- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Mengerikan Sekaligus Menjijikkan, Inilah 6 Tradisi Seks Paling Ekstrim di Dunia


TS
bpln.boss
Mengerikan Sekaligus Menjijikkan, Inilah 6 Tradisi Seks Paling Ekstrim di Dunia
Tahukah Anda bahwa di berbagai daerah di dunia ini, masih ada beberapa tradisi mengenai seks yang aneh dan unik, bahkan mungkin agak menjijikkan dan di luar akal sehat Anda?
Meskipun banyak dari berbagai tradisi tersebut yang tidak lagi dilakukan, akan tetapi masih ada beberapa tradisi yang tetap dilakukan untuk menjaga warisan dan kebudayaan leluhurnya.
Tradisi sendiri adalah aktivitas sosial yang tak akan pernah bisa lepas dari kehidupan masyarakat.
Bentuknya pun bermacam-macam, mulai dari cara berbahasa, berpakaian, makan, pernikahan bahkan tradisi seksual dan lain sebagainyaa.
Masing-masing tradisi pun biasanya lahir buah dari peristiwa-peristiwa unik atau kepercayaan leluhur terhadap sesuatu hal yang kemudian diwariskan dan dilestarikan kepada generasi penerusnya secara turun temurun.
Dihimpun dari berbagai sumber, inilah daftar tradisi seksual paling ekstrim di dunia.a.
Mesir Kuno, Masturbasi di Tempat Umum
Masturbasi di depan publik saat Festival Dewa Min merupakan simbol kemampuan seorang Firaun saat bercinta.
Pada zaman dahulu, ia memperkenalkan tradisi masturbasi di hadapan orang banyak dengan memuaskan dirinya sendiri hingga orgasme di Sungai Nil agar selalu berkah dan tidak pernah kering.
Tradisi Mardudjara – Suku Aborigin (Australia)
Suku Aborigin adalah suku penduduk asli yang berasal dan hanya hidup di Australia. Meskipun populasi mereka saat ini sudah sangat kecil, namun ternyata tidak ada yang lupa dengan tradisi unik nan ekstrim yang dimiliki oleh suku berkulit hitam ini.
Tradisi tersebut tak lain adalah tradisi seksual yang diterapkan oleh Suku Aborigin dan diberi nama Mardudjarna. Tradisi Mardudjarna adalah tradisi dimana para pria Suku Aborigin akan dipotong kemaluannya.g.
Tradisi ini sangat jauh berbeda dengan tradisi khitan, karena Mardudjarna bisa dibilang jauh lebih ekstrim. Alat vital tiap pria Suku Aborigin akan disunat memanjang hingga sampai pada bagian scrotum (kulit bagian bawah Mr.P yang berfungsi sebagai pembungkus testis).
Membayangkannya saja sudah bisa membuat bulu kuduk merinding. Kemudian dalam prosesi Mardudjara tersebut, darah-darah yang keluar akibat sunat ekstrim tersebut sengaja diteteskan diatas api.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, menurut mereka darah-darah yang menetes diatas api tersebut sama halnya dengan pemurnian.
Tradisi ekstrim ini dilakukan sebagai simbolisasi laki-laki Suku Aborigin menuju kedewasaan yang sesungguhnya dalam hal seksual.
Namun sepertinya tujuan tersebut sedikit bertentangan jika menyadari bahwa tradisi yang berkaitan justru seolah merusak “aset” milik mereka.
Pasalnya untuk buang air kencing saja, para laki-laki Suku Aborigin yang telah melakukan tradisi Mardudjara ini terpaksa harus melalui bawah Mr.P bukan bagian uretra seperti pria normal pada umumnya.
Setiap orang baik perempuan maupun laki-laki (meskipun notabene lebih banyak perempuan) akan melakukan praktek Voodoo dengan bergumul di sekitar air terjun tersebut sebagai bukti persembahan juga kepada dewi cinta.
Namun yang aneh bukanlah “hanya” karena mereka berVoodoo bersama di air terjun, melainkan mereka melakukan itu semua dengan telanjang! Dalam keadaan telanjang mereka akan tampak menggeliat-geliat, memutar-mutar, berguling-guling di air terjun bercampur dengan darah kambing atau sapi.
Darah kedua hewan tersebut merupakan hewan kurban yang dijadikan persembahan untuk dewi mereka! Uniknya, ritual yang berhubungan dengan seksual ini bisa disaksikan langsung atau bahkan juga bisa diikuti langsung oleh para turis yang sedang menikmati liburan di negara Haiti tersebut.
Tradisi Homoseksual – Yunani
LGBT atau lesbian, gay, biseksual dan transgender saat ini tengah menjadi isu paling kontroversial di dunia. Begitu kontroversinya hingga menimbulkan banyak sekali pro dan kontra di lingkungan masyarakat.
Meski baru-baru ini lebih sering dibahas dan diperdebatkan, namun ternyata hal tersebut telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Yunani Kuno.
Zaman dulu masyarakat Yunani Kuno khususnya laki-laki banyak yang melakukan praktik paiderastia. Praktik tradisi ini tak lain adalah hubungan seksual antara pria dewasa dengan anak laki-laki yang lebih muda alias remaja.
Hubungan yang dijalin tak semata antara pria dewasa dengan remaja pria bak ayah dengan anak namun hubungan yang mengarah kepada hal seksual.
Pria dewasa yang menjalani hubungan “terlarang” ini biasa disebut dengan erastes sedangkan remaja laki-laki disebut dengan eromenos.
Hubungan kedua orang ini dianggap sebagai “latihan” awal bagi eromenos sebelum beranjak menjadi pria yang sesungguhnya. Dan hubungan erotis ini dapat diakhiri ketika sang anak laki-laki atau eromenos mulai tumbuh bulu-bulu jenggotnya.
Tidak ada penjelasan mulai usia berapakah eromenos dapat “dimiliki” oleh erastes, hanya saja meskipun secara umum melihat seorang pria menyukai bocah laki-laki berusia dibawah 12 tahun kurang pantas namun tidak ada undang-undang yang legal untuk mengatur larangan tersebut.
Tradisi Seksual Di Usia Dini – Suku Trobriander (Papua Nugini)
Jika Suku Sambia di Papua Nugini melakukan ritual meminum air mani tetua adat pria bagi anak laki-laki mereka selama 10 tahun sebagai bentuk latihan untuk kematangan seksualitas.
Lain halnya dengan yang dilakukan oleh Suku Trobiander yang juga mendiami salah satu wilayah di negara Papua Nugini.
Suku ini memiliki ritual tradisi seksual lain yang mengizinkan bahkan mengharuskan anak-anaknya melakukan hubungan seks sejak usianya masih sangat muda bahkan terhitung terlalu dini.
Ritual seks tersebut bukanlah isapan jempol semata, karena sudah banyak studi kasus yang meneliti dan menemukan praktik ini masih berjalan hingga saat ini.
Mungkin kita akan dibuat heran jika mengetahui berapa rata-rata usia anak Suku Trobiander yang melakukan hubungan seksual di usia dini.
Rata-rata usia mereka adalah 10 hingga 12 tahun untuk anak laki-laki dan 6 sampai 8 tahun untuk anak perempuan!
Sungguh berbalik dengan anak-anak seusia tersebut yang hidup di lingkungan lebih modern yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain atau bahkan bersekolah.
Walaupun ritual tradisi ini wajib diikuti bagi seluruh masyarakat Suku Trobiander, bukan berarti hal ini tidak memancing kontroversi.
Ritual wajib atas nama tradisi ini ternyata menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat Papua Nugini lain yang menganggap prosesi tersebut sangatlah sayang jika dilakukan.
Apalagi ditambah dengan banyaknya penyakit seksual hingga AIDS yang bermunculan semakin membuat banyak orang merasa ritual seksual pada Suku Trobiander ini sangat ekstrim!
Meskipun ekstrim, menjijikkan dan bahkan terkesan sangat aneh namun para masyarakat suku tersebut akan dengan senang hati melakukan karena dipercaya sebagai sarana mewarisi tradisi-tradisi leluhur mereka.
Biasanya mereka pun juga beranggapan jika ritual seks ekstrim tersebut dilanggar atau tidak dilakukan, mereka bisa mendapatkan musibah atau petaka sebagai hukuman dari dewa bagi mereka.(m!
http://palembang.tribunnews.com/2017...i-dunia?page=4
Meskipun banyak dari berbagai tradisi tersebut yang tidak lagi dilakukan, akan tetapi masih ada beberapa tradisi yang tetap dilakukan untuk menjaga warisan dan kebudayaan leluhurnya.
Tradisi sendiri adalah aktivitas sosial yang tak akan pernah bisa lepas dari kehidupan masyarakat.
Bentuknya pun bermacam-macam, mulai dari cara berbahasa, berpakaian, makan, pernikahan bahkan tradisi seksual dan lain sebagainyaa.
Masing-masing tradisi pun biasanya lahir buah dari peristiwa-peristiwa unik atau kepercayaan leluhur terhadap sesuatu hal yang kemudian diwariskan dan dilestarikan kepada generasi penerusnya secara turun temurun.
Dihimpun dari berbagai sumber, inilah daftar tradisi seksual paling ekstrim di dunia.a.
Mesir Kuno, Masturbasi di Tempat Umum
Masturbasi di depan publik saat Festival Dewa Min merupakan simbol kemampuan seorang Firaun saat bercinta.
Pada zaman dahulu, ia memperkenalkan tradisi masturbasi di hadapan orang banyak dengan memuaskan dirinya sendiri hingga orgasme di Sungai Nil agar selalu berkah dan tidak pernah kering.
Tradisi Mardudjara – Suku Aborigin (Australia)
Suku Aborigin adalah suku penduduk asli yang berasal dan hanya hidup di Australia. Meskipun populasi mereka saat ini sudah sangat kecil, namun ternyata tidak ada yang lupa dengan tradisi unik nan ekstrim yang dimiliki oleh suku berkulit hitam ini.
Tradisi tersebut tak lain adalah tradisi seksual yang diterapkan oleh Suku Aborigin dan diberi nama Mardudjarna. Tradisi Mardudjarna adalah tradisi dimana para pria Suku Aborigin akan dipotong kemaluannya.g.
Tradisi ini sangat jauh berbeda dengan tradisi khitan, karena Mardudjarna bisa dibilang jauh lebih ekstrim. Alat vital tiap pria Suku Aborigin akan disunat memanjang hingga sampai pada bagian scrotum (kulit bagian bawah Mr.P yang berfungsi sebagai pembungkus testis).
Membayangkannya saja sudah bisa membuat bulu kuduk merinding. Kemudian dalam prosesi Mardudjara tersebut, darah-darah yang keluar akibat sunat ekstrim tersebut sengaja diteteskan diatas api.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, menurut mereka darah-darah yang menetes diatas api tersebut sama halnya dengan pemurnian.
Tradisi ekstrim ini dilakukan sebagai simbolisasi laki-laki Suku Aborigin menuju kedewasaan yang sesungguhnya dalam hal seksual.
Namun sepertinya tujuan tersebut sedikit bertentangan jika menyadari bahwa tradisi yang berkaitan justru seolah merusak “aset” milik mereka.
Pasalnya untuk buang air kencing saja, para laki-laki Suku Aborigin yang telah melakukan tradisi Mardudjara ini terpaksa harus melalui bawah Mr.P bukan bagian uretra seperti pria normal pada umumnya.
Setiap orang baik perempuan maupun laki-laki (meskipun notabene lebih banyak perempuan) akan melakukan praktek Voodoo dengan bergumul di sekitar air terjun tersebut sebagai bukti persembahan juga kepada dewi cinta.
Namun yang aneh bukanlah “hanya” karena mereka berVoodoo bersama di air terjun, melainkan mereka melakukan itu semua dengan telanjang! Dalam keadaan telanjang mereka akan tampak menggeliat-geliat, memutar-mutar, berguling-guling di air terjun bercampur dengan darah kambing atau sapi.
Darah kedua hewan tersebut merupakan hewan kurban yang dijadikan persembahan untuk dewi mereka! Uniknya, ritual yang berhubungan dengan seksual ini bisa disaksikan langsung atau bahkan juga bisa diikuti langsung oleh para turis yang sedang menikmati liburan di negara Haiti tersebut.
Tradisi Homoseksual – Yunani
LGBT atau lesbian, gay, biseksual dan transgender saat ini tengah menjadi isu paling kontroversial di dunia. Begitu kontroversinya hingga menimbulkan banyak sekali pro dan kontra di lingkungan masyarakat.
Meski baru-baru ini lebih sering dibahas dan diperdebatkan, namun ternyata hal tersebut telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Yunani Kuno.
Zaman dulu masyarakat Yunani Kuno khususnya laki-laki banyak yang melakukan praktik paiderastia. Praktik tradisi ini tak lain adalah hubungan seksual antara pria dewasa dengan anak laki-laki yang lebih muda alias remaja.
Hubungan yang dijalin tak semata antara pria dewasa dengan remaja pria bak ayah dengan anak namun hubungan yang mengarah kepada hal seksual.
Pria dewasa yang menjalani hubungan “terlarang” ini biasa disebut dengan erastes sedangkan remaja laki-laki disebut dengan eromenos.
Hubungan kedua orang ini dianggap sebagai “latihan” awal bagi eromenos sebelum beranjak menjadi pria yang sesungguhnya. Dan hubungan erotis ini dapat diakhiri ketika sang anak laki-laki atau eromenos mulai tumbuh bulu-bulu jenggotnya.
Tidak ada penjelasan mulai usia berapakah eromenos dapat “dimiliki” oleh erastes, hanya saja meskipun secara umum melihat seorang pria menyukai bocah laki-laki berusia dibawah 12 tahun kurang pantas namun tidak ada undang-undang yang legal untuk mengatur larangan tersebut.
Tradisi Seksual Di Usia Dini – Suku Trobriander (Papua Nugini)
Jika Suku Sambia di Papua Nugini melakukan ritual meminum air mani tetua adat pria bagi anak laki-laki mereka selama 10 tahun sebagai bentuk latihan untuk kematangan seksualitas.
Lain halnya dengan yang dilakukan oleh Suku Trobiander yang juga mendiami salah satu wilayah di negara Papua Nugini.
Suku ini memiliki ritual tradisi seksual lain yang mengizinkan bahkan mengharuskan anak-anaknya melakukan hubungan seks sejak usianya masih sangat muda bahkan terhitung terlalu dini.
Ritual seks tersebut bukanlah isapan jempol semata, karena sudah banyak studi kasus yang meneliti dan menemukan praktik ini masih berjalan hingga saat ini.
Mungkin kita akan dibuat heran jika mengetahui berapa rata-rata usia anak Suku Trobiander yang melakukan hubungan seksual di usia dini.
Rata-rata usia mereka adalah 10 hingga 12 tahun untuk anak laki-laki dan 6 sampai 8 tahun untuk anak perempuan!
Sungguh berbalik dengan anak-anak seusia tersebut yang hidup di lingkungan lebih modern yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain atau bahkan bersekolah.
Walaupun ritual tradisi ini wajib diikuti bagi seluruh masyarakat Suku Trobiander, bukan berarti hal ini tidak memancing kontroversi.
Ritual wajib atas nama tradisi ini ternyata menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat Papua Nugini lain yang menganggap prosesi tersebut sangatlah sayang jika dilakukan.
Apalagi ditambah dengan banyaknya penyakit seksual hingga AIDS yang bermunculan semakin membuat banyak orang merasa ritual seksual pada Suku Trobiander ini sangat ekstrim!
Meskipun ekstrim, menjijikkan dan bahkan terkesan sangat aneh namun para masyarakat suku tersebut akan dengan senang hati melakukan karena dipercaya sebagai sarana mewarisi tradisi-tradisi leluhur mereka.
Biasanya mereka pun juga beranggapan jika ritual seks ekstrim tersebut dilanggar atau tidak dilakukan, mereka bisa mendapatkan musibah atau petaka sebagai hukuman dari dewa bagi mereka.(m!
http://palembang.tribunnews.com/2017...i-dunia?page=4




anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
6.6K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan