Halo agan, Sebelumnya terima kasih sudah mampir di Thread ane
Kali ini ane mau kasih tau tentang bisnis per-caloan terutama calo tiket konser di Jepang
Spoiler for PERKENALAN:
Walaupun Jepang adalah Negara yang sangat taat hukum dengan tingkat kriminalitas yang rendah, namun tidak jarang kita menemukan tindak kriminal yang secara terang-terangan dilakukan oleh rakyat Jepang itu sendiri, salah satunya yaitu percaloan tiket konser gan.
Kebetulan ane fans dari salah satu boyband paling terkenal di Jepang yaitu Arashi. Arashi sangat terkenal sebagai group yang tiket konsernya paling susah didapat. Alasannya antara lain :
1. Group yang popularitasnya paling tinggi (menang banyak penghargaan prestige di Jepang)
2. Memilik jumlah fanclub terbanyak (2 Juta fans, Japan only)
3. Performance panggung yang sangat mumpuni ditambah dengan berbagai gimmick + kecanggihan teknologi terbaru
Spoiler for ARASHI:
Untuk bisa dapat tiket konser tersebut, agan/sista wajib join fanclub mereka dulu (dan bersaing dengan 2 juta fans lain gan). Mari kita hitung presentase kemungkinan agan/sista bisa dapet tiket konser mereka :
Spoiler for Presentase keberhasilan mendapatkan tiket:
1 Orang fanclub bisa daftar sampai 4 tiket
Kapasitas gedung konser Tokyo Dome 55,000 orang
55,000/(4*2,000,000) =Cuma 0,69%Gan. Gak heran banyak fans berjiwa calo yang sebenernya Cuma mau nntn sendiri trus sisa tiket yang dia dapat langsung dia jual secara online dengan harga Fantastis!
Spoiler for Perbandingan Harga Tiket Normal dan Abnormal:
Selanjutnya mari kita mengenal jenis-jenis Calo tiket konser di Jepang
Spoiler for Tipe-Tipe Calo:
1. Calo yang menjual tiket dengan harga super tidak begitu mahal ternyata zonk
Biasanya calo model begini menjual tiketnya di twitter,setelah berhasil nego harga dan transfer uang, mereka menghilang, lenyap bagai ninja. Dihubungi ga bales, ditelpon juga ga diangkat. Karena biasanya orang jepang itu pakai nama samaran/akun yang jauh dari nama dan kehidupan sehari2, jadi susah untuk melacak keberadaan si tersangka
2. Calo yang jual tiket dengan harga yang ga masuk akal (tapi tetap ada peminatnya)
Sebetulnya masih nyambung saya contoh gambar diatas gan, harga tiket yang aslinya dibawah 1 juta ada yang jual sampai 65 juta!!! Untuk yang ini TS kurang tahu keabsahan akun yang jual, tetapi temen TS pernah nemu orang yang beli dari calo seharga 10 Juta
3. Calo yang baik
Nah ini yang sering TS temuin di dunia maya, jadi yang bersangkutan sebenarnya ga ada niat jadi calo, dia memang memiliki tiket lebih dan mau menjualnya ke orang lain (karena temannya gajadi ikut,etc,etc) berhubung pangsa pasar sangat lezat, maka mereka pasti menaikkan harga tiket, namun harga yang dipatok masih dibilang terjangkau (2-3 jutaan)
4. Calo yang gagah berani
Calo ini biasanya muncul di venue konser pas hari H, mereka mempromosikan tiket dengan cara lisan tetapi gak sambil teriak (kalo ketauan polisi yang lagi keliling ntar bisa berabe). Jadi begitu keluar dari stasiun deket venue, Bapak2 ini ini kaya bisik2 “gw punya tiket lho” agak creepy sih emang, dan kita ga tau tiket ini valid apa enggak.
Emang polisi Jepang ga bertindak apa2 buat membasmi penipu seperti yang ada di poin 1?
Tentu saja para korban yang tertipu membuat laporan dan ada beberapa tersangka yang tertangkap, ini salah satunya
Spoiler for Berita Penangkapan Calo:
Japanese Woman Arrested For Selling Concert Tickets Illegally
She reportedly made more than $130,000 in profits.
Anyone who has been or want to attend a concert in Japan probably knows how hard it is to get tickets. It’s not about competing to get the best seats – it’s about getting a ticket at all.
Unlike other countries, the Japanese concert ticketing system is strict such that they only allow those with Japanese home address, mobile number or credit card to make a purchase. Never mind if you’ve got the home address and mobile number settled in some way – your foreign-issued credit card will not cut it.
This is why some people, especially foreign fans, resort to buying tickets off scalpers or illegal resellers. Some scalpels would buy tickets in bulk, especially good seats, and then resell them for a profit. Foreign fans who have little means of buying their own tickets from official sources turn to these sources in desperation.
One woman in Kagawa, Japan, has been arrested for doing just that. NHK reported that the 25-year-old woman had been buying more than 300 Arashi’s concert tickets for the past two years, only to sell them at higher prices. She allegedly made a profit of about 10 million yen ($133,000) from the resale.
Police received information about the woman from a group of women in their 20s in Sapporo, who voiced their discontent over the high resale price of Arashi’s concert tickets.
Reselling concert tickets is illegal in Japan, especially for concerts that are open to only fanclub members, such as acts under Johnny’s Entertainment, the company that Arashi is under. If found out, the ticket will be rendered invalid and the fanclub member can face being blacklisted by the agency.
Recently, a group in Japan has launched an initiative to fight against these scalpers by taking out full-page ads in the national newspapers.
Melihat bisnis percaloan yang memprihatinkan, para pebisnis serta artis pun tidak tinggal diam.
Mereka memutuskan untuk membentuk sebuah gerakan “Anti Percaloan/Resale dengan harga mahal” pada bulan Agustus 2016. Banyak artis yang mendukung langkah ini antara lain Arashi, Laruku, Mr Children, GACKT dll
Spoiler for Music industry makes united declaration against ticket scalping:
Tenbai No, a group that is against ticket resales, took out full-page ads in this morning’s Asahi and Yomiuri newspapers.
The black-and-white ads featured the words “Hantai shimasu” (“to be opposed to”) in large type and a statement that read: “We are against the high-priced reselling of tickets, which is depriving music of its future.”
Tenbai No (which translates as “Resale No”) wants to draw attention to concert ticket scalpers and Japan’s booming online resale market, which has seen instances of ticket prices being pushed up to more than 10 times their original price.
As of now, 116 Japanese acts have signed on in support of the movement, including Glay, Babymetal and Southern All-Stars. The design of the ad itself looks like it could be promoting the country’s most star-filled music festival, especially with a shot of Rising Sun Rock Festival illustrating the background.
However, it’s not just musicians that are joining the ranks; 24 festivals and four music-related associations are also on board. On the Tenbai No website, which launched at 4 a.m. on Tuesday, the president of the Federation of Music Producers Japan (FMPJ), Mitsunori Kadoike, writes: “Artists and concert staff work hard every day to present great performances to as many music fans as possible. High-priced reselling of tickets is a problem that can destroy the positive relationship that exists between artists and music fans.”
This is the first time such a large-scale concerted effort has been made regarding ticket resales. However, some big names in the music world have already implemented anti-scalping measures. Facial scanning systems were used by J-pop act Arashi earlier in the year to prevent single buyers from purchasing multiple tickets. Idol unit Momoiro Clover Z and J-rock heavyweights B’z and Mr. Children have used such technology since 2014.
Setelah adanya gerakan ini, banyak pihak yang mulai menghukum orang-orang yang masih membeli tiket resale dari calo (lagian udah tau dilarang masih nekat).
Salah satu hukumannya adalah adanya tulisan yang menandakan bahwa tiket untuk bangku ini telah dijual oleh calo secara online sehingga orang yang membeli dilarang untuk duduk.
Kasihan sih gan udah bayar mahal eh ga bisa ketemu idolanya.
Spoiler for Contoh hukuman yang diterapkan:
Quote:
TS opinion
Sebagai orang asing yang suka jejepangan ane agak sedih kalo percaloan dilarang karena itu satu2nya jalan ane bisa beli tiket konser (soalnya kalo mau join fanclub harus pakai alamat di Jepang), Seharusnya pihak penyelenggara menjatahkan tiket resmi untuk fans yang tidak tergabung dan tinggal di overseas (Laruku sudah menerapkan hal ini, semoga yang lain menyusul)
Sementara untuk orang Jepang sendiri, harusnya diterapkan sistem dimana 1 orang gak boleh nntn lebih dari 1 venue, jadi biar semua fans kebagian atleast 1 kali konser.
Jika agan /sista ada opini lain, monggo ditulis di kolom bawah ane ya