Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
IKM Harus Dapat Garam



RENCANA pemerintah mengimpor garam diharapkan bisa diserap industri kecil menengah (IKM) di Jawa Barat. Impor garam juga harus diawasi secara ketat.



"Impor harus karena sekarang barangnya (garam) sudah tidak ada," kata Ketua Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) Jawa Barat M Taufik di Cirebon, kemarin.



Dia menjelaskan kebutuhan garam untuk IKM di Jawa Barat sekitar 25 ton.



Jumlah itu dianggap mencukupi untuk kebutuhan IKM di seluruh Jawa Barat.



"Saya berharap IKM bisa mendapatkan garam impor dengan persyaratan mudah. Kalau persyaratan ketat, banyak IKM yang tidak bisa mengakses garam impor, yang sebelumnya pernah diimpor PT Garam. Asal garam juga harus diperhatikan," tegasnya.



Dia menambahkan selama ini pemerintah mengimpor garam dari Australia dan India.



Garam asal Australia masuk ke industri, sedangkan India umumnya dipakai untuk konsumsi.



Dari Bandung, Sekjen Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia Cucu Sutara mengungkapkan kebutuhan garam di dalam negeri tidak diimbangi dengan produksi lokal.



Saat ini produksi garam di dalam negeri baru menca-pai 1,8 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan garam nasional mencapai 6 juta ton per tahunnya.



"Kondisi ini mengancam keberlangsungan sejumlah industri di dalam negeri yang menjadikan garam sebagai bahan baku utama. Contohnya industri farmasi di Tanah Air terancam kekurangan bahan baku garam," kata Cucu.



Ia mengaku mendapat laporan dari Cirebon dan Indramayu soal adanya 2 ton ikan membusuk karena tidak ada garam untuk mengawetkannya.



Manajemen buruk



Di Jawa Timur, buruknya manajemen petani dalam mengelola tambak menyebabkan rendahnya produktivitas dan kualitas panenan garam sehingga pada kemarau basah seperti sekarang ini, industri pengilahan garam kelimpungan mendapatkan bahan baku.



Deputi Teknologi Argo Industri dan Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Eni Listiyana Dewi mengungkapkan manajemen yang buruk menyebabkan garam yang dihasilkan petani hanya mengandung 80% natrium chlorida.



"Jika manajemen bagus, kandungannya bisa mencapai 94%. Jika untuk konsumsi dan industri, tinggal dinaikkan menjadi 97%," kata Eni di sela-sela pembukaan Petro Agrifood Expo di PT Petrokimia Gresik, kemarin.



Petani garam di Indonesia selama ini asal memasukkan air ke tambah. Selain itu, waktu panen lebih cepat sekitar empat hari.



"Mestinya setelah dua minggu baru dipanen. Itu yang menyebabkan produksi dan kualitasnya masih rendah," jelasnya.



Pada bagian lain kelangkaan dan naiknya harga garam di sejumlah daerah menyulitkan pedagang menyetok garam.



Seperti di Banyumas, Jawa Tengah, para pedagang garam tidak mampu mendapatkan stok garam seperti biasanya.



Transaksi garam juga lesu karena konsumen menurunkan pembelian akibat melonjaknya harga.



"Kenaikan harga garam mencapai 75%, atau dari Rp7.500 per bal menjadi Rp13 ribu per bal yang berisi 20 kantong. Sebelumnya saya bisa memperoleh 200 bal, kini sekitar 50 bal," jelas Tanti, 41, pedagang garam di Pasar Manis.



Naiknya harga garam juga berimbas pada penjual bandeng di Pasar Wage.



Yanto, pedagang bandeng, mengungkapkan harga bandeng presto juga naik karena ongkos produksi naik.



(BY/AB/LD/N-3)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...ram/2017-07-22

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Hasil tidakTerduga Pencarian MH 370

- Ukuran Tubuh Menentukan Kecepatan Gerak Hewan

- Menyulap Bekas Tambang Jadi Ikon Wisata

0
465
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan