Aku pernah mendengar kata-kata bijak, yang sungguh tidak bijak. Seperti ini katanya “Tuhan mempertemukan kita dengan orang yang salah sebelum mempertemukan kita dengan orang yang tepat, ” terdengar lucu bukan? Bagaimana mungkin Tuhan salah mempertemukan orang. Sementara aku yakin, Tuhan tidak pernah salah. Tuhan selalu benar, hanya saja manusia selalu menyalahkan Tuhan. Aku lebih suka, jika mengatakan bahwa, Tuhan selalu mempertemukan kita dengan orang yang tepat. Iya, selalu orang yang tepat, agar kita terus belajar dan menjadi dewasa tentunya. Terlepas dari bagaimana seseorang yang Tuhan pertemukan itu berlaku buruk atau baik kepada kita. Kalian boleh tidak sependapat denganku. tidak apa-apa, aku tidak marah.

Kata-kata itu membawaku pada perdebatan-perdebatan panjang, dengan diriku yang lainnya. Pada akhirnya, setelah perdebatan panjang dan melelahkan dengan diriku yang lainnya tentang kalimat itu, aku sampai pada titik akhir, dimana semuanya menjadi begitu jelas dan terang. Titik itu adalah kesimpulan bahwa kau bukanlah seseorang yang salah, yang Tuhan kirimkan untukku. Kau adalah orang yang tepat, yang akhirnya membuatku mengerti, bahwa apa yang nanti ditakdirkan untukku jauh lebih baik. Ingin Sekali aku meminta maaf padamu, karena telah menganggapmu sebagai sebuah kesalahan. Aku sempat melontarkan ribuan serapah pada apa saja yang ku sebut kau. Aku sempat membencimu, dengan kebencian yang lebih pekat dari dendam iblis pada manusia. Aku sempat menyalahkanmu karena pernah hadir dalam hidupku. Sekarang setelah aku tersesat, dan menemukan kata-kata mutiara itu, aku baru mengerti bahwa selama ini aku salah. Maafkan aku yang terlalu bebal membaca pertanda.

Kau tahu? jika dunia ini adalah sebuah anime, dimana kau dan aku adalah tokoh-tokoh di dalamnya, maka sekarang kau akan bisa melihat tanda merah muda di bawah kedua mataku. Tanda yang menunjukn betapa bebalnya diriku. Sekarang aku akan berterimakasih padamu. Karenamu aku menjadi lebih dari mengerti, bahwa segala yang datang dari Tuhan adalah baik, Seperti Tuhan yang telah mempertemukanku denganmu, meski pada akhirnya harus dipisahkan. Terimakasih, telah membantuku membaca pertanda. Terimakasih.

Guntur Rendi Guntoro
18 Juli 2015