Semua yang hendak mendaki Gunung Semeru pasti terlebih dahulu membuat laporan di pos pendakian Ranu Pani. Danau indah ini terletak kurang lebih 50 m di samping pos pendakian. Hal yang menarik dari danau ini adalah lokasinya yang berada di atas ketinggian 2100 mdpl di mana danau ini berada di desa terakhir sebelum menuju Semeru. Di dekat danau ini terdapat bukti toleransi antarumat beragama yang hakiki. Kamu bisa lihat di seberang danau ada beberapa tempat ibadah yang berdampingan. Masjid, gereja, dan pura. Luar biasa, menjunjung tinggi pancasila sila ke-3 tanpa mengabaikan sila pertama, guys! Kadang Ranu Pani diselimuti oleh tanaman air berwarna kuning yang membuatnya tampak seperti di film Bollywood "Mohabatein". Ternyata, bunga-bunga cantik berwarna kuning itu adalah hama yang harus dibasmi! Ironis ya, cantik-cantik ternyata pengganggu!
Menyusuri jalan setapak yang ada di Ranu Pani, nggak sampai 15 menit kemudian kamu bakal menemukan surga tersembunyi lainnya. Berada di ketinggian 2100 mdpl yang sama seperti Ranu Pani, Ranu Regulo juga bisa dijadikan tempat untuk menikmati kesunyian yang dingin, sedingin hati yang dicampakkan tiba tiba tanpa tau apa sebabnya.
Masih terletak di kawasan TN BTS, Ranu Darungan berada di daerah Pronojiwo, Kab. Lumajang. Tempat ini berada di lereng Gunung Semeru yang mana tidak berada di jalur pendakian konvensional menuju semeru. Danau ini memiliki keunikan, yakni bisa mengering dan berair sesuka hatinya. Hal ini mungkin disebabkan Ranu Darungan bukanlah danau alami, melainkan danau buatan yang diciptakan pada saat masa penjajahan Belanda. Ranu Darungan berada di ketinggian 830 mdpl dengan luas area 0,25 Ha. Dikelilingi tebing dan hutan yang membuat akses menuju ke sana cukup sulit sehingga jarang dikunjungi wisatawan. Konon, Ranu ini dibuat pemerintah Belanda pada zaman dulu sebagai daerah konservasi tanaman anggrek dan tanaman obat lainnya. Bukan hanya tanaman, hingga kini pun ranu darungan juga menjadi rumah untuk satwa liar.
Ranu Kuning sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah terdengar di telinga para pendaki. Namun, pernah ada suatu kejadian ketika seorang pendaki bertemu warga setempat yang sedang mencari kayu bakar yang mana warga ini tiba-tiba aja 'nongol' tanpa terlihat di jalur pendakian sebelumnya. Rupanya ada yang mengatakan bahwa desa terakhir Gunung Semeru bukan berada di Ranu Pani, tapi di Ranu Kuning. Letaknya sendiri diperkirakan tidak jauh dari Kalimati. Dipercaya oleh masyarakat, Ranu Kuning adalah tempat bermukim suku Tengger yang sesungguhnya. Ranu ini sendiri bisa ditemukan dalam kondisi yang sangat kering karena hanya dipergunakan sebagai tandon air hujan. Karna jarang diketahui orang, kondisi dari Ranu Kuning masih benar-benar alami. Bahkan, sempat ditemukan bekas cakaran harimau yang diduga merupakan harimau Jawa yang katanya sudah punah.
Ranu Tompe biasa disebut Ranu "Lus" oleh warga setempat karena warga percaya bahwa Ranu ini adalah kerajaan roh halus. Tidak semua orang boleh memasuki kawasan ini karena selain dikenal angker, Ranu Tompe yang berada di ketinggian 1733 mdpl dengan luas 0,7 ha ini juga memiliki keanekaragaman hayati yang begitu penting. Dipercaya masih ada macan yang hidup di kawasan ini. Itulah sebabnya kawasan ini sangat tertutup untuk umum. Tidak ada yang boleh ke sana, kecuali untuk kegiatan penelitian dengan ijin khusus.
Melihat makin banyaknya kawasan alam yang rusak, sudah saatnya kita lebih peduli dan ikut menjaga kelestarian alam karena yang berhak untuk hidup bukan hanya manusia, tapi juga hewan dan tumbuhan.