Kaskus

Hobby

babygani86Avatar border
TS
babygani86
Tempe. Sehat. Bergizi
Tempe. Sehat. Bergizi

Sejumlah praktisi dan akademisi berusaha membuat tempe naik kelas di negeri sendiri, mulai dari peningkatan mutu hingga mencari pengakuan dunia lewat UNESCO. Berhasilkah? Tempe sudah populer hingga ke mancanegara, tapi masih masih dianggap makanan murahan di negeri sendiri. Di sudut Pasar Leather Lane di London, Inggris, sebuah kios milik William Mitchel tampak ramai dipenuhi pengunjung. Jam makan siang waktu itu, dan mereka mengantre demi nasi tempe yang hanya dijual setiap Rabu, Kamis, dan Jumat. William Mitchel adalah warga Inggris yang belajar membuat tempe di Jawa. Dia memproduksi tempe sendiri di rumahnya di pinggir kota London, dimasak, lalu dijajakan di pasar.

Warga Indonesia yang tinggal di Jepang, Rustono, malah dijuluki sebagai raja tempe. Dia membangun usahanya sejak tahun 1997 dan kini telah mengolah satu ton kedelai per hari. Tak cuma di Jepang, produksi tempenya sudah merambah ke Meksiko dan Korea. Di dunia internasional tempe sudah dikenal dari Indonesia. Ada orang Indonesia bilang tempe dipatenkan di Jepang, itu tidak benar, Itu bohong besar. Di luar negeri tempe itu ‘magic food’, kalau di Meksiko dibilangnya 'heaven food’. Mungkin berlebihan tapi mereka bilangnya begitu, apalagi di Jepang. Jadi masyarakat dunia menganggap tempe itu luar biasa sekali, tidak bisa dibandingkan dengan makanan yang lain. Dengan junk food misalnya, jauh.

Tempe memang dikenal sebagai makanan sehat yang punya protein tinggi dan daya cerna yang bagus. Banyak ahli gizi mengatakan bahwa kandungan protein tempe hampir menyamai daging, susu, atau telur. Satu keistimewaan lain adalah kandungan vitamin B12 yang umumnya hanya ditemui pada produk hewani. Dalam proses fermentasi, vitamin ini terbentuk dalam tempe sehingga bagus untuk kaum vegetarian. Tapi penghargaan yang tinggi di luar negeri ini tampak tak sebanding dengan persepsi masyarakat tentang tempe di negara sendiri.
Rustono, yang belajar membuat tempe di Jawa, mencontohkan frasa 'mental tempe’ yang biasa diartikan lemah atau orang yang merasa terjajah. Sebagai pengusaha, dia juga kerap dianggap remeh. “Ada waktu itu teman saya bilang, 'jauh-jauh ke Jepang kok buat tempe.’ Intonasinya kelihatan sekali mengesankan tempe sebagai sesuatu yang murahan, enggak mutu. Masih kita rasakan. Paradigma itu masih kuat. Inilah satu paradigma yang perlu diubah. Dan Rustono tidak sendirian.

Amadeus Driando Ahnan-Winarno, 24, bersama ibu dan kakeknya mendirikan Indonesian Tempe Movement, sebuah gerakan yang ingin mempromosikan tempe sebagai pangan sehat yang juga gaul dan keren. Dia membagi cerita tentang manfaat tempe yang bagus untuk bodybuilding di forum anak muda, mereka tampak tidak percaya karena tempe itu kesannya ndeso, tidak keren. Padahal, tempe adalah makanan tinggi protein yang cocok dikonsumsi anak muda yang sedang rajin olah raga untuk membentuk tubuh mereka, kata mahasiswa S3 jurusan Food Science di Amerika Serikat itu. Respons itu malah membuat Amadeus dan komunitasnya semakin semangat mengadakan Tempe Workshop di berbagai kota dan kampanye di media sosial.

Forum Tempe Indonesia sudah mulai mengusulkan untuk menjadikan tempe sebagai warisan budaya tak benda di UNESCO. Berbeda dengan Jepang, Korea, dan Meksiko misalnya, Indonesia belum ada budaya pangan yang telah diakui dari organisasi dunia itu. Tapi, satu pemikiran lalu muncul: sesusah itukah mengubah pandangan orang Indonesia terhadap budayanya? Sampai harus menempuh jalan panjang ke UNESCO? Yang jelas, pengajuan tempe sebagai warisan budaya Indonesia masih cukup panjang karena hingga kini masih dalam tahap penyusunan kelengkapan dokumen.

source https://babybuletgani.tumblr.com/pos...rusaha-membuat

Tempe. Sehat. Bergizi
Diubah oleh babygani86 23-08-2017 07:46
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
2.1K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan