- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Andriy Shevchenko: Ketika Cinta Harus Memilih


TS
ucln
Andriy Shevchenko: Ketika Cinta Harus Memilih

>> Fenomena Nijikon, Lebih Memilih Pasangan 2D Ketimbang yang Nyata<<
>> 5 Hal ini Jadi Bukti Jika Korea Utara Sangat Dihormati Oleh Indonesia <<
>> 5 Hal ini Jadi Bukti Jika Korea Utara Sangat Dihormati Oleh Indonesia <<
Quote:
Ketika seorang istri ataupun pacar menginginkan sesuatu, seorang pria tidak akan mampu menolaknya dan akan melakukan segala hal untuk memenuhi keinginan istri atau pacarnya tersebut.
Bahkan rela melakukan sesuatu hal yang sebelumnya mungkin tak terpikirkan olehnya. Tak peduli dia senang atau tidak, yang ada di benak sang pria tersebut hanyalah keinginan sang istri atau pacarnya terpenuhi.Hal ini adalah sebagai bukti bahwa seorang pria sangat mencintai istri atau pacarnya tersebut.
Begitu kuatnya pengaruh seorang wanita terhadap pria dan begitu kuatnya pula kekuatan cinta yang bisa membutakan siapa saja. Persis seperti kata Agnes Mo dalam lagunya “cinta ini kadang-kadang tak ada logika”.
Hal ini tentu juga berlaku untuk pemain sepakbola, coba tanyakan saja kepada para Milanisti bagaimana kecewanya mereka ketika salah satu pemain kesayangan mereka Andriy Shevchenko meninggalkan Milan untuk pindah ke Chelsea pada tahun 2006. Di mana salah satu alasan Sheva, panggilan akrab Shevchenko pindah adalah karena istrinya yang ingin tinggal di London agar anak-anaknya dibesarkan di lingkungan berbahasa Inggris. Hal ini jelas membuat milanisti semakin kecewa. Tetapi jika kita memandang dari kedua sisi baik Sheva maupun milanisti sebenarnya tidak ada yang salah.
Jika kita memandang dari sisi Sheva, dia pindah ke Chelsea karena dia ingin istrinya bahagia dengan memenuhi segala keinginan istrinya. Dia tidak peduli jika harus menerima hinaan ataupun makian dari setiap Milanisti yang kecewa dengan kepindahannya.
Ya memang begitulah seorang pria siap mengorbankan apapun demi wanitanya. Jika kita para pria berada pada posisi Sheva, kita mungkin saja akan melakukan hal yang sama. Dengan begini apakah Sheva masih pantas untuk disalahkan karena kepindahannya ke Chelsea?
Dan Jika kita memandang dari sisi Milanisti pun mereka tidak bisa disalahkan atas kekecewaan mereka terhadap Sheva. Kenapa? Karena pada saat itu Sheva merupakan salah satu pemain yang paling dicintai oleh Milanisti terutama oleh Milanisti yang mulai menonton sepakbola pada medio akhir 90an dan mulai menyukai Milan karena adanya Sheva.
Milanisti tentu saja tidak mau berpisah dengan orang yang sangat mereka cintai. Seperti seseorang yang tidak ingin berpisah dengan kekasihnya, pada waktu itu Milanisti sampai membuat petisi yang ditanda tangani sekitar 10.000 orang hanya untuk meminta Sheva tetap bertahan di Milan. Jadi, wajar saja Milanisti kecewa dengan kepindahan Sheva.
Kekecewaan Milanisti cukup tergambarkan oleh komentar Silvio Berlusconi waktu itu, “seorang Milanista dan pria sejati tidak akan bersikap seperti Sheva. Di rumah, saya adalah kepala keluarga yang mengambil keputusan dan memutuskan segala sesuatunya.”
Pada akhirnya karir Sheva di Chelsea tidak semulus di Milan, hanya mampu tampil sebanyak 47 pertandingan dan mencetak 9 gol di liga. Dia lebih sering bergelut dengan cedera yang dideritanya.
Dia menjadi salah satu pembelian flop Chelsea setelah mengalami masa jaya bersama Milan. Ekspektasi fans yang begitu tinggi terhadapnya juga ikut berpengaruh kepada penampilannya.
Bahkan rela melakukan sesuatu hal yang sebelumnya mungkin tak terpikirkan olehnya. Tak peduli dia senang atau tidak, yang ada di benak sang pria tersebut hanyalah keinginan sang istri atau pacarnya terpenuhi.Hal ini adalah sebagai bukti bahwa seorang pria sangat mencintai istri atau pacarnya tersebut.
Begitu kuatnya pengaruh seorang wanita terhadap pria dan begitu kuatnya pula kekuatan cinta yang bisa membutakan siapa saja. Persis seperti kata Agnes Mo dalam lagunya “cinta ini kadang-kadang tak ada logika”.
Hal ini tentu juga berlaku untuk pemain sepakbola, coba tanyakan saja kepada para Milanisti bagaimana kecewanya mereka ketika salah satu pemain kesayangan mereka Andriy Shevchenko meninggalkan Milan untuk pindah ke Chelsea pada tahun 2006. Di mana salah satu alasan Sheva, panggilan akrab Shevchenko pindah adalah karena istrinya yang ingin tinggal di London agar anak-anaknya dibesarkan di lingkungan berbahasa Inggris. Hal ini jelas membuat milanisti semakin kecewa. Tetapi jika kita memandang dari kedua sisi baik Sheva maupun milanisti sebenarnya tidak ada yang salah.
Jika kita memandang dari sisi Sheva, dia pindah ke Chelsea karena dia ingin istrinya bahagia dengan memenuhi segala keinginan istrinya. Dia tidak peduli jika harus menerima hinaan ataupun makian dari setiap Milanisti yang kecewa dengan kepindahannya.
Ya memang begitulah seorang pria siap mengorbankan apapun demi wanitanya. Jika kita para pria berada pada posisi Sheva, kita mungkin saja akan melakukan hal yang sama. Dengan begini apakah Sheva masih pantas untuk disalahkan karena kepindahannya ke Chelsea?
Dan Jika kita memandang dari sisi Milanisti pun mereka tidak bisa disalahkan atas kekecewaan mereka terhadap Sheva. Kenapa? Karena pada saat itu Sheva merupakan salah satu pemain yang paling dicintai oleh Milanisti terutama oleh Milanisti yang mulai menonton sepakbola pada medio akhir 90an dan mulai menyukai Milan karena adanya Sheva.
Milanisti tentu saja tidak mau berpisah dengan orang yang sangat mereka cintai. Seperti seseorang yang tidak ingin berpisah dengan kekasihnya, pada waktu itu Milanisti sampai membuat petisi yang ditanda tangani sekitar 10.000 orang hanya untuk meminta Sheva tetap bertahan di Milan. Jadi, wajar saja Milanisti kecewa dengan kepindahan Sheva.
Kekecewaan Milanisti cukup tergambarkan oleh komentar Silvio Berlusconi waktu itu, “seorang Milanista dan pria sejati tidak akan bersikap seperti Sheva. Di rumah, saya adalah kepala keluarga yang mengambil keputusan dan memutuskan segala sesuatunya.”
Pada akhirnya karir Sheva di Chelsea tidak semulus di Milan, hanya mampu tampil sebanyak 47 pertandingan dan mencetak 9 gol di liga. Dia lebih sering bergelut dengan cedera yang dideritanya.
Dia menjadi salah satu pembelian flop Chelsea setelah mengalami masa jaya bersama Milan. Ekspektasi fans yang begitu tinggi terhadapnya juga ikut berpengaruh kepada penampilannya.

Quote:
“Saya meninggalkan Milan ketika saya berumur hampir 30 tahun, dan saya telah memenangkan semuanya. Ketika saya tiba di Chelsea, semua orang mengharapkan saya untuk mengulangi penampilan yang sama. Tapi itu tidak mungkin. Saya menderita banyak cedera dan banyak hal lainnya.” Begitulah Sheva melukiskan karirnya di Chelsea.
Sempat mencoba kembali untuk merajut cinta lagi dengan Milan dan Milanisti pada musim 2008/2009 dengan status pinjaman dari Chelsea. Dia mencoba kembali membangkitkan romansa di Milan, berharap kembali ke performa terbaiknya. Sayangnya dia gagal, dan harus kembali ke Chelsea pada akhir musim.
Walaupun Chelsea menunjuk Carlo Ancelotti sebagai pelatih pada musim 2009/2010, tetap saja Sheva tida mendapatkan tempat di skuad Chelsea. Akhirnya dirinya memutuskan untuk kembali ke klub pertamanya Dynamo Kiev di sisa karinya. Dan memutuskan pensiun sebagai pesepakbola pada tahun 2012.
Pada akhirnya kisah Sheva dengan Milan ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa Sheva tetaplah seorang legenda Milan. Mencetak 127 gol dari 226 pertandingan di liga menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak kedua sepanjang masa Milan di bawah Gunnar Nordahl adalah bukti bahwa dia pantas menyandang status sebagai legenda Milan.
Inilah yang namanya cinta, Shevchenko bersama istrinya dan Milan atau Milanisti telah mempraktekkannya dengan sempurna. Suka tidak suka kita harus menerimanya. Cinta selalu berhubungan erat antara pria dan wanita, selalu dipenuhi dengan pengorbanan dan kekecewaaan dan selalu diakhiri dengan sebuah penerimaan bahwa terkadang cinta tak harus memiliki.
Sempat mencoba kembali untuk merajut cinta lagi dengan Milan dan Milanisti pada musim 2008/2009 dengan status pinjaman dari Chelsea. Dia mencoba kembali membangkitkan romansa di Milan, berharap kembali ke performa terbaiknya. Sayangnya dia gagal, dan harus kembali ke Chelsea pada akhir musim.
Walaupun Chelsea menunjuk Carlo Ancelotti sebagai pelatih pada musim 2009/2010, tetap saja Sheva tida mendapatkan tempat di skuad Chelsea. Akhirnya dirinya memutuskan untuk kembali ke klub pertamanya Dynamo Kiev di sisa karinya. Dan memutuskan pensiun sebagai pesepakbola pada tahun 2012.
Pada akhirnya kisah Sheva dengan Milan ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa Sheva tetaplah seorang legenda Milan. Mencetak 127 gol dari 226 pertandingan di liga menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak kedua sepanjang masa Milan di bawah Gunnar Nordahl adalah bukti bahwa dia pantas menyandang status sebagai legenda Milan.
Inilah yang namanya cinta, Shevchenko bersama istrinya dan Milan atau Milanisti telah mempraktekkannya dengan sempurna. Suka tidak suka kita harus menerimanya. Cinta selalu berhubungan erat antara pria dan wanita, selalu dipenuhi dengan pengorbanan dan kekecewaaan dan selalu diakhiri dengan sebuah penerimaan bahwa terkadang cinta tak harus memiliki.
Quote:
Kalau berkenan boleh dong dikasih Rate 5 & lemparan BATAnya
Quote:
Patut Untuk Dibaca
Pengen Romantis, Lamar Kekasih di Air Terjun, Sial Cincinnya Jatuh dan Nggak Ketemu 
4 Perempuan Cantik Ini Ternyata Anak dari Pelawak Kenamaan Indonesia 
Mengintip Deretan Mobil Dinas Sport Kepolisian Indonesia 
7 Benda yang Akan Mengingatkanmu Dengan Cinta Monyet & Sekolahan 
5 Tipe Cewek Yang Bikin Kamu Jatuh Miskin Jika Menikahinya 










Diubah oleh ucln 08-08-2017 01:36
0
32.1K
Kutip
161
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan