[HARI ANAK NASIONAL] 12 Kasus Pedofilia Terbesar di Indonesia
TS
vestyndra1
[HARI ANAK NASIONAL] 12 Kasus Pedofilia Terbesar di Indonesia
Kasus Pedofilia Terbesar di Indonesia
Quote:
Baru-baru ini masyarakat Indonesia dibuat heboh dengan munculnya berita tentang group facebook yang yang beranggotakan pelaku pedofilia.
Group yang bernama Official Candy’s Group itu ternyata selama ini sudah digunakan untuk wadah berbagi gambar dan video dengan konten pornografi anak.
Parahnya lagi group yang dibuat oleh pria asal Jawa Timur itu ternyata berjejaring dengan kelompok lain di negara-negara asing.
Berbicara mengenai kasus pedofilia, memang sudah beberapa kali terjadi di Indonesia. Dan mungkin yang kali ini ditemukan bisa dibilang paling besar karena melibatkan ribuan orang dan secara terang-terangan dibahas dalam sebuah forum.
Pedofilia, berasal dari bahasa Yunani yaitu paidos yang berarti anak-anak dan philia yang berarti cinta.
Pedofilia seringkali diartikan sebagai kelainan seksual yang menjadikan anak-anak sebagai objek seksual, biasanya usia 13 tahun.
Sebagai kelainan mental, Pedofilia memiliki klasifikasi di dalamnya.
Mereka yang menyukai anak-anak yang belum mengalami pubertas disebut Hebephiles,
Sementara Ephebophiles untuk mereka yang menyukai anak-anak yang sudah mencapai pubertas.
Sebagai pengingat, berikut ada 12 kasus pedofilia yang sudah terjadi beberapa tahun belakangan dan tak kalah meresahkan :
Note : sori gan .. Infografisnya payah .. Ukuran kekecilan kaga bisa kebaca.
Ini ane lagi proses ngetik infografis di atas ..
Maap atas ketidaknyamanannya yakkk
Quote:
Di bawah ini juga merupakan kasus pedofilia yang sudah terjadi beberapa tahun belakangan dan tak kalah meresahkan :
1. Wisatawan Bali
Bukan rahasia lagi bahwa sepertinya Bali sudah menjadi daerah dengan kasus pedofilia terbanyak di Indonesia.
Pelakunya pun tak hanya mereka yang berasal dari Indonesia tetapi juga para wisatawan asing.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa pulau ini menjadi gudangnya turis melakukan kejahatan ini.
Dimulai saat 2001 lalu seorang warga Italia divonis 9 bulan penjara karena melakukan tindakan asusila pada 9 anak di Buleleng dengan modus memberikan uang dan pakaian.
Di tahun yang sama ada pula warga Prancis berbuat asusila pada 3 remaja Bali dengan modus menjadikannya anak angkat hingga akhirnya sang pelaku divonis 3 tahun penjara.
Tahun 2004 ada berita tentang warga negara Australia melakukan bunuh diri setelah divonis 13 tahun penjara setelah melakukan tindakan asusila pada 2 orang remaja.
Lagi-lagi ada kakek Australia bertindak asusila pada 9 remaja di Bali dengan modus taruhan saat bermain bilyar. Tindakannya ini membuatnya divonis 8 tahun penjara.
Koordinator Pedagang Asongan Jakarta
Tahun 2010 lalu juga muncul pemberitaan tentang seorang pria berusia 48 tahun yang melakukan tindakan asusila pada belasan anak jalanan di Jakarta.
Tersangka bernama Baekuni atau yang biasa dikenal dengan nama Babe ini merupakan seorang koordinator anak-anak pengamen jalanan dan pedagang asongan.
Tidak hanya berbuat asusila, Babe juga membunuh korba-korbannya bahkan ada juga yang tega dia mutilasi pada tahun 2010 lalu di Jakarta. Modusnya sendiri biasanya dengan mengajak anak-anak bermain ding dong maupun dengan memberikan makanan pada mereka. atas kejahatannya itu Babe divonis seumur hidup penjara.
Dokter Palsu Surabaya
Surabaya juga menyimpan kasus kelam pedofilia yang berhasil dibongkar pada tahun 2014 kemarin.
Pelakunya merupakan seorang pria berusia 37 tahun bernama Tjandra Adi Gunawan yang akhirnya divonis hukuman empat tahun penjara.
Berbeda dengan pelaku lain yang biasanya memberikan iming-iming uang atau makanan pada korban, pria ini memilih untuk menjadi dokter palsu.
Tjandra menjalankan kejahatannya dengan menyamar sebagai seorang dokter perempuan dLangkat sosial facebook yang sering membahas tentang kesehatan reproduksi remaja.
Pada bulan Maret 2014, dia didakwa atas penyebaran 10 ribu foto tidak denonoh anak-anak di bawah umur yang selama ini telah dikumpulkannya.
Kepsek Langkat
Kasus lain datang dari sebuah Sekolah Dasar yang terletak di Kecamatan Wampu, Langkat, Sumatera Utara.
Cerita bermula saat ada orang tua murid yang melaporkan kepala sekolah tempat anaknya belajar karena diduga melakukan pelecehan terhadap anaknya.
Menurut ibu korban sang kepala sekolah menyalahgunakan jabatannya untuk melakukan kejahatan itu.
Pertama korban diminta membawakan teh manis untuk sang kepala sekolah yang telah menunggu di perpustakaan. Setelah itu barulah orang nomer satu di sekolah itu memaksa siswinya membuka pakaian.
Kejadian ini sendiri baru terjadi awal tahun 2016 lalu dan langsung diadakan penyelidikan besar-besaran oleh pihak kepolisian.
Pemuda-Pemuda Bengkulu
Pada pertengahan 2016 lalu muncul juga kasus yang tak kalah menggemparkan dari Desa Padang Ulak Tanding, Bengkulu.
Saat itu muncul kasus perbuatan asusila terhadap remaja berusia 14 tahun bernama Yuyun.
Kejahatan yang dilakukan oleh 14 pemuda tersebut terjadi saat Yuyun pulang dari sekolah.
Tidak semua pedofil adalah predator seksual bagi anak-anak. Sebaliknya, tidak semua predator seksual anak-anak adalah pedofil.
Dikutip dari The Guardian, hanya 20 persen pedofil yang menjadi pelaku kekerasan seksual pada anak-anak.
Kekerasan yang terjadi, sebagian besar, adalah persoalan kesempatan.
Anak menjadi objek pengganti bagi si pelaku yang “tidak mampu” namun memiliki obsesi untuk mendominasi dan mengontrol manusia lainnya.
Namun pedofilia, bagaimanapun tidak bisa diterima secara sosial.
Pedofilia dan kekerasan seksual pada anak cenderung membentuk "lingkaran setan".
Berdasarkan penelitian dalam jurnal kriminal, Trend and Issue in Crime & Criminal Justice, mereka yang menjadi korban kekerasan seksual, 33 persen hingga 75 persen akan menjadi pelaku di masa mendatang.
Mengutip kalimat yang diucapkan Walter Robinson, editor Boston Globe dalam film Spotlight,
“If it takes a villages to raise a child, it takes a village to abuse them.”
Memutus mata rantai lingkaran tersebut adalah tugas kita bersama.