaki. Saya hanya bisa melaju pelan, dengan sedikit dancing tentunya.
Mendekati finish, jalanan mulai landai dan mendatar sehingga kayuhan bisa sedikit santai. Akhirnya sampailah saya dan om Rizal, bersamaan dengan om-om stranger yang salah satunya membawa si Specialized yang baru saja sembuh. Om Made sudah duduk santai di salah satu kursi pengunjung, boleh lah dijuluki King of Climber hari itu. Hari itu Spot Riyadi ramai oleh pesepada. Mantap!
~*~
Di area Spot Riyadi kami menggunakan waktu untuk beristirahat, menikmati gedhang goreng dan menunggu tempe goreng, sekaligus minum ponari sweat yang kami bawa sebagai pengganti energi. Selain itu kami juga sempat memotret diri dengan sepeda masing-masing. Background dari area ini sebenernya keren kalo masih pagi, bisa keliatan ada Prambanan dari jauh. Kalo siang udah agak ga jelas, Cuma kelihatan rumah-rumah aja.
Spoiler for foto bertiga:
Spoiler for foto bertiga lagi:
Spoiler for view sekitar area:
Ada wahana baru sih namanya Jembatan Cinta. Boleh lah nanti bawa pasangan buat swafoto di sana. Selain jembatan cinta, pinggiran bukit kini sudah lebih aman dengan adanya pagar, karena tahun lalu saat saya ke sini belum dipagari.
~*~
Quote:
0
1.3K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan