komunitasjalan2Avatar border
TS
komunitasjalan2
‘Dari Sabang Sampai Merauke, Dari Timor Sampai Ke Talaud....’ Yuk! Ke Talaud
“Dari Sabang sampai Merauke..
Dari Timor sampai Ke Talaud...
Indonesia Tanah Airku, Indomie... seleraku”
Masih nempel banget kan ya sama jingle Indomie yang melegenda satu ini? Secara gak langsung liriknya mengajak kita mengenal area terluar indonesia. Namun lirik ini sempat direvisi menjadi “Dari sabang Sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote’. Saya sendiri kurang tahu alasannya, namun kemungkinan karena bagian terselatan kepulauan Indonesia lebih tepatnya di Pulau Rote, bukan Pulau Timor. Sedangkan kata Talaud diganti Miangas karena memang pulau terujung ialah Miangas meskipun juga masuk dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud.

Terlepas dari pembahasan itu semua, kali ini yang akan kita bahas ialah Kepulauan Talaud itu sendiri. Meskipun namanya terngiang selalu dalam jingle produk kenamaan tersebut, tetapi mungkin banyak diantara kita yang tak tahu dimana itu Talaud.


Lihat Petamu, Temukan Talaud!
Talaud, merupakan kabupaten berbentuk kepulauan yang secara administratif masuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Talaud merupakan kepulauan paling utara dari wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan daerah Davao del Sur, Filipina. Jika ditanya lagi pulau terujung dari Kepulauan Talaud yang artinya benar-benar menjadi pulau/daratan paling utara Indonesia, maka Miangas-lah jawabannya sebagaimana yang telah diungkap sebelumnya.



Kepuluan yang memiliki penduduk sebanyak 91 ribu jiwa tersebut memiliki 3 pulau utama yaitu Pulau Karakelang yang juga pulau terbesar, Pulau Salebabu, dan Pulau Kabaruan. Ibukota kabupatennya sendiri berada di kota Molonguane yang terletak di sisi selatan Pulau Karakelang. Perlu diketahui juga bahwa Talaud sering disebut juga sebagai Tanah Porodisa yang berasal dari kata paradise atau surga.


Kamu Bisa Terbang Satu jam atau Berlayar Belasan Jam Menuju Talaud
Ya, untuk dapat menginjakkkan kaki di daratan Talaud terdapat dua alternatif transportasi yang bisa dipilih. Tercepat ialah dengan jalur udara. Terdapat dua maskapai yaitu wings air dan exspress air yang melayani penerbangan dari Bandara Sam Ratulangi di Kota Manado menuju ibukota kabupaten yaitu di Bandara Melonguane. Meskipun merupakan kepulauan terujung, namun kini penerbangannya tersedia setiap hari dengan waktu penerbangan sekitar 45 menit. Tarif penerbangannya sendiri yaitu sekitar Rp 600 ribu hingga 1,2 jutaan untuk sekali jalan.


Bandara Melonguane (via kompasiana.com)

Cara kedua ialah dengan jalur laut dari Pelabuhan Manado, namun kalian harus memastikan jadwal keberangkatan kapal fery-nya di pelabuhan karena mungkin kapal tidak selalu tersedia setiap hari. Jadwal berangkat kapal dari pelabuhan Manado sendiri biasanya sore hari atau malam hari. Menariknya lagi, perjalanan laut ini akan memakan waktu sekitar 14 hingga 18 jam tergantung cuaca dan penggunaan mesin kapal. Ya, begitulah kondisi sebuah kepulauan terpencil, bahkan kapalpun tidak memiliki kepastian jadwal. Untuk tarifnya sendiri ialah sekitar Rp 250 hingga Rp 500 ribu tergantung jenis kamar dalam kapal yang dipilih.


Kapal yang berlabuh di Talaud (via sepasangsepatuhidup.blogspot.co.id)

Baik menggunakan pesawat ataupun kapal, keduanya memiliki nilai plus nya masing-masing. Dari pesawat, pesona daratan dan pulau-pulau kecil nampak sangat manis terlihat dari ketinggian. Sedangkan jika naik kapal, pesona pulau-pulau yang akan dilalui sepanjang perjalanan juga tak kalah menariknya. Berjam-jam di kapal juga akan lebih mendekatkan kita kepada masyarakat lokal.


Transportasi di Kawasan Talaud

Mengetahui Talaud sebagai kepulauan terluar dan terpencil, mungkin ada bayangan akan suatu daerah yang serba kekurangan bak daerah terpencil kebanyakan. Namun itu semua tidak sepenuhnya terbukti karena di kawasan ibukota Molonguane dan sekitarnya justru sudah terbilang baik. Fasilitas dan sarana kehidupan tersedia termasuk kondisi jalanan yang baik dan ketersediaan moda transportasi umum. Kondisi kotanya sendiri memang terbilang sepi, tetapi barisan toko kecil dan rumah tetap nampak mengisi sudut kota sehingga tetap terasa hidup.


Bentor di Melonguane (via Tribun Manado /Finneke Wolajan)

Khusus moda transportasi darat sendiri yang tersedia ialah jenis bentor dan angkutan desa (mobil). Khusus Bentor banyak dijumpai di Molonguane, Beo, dan Lirung. Bahkan di Bandara dan Pelabuhanpun, Bentor sudah bisa dijumpai sehingga tak perlu kahwatir kesulitan ketika baru tiba. Sedangkan khusus angkutan desa bisa dijumpai di Lirung. Kendaraan umum ini bukan menjadi kendala lagi jika kita di pusat aktivitas seperti ketiga daerah tersebut, kecuali memang jika sudah ke kawasan lain yang terbilang terpencil, kendaraan umum ini tidak akan ditemui lagi. Warga biasanya memiliki motor pribadi untuk beraktivitas.

Tarif perjalanannya sendiri beragam tergantung jauh dekat tentunya. Untuk pendatang, ada baiknya menyepakati harga sejak awal. Biasanya juga tarif kendaraan ini lebih mahal dari kebanyakan kota lain di indonesia, hal ini karena memang harga bensin di Talaud juga lebih mahal dibanding kota-kota lain di Indonesia, harganya bahkan bisa 2 kali lipat.


taxi laut (via manado.tribunnews.com)

Berbeda lagi dengan transportasi laut yang menghubungkan antar pulau. Sebagai kepulauan, sudah tentu konektivitas antar pulau menjadi penting. Bagi penduduk setempat dan termasuk juga pendatang perahu cepat menjadi andalan, mereka biasa menyebutnya taxi laut. Sebagai contoh, jika dari Melonguane dan menyebrang ke Lirung yang hanya skeitar 15 menit dengan speedboat kecil berkapasitas 4 penumpang, tarifnya sekitar Rp 30-50 ribu perorang. Jika menggunakan speedobaot yang besar berkapasitas belasan orang, tarifnya akan jauh lebih murah lagi. Atau jika ingin menyewa, speedboat kecil bisa disewa dengan tarif mulai dari Rp 300 ribu pulang pergi.


Menginap dan Lelap di Talaud

Penginapan di Melonguane (via vinoimagination.blogspot.com)

Jika urusan transportasi terbilang aman, lantas bagaimana dengan urusan akomodasi? Ternyata untuk hal ini juga masih dalam kategori aman. Setidaknya di kota Melonguane terdapat penginapan sederhana yaitu Penginapan Permata di Jalan Pelabuhan Melonguane yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari Pelabuhan.


Permata Tak Berpenghuni di Talaud

Pulau Sara (via hardyminhard.wordpress.com)

Sebagai kawasan kepulauan, sudah tentu pesona bahari menjadi andalan utama kepariwisataan Talaud. Salah satu lokasi istimewa untuk merasakan betapa indahnya Talaud ialah di Pulau Sara. Pulau tak berpenghuni ini ibarat permata yang hadir di tengah lautan, persisnya diantara Pulau Karakelang dan Pulau Salebabu. Lokasi yang strategis karena tidak jauh dari Kota Melonguane ataupun Lirung. Terdapat dua pulau yaitu Sara Besar dan Sara Kecil, keduanya sama-sama indah.

Pulau Sara Besar sendiri luasnya hanya sekitar 2 km persegi dan sepanjang garis pantainya merupakan hamparan pasir putih. Begitu putihnya bahkan ketika mentari bersinarpun, sinarnya memantul di hamparan pasir bagai permata. Putihnya pasir ini semakin lengkap karena gradasi biru toskanya lautan dengan ombak tenang. Karena merupakan pulau kecil tak berpenghuni, menymbangi Pulau Sara bagaikan singgah ke pulau pribadi yang menenangkan. Tak cukup beberapa menit menikmati pantai di Pulau Sara’a karena keindahannya akan memaksa kita berlama-lama, apalagi pesona tersembunyi seperti ini sangat cocok masuk dalam galeri instagram.


Menyapa Kearifan Lokal di Desa Adat Bannada

Bergeser dari pesona alam, kita bisa menyapa salah satu bentuk kearifan budaya lokal yang juga dimiliki Talaud, sebuah Desa Adat bernama Bannada yang terletak di ujung utara Pulau Kerakelang atau sekitar 80 km dari Melonguane. Tidak ada angkutan umum menuju desa tersebut, tetapi kalian bisa menyewa motor kepada warga sekitar. Akses jalannya juga terbilang masih banyak yang belum beraspal dan bahkan berlumpur, sehingga butuh perjuangan esktra.

Desa ini ditetapkan sebagai desa adat karena juga menjadi desa tertua di Talaud. Desa ini juga menjadi pusat kerajaan Porodisa yang menguasai kawasan Desa Malat, Bannada, Apan, dan Lahu. Turunan Rajanya pun masih menetap disana hingga kini.

Masih menggenggam nilai-nilai luhur, menjadikan desa ini sangat layak dijadikan tujuan wisata. Apalagi, bagi para tamu akan disambut dengan sangat hangat karena pesan leluhur yang juga selalu mereka jaga ialah untuk menjadikan tamu sebagi layaknya saudara. Pengunjung yang hendak menginappun bisa sangat mudah menumpang di rumah warga dengan terlebih dahulu izin ke kantor desa. Jadi, tak perlu ragu untuk datang selagi kita juga mampu menghormati kepercayaan dan tradisi mereka yang masih sangat tradisional.


Makam raja Parodisa (via Tribun manado)

Kehidupan mistis juga masih kerap dijumpai dalam kehidupan warga. Banyak diantara mereka yang menyimpan batu-batuan serta benda pusaka yang dipercaya memiliki kekuatan. Satu lagi keunikan yang bisa disaksikan ialah keberadaan Pohon Lungkang. Pohon ini dipercaya akan berubah warna menjadi putih ketika bulan purnama. Pohon ini juga menyimpan kisah sejarah sehingga dikeramatkan oleh warga setempat.

Pilihan wisata lain ialah dengan mengunjungi makam raja Porodisa yang berada di Kecamatan Gemeh. Di sana pemakaman nampak berbentuk bangunan batu berwarna putih.


Bertemunya Alam dan Sejarah di Goa Weta

Mulut Goa Weta (via manado.tribunnews.com)

Masih di Pulau Karakelang, kali ini kita menuju Rainis, tidak jauh dari kecamatan Beo yang secara geografis berada di garis tengah pulau atau sekitar 25 km dari Melonguane. Tersebutlah Goa Weta, sebuah goa alam dengan stalaktit dan stalagmit didalamnya. Kawasan goa ini masih sangat alami berupa pepohonan besar lebat.

Nuansa khas akan langsung menyeruak ketika sampai di bibir goa. Stalakmit sudah langsung tampak dan menghadirkan kesan seram. Lebar goanya sendiri cuup besar yaitu sekitar 3 meter dengan panjang mencapai 400 meter. Mulut goa yang lain akan mengarah ke sebuah perbukitan yang tak kalah eksotisnya.

Goa ini juga masih sangat alami dimana selain nuansa lembab khasnya, keberadaan kelelawar juga masih sering dijumpai, Jadi jangan kaget jika ditengah keheningan tiba-tiba dikagetkan dengan terbangnya kelelawar di sekitar kita.

Tak sekedar tentang pesona kealamiannya, goa ini juga menjadi saksi bisu sejarah. Di goa inilah dahulunya masyarakat sekitar bersembunyi dari serangan tentara Jepang. Mereka bahkan tinggal di dalam gua hingga berbulan bulan dan keluar di waktu-waktu tertentu saja yang dirasa aman.


Unik dan Segarnya Air Terjun Ampadoap

air terjun Ampadoap (via Kompas.com - Ronny Adolof Buol)

Talaud memang Tanah Porodisa alias Tanah Surga, buktinya bisa kalian lihat di daerah Beo. Keunikan air terjun ini justru bukan dari megah dan tingginya aliran air yang turun dari tebing, karena justru air terjunnya pendek yaitu hanya sekitar 5 meter. Tetapi keunikan dan pesonanya karena air terjunnya terdapat dua dan saling berhadapan, seolah membentuk kawah yang di kedua sisinya mengalir tuangan air.

Kealamian kawasan sekitar air terjun juga membuat suasana semakin nampak sejuk. Kedua aliran air terjun yang turun mengisi sungai jernih dibawahnya yang kemudian airnya kembali mengalir menuruni kontur mengikuti alur sungai. Suasana yang menangkan, melihat dua air terjun sekaligus di satu lokasi.


Inilah Miangas, Batas Utara Tanah Air Beta

Merapat di Pulau Miangas (via Kompas.com - Ronny Adolof Buol)

Hanya seluas 3,2 km persegi, inilah pulau yang menjadi tapal batas negeri ini. Lokasinya diujung utara Kepulauan Talaud yang menjadikannya justru lebih dekat dengan negara tetangga, Filipina dibanding ke ibukota Kabupaten Talaud. Perlu perjuangan memang untuk dapat menuju pulau terluar ini karena tidak setiap hari dan tidak ada jadwal pasti kapan kapal yang melakukan pelayaran kesana, biasanya kapal yang menuju Miangas ialah kapal yang membawa kebutuhan bahan pokok.

Meskipun pulau terluar, fasilitas yang tersedia untuk seribu penduduk tersebut terbilang cukup memadai meskipu tidak juga bisa dibilang maju. Setidaknya terdapat masing-masing satu sekolah untuk satu tingkatan dari SD sampai SMA, puskesmas, jaringan listrik, dan jaringan jalan. Jadi jangan membayangkan ini merupakan pulau tanpa penghuni.

Keunikan dari Miangas ialah perairannya yang masih sangat perawan. Lokasi perairannya sangat cocok bagi kalian pecinta snorkeling asalkan membawa peralatan sendiri. Jika tidak, mengunjungi pantai-pantainya juga sudah sangat memanjakan mata akan pesonanya. Jangan lewatkan pula sekedar menyambangi dan berfoto di tugu NKRI sebagai tanda kawasan perbatasan.

Karena kapal tidak pasti ada setiap hari untuk membawa kembali ke ibukota kabupaten, maka kalian bisa izin ke tetua adat untuk menginap di rumah warga. Kondisi sosial warga yang sangat ramah akan sangat membantu pendatang. Perlu diperhatikan pula dengan kearifan lokal yang ada, karena warga disana masih sangat kental menjaga tradisi, termasuk larangan masuk ke beberapa lokasi seperti hutan kelapa dan beberap pantai, sehingga kalian harus memastikan bertanya kepada tetua adat agar tidak melakukan kesalahan.

Lokasi lain yang bisa dijadikan pilihan ialah di sebuah bukit yang terdapat mercusuar diatasnya. Pergilah bersama warga lokal agar perjalanan mendaki lebih efisien. Dari atas mercusuar, akan tampak daratan pulau dan luasnya lautan. Bahkan dari sana pula dapat terlihat sebuah gunung yang berada di Pulau Mindanau, Filipina.


Dari atas mercusuar (via kompasiana.com)

Di sisi lain, terdapat pula bukit yang dikenal dengan nama makam keramat atau meriam keramat. Lokasinya di Puncak Gunung Ota, disana menjadi saksi sejarah perjuangan nenek moyang orang Miangas melawan suku Moro Filipina. Disebut makam atau meriam keramat karena memang disana tersimpan peninggalan meriam berukuran besar yang dipercaya berusia diatas setengah abad. Dari atas sana pula, pemandangan yang mempesona akan siap menyambut.

SUMBER

0
31.8K
106
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan