- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Asian's al-Durrah] Chinese Baby, Foto Sumber Sengketa Cina-Jepang
TS
dragonroar
[Asian's al-Durrah] Chinese Baby, Foto Sumber Sengketa Cina-Jepang
Quote:
Bagi kalian yang sering mengikuti debat Israel-Palestina mungkin bakal kenal dengan persengketaan rekaman al-Durrah, yang mempersengketakan siapa yang menembak sepasang ayah-anak ini.
Oke, jika Israel-Palestina punya yang namanya al-Durrah, maka Cina-Jepang punya yang namanya Chinese Baby atau Bloody Sunday yang juga dipersengketakan keberadaannya.
Bisa dibilang, USA terlibat PDII karena dua hal, yang pertama serangan kamikaze Jepang terhadap pangkalan militer Pearl Harbour, dan yang kedua adalah foto Chinese Baby tersebut.
Baik, sebelum masuk ke masalah sengketanya, mari kita lihat penjelasan dari pemotretnya tentang bagaimana foto tersebut diambil.
Spoiler for al-Durrah:
Oke, jika Israel-Palestina punya yang namanya al-Durrah, maka Cina-Jepang punya yang namanya Chinese Baby atau Bloody Sunday yang juga dipersengketakan keberadaannya.
Spoiler for Chinese Baby:
Bisa dibilang, USA terlibat PDII karena dua hal, yang pertama serangan kamikaze Jepang terhadap pangkalan militer Pearl Harbour, dan yang kedua adalah foto Chinese Baby tersebut.
Baik, sebelum masuk ke masalah sengketanya, mari kita lihat penjelasan dari pemotretnya tentang bagaimana foto tersebut diambil.
Quote:
Saat Pertempuran Shanghai, bagian dari Perang Tiongkok-Jepang Kedua, pasukan militer Jepang maju dan menyerang Shanghai, kota paling padat di Tiongkok.
Oh ya, ngomong2 soal Shanghai, jadi inget ama yg satu ini.
Wong dan anggota-anggota newsreel lainnya, seperti Harrison Forman dan George Krainukov, menangkap beberapa gambar pertarungan tersebut, termasuk keadaan setelah serangan bom udara yang dilakukan oleh tiga pesawat Jepang terhadap dua hotel penting di Jalan Nanking pada Sabtu, 14 Agustus 1937, atau "Sabtu Berdarah". Wong adalah seorang pria Tionghoa yang memiliki sebuah toko kamera di Shanghai. Tentara Revolusioner Nasional mulai retret dari kota tersebut, meinggalkan blokade sepanjang Sungai Huangpu. Sekelompok jurnalis internasional diberitahu bahwa pesawat dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang (bahasa Inggris: Imperial Japanese Navy, IJN) mengebom blokade tersebut pada pukul 14:00 pada Sabtu, 28 Agustus 1937, sehingga beberapa orang berkumpul di atas gedung Butterfield & Swire untuk mengambil foto-foto serangan bom tersebut. Pada pukul 15, tak ada pesawat yang nampak, dan kebanyakan anggota pemberitaan hengkang; semuanya kecuali H. S. "Newsreel" Wong, seorang jurukamera yang bekerja untuk Hearst Metrotone News, seorang produser newsreel.
Pada pukul 16, 16 pesawat IJN nampak, melingkar, dan mengebom tempat-tempat pengungsian perang di Stasiun Selatan Shanghai, menewaskan dan melukai para warga sipil yang sedang menunggu kereta untuk menuju ke Hangzhou di arah selatan.
Wong turun dari atas ke jalanan, dimana ia pergi memakai mobilnya dan mengemudi dengan cepat menuju stasiun kereta api yang runtuh tersebut. Saat ia datang, ia menyatakan: "Ini adalah penampakan mengerikan. Orang-orang masih berusaha untuk bangun. Kematian dan luka-luka berserakan di sepanjang trek dan platform. Potongan-potongan tubuh berserakan di seluruh tempat. Hanya kerjaku yang menolongku melupakan apa yang aku saksikan. Aku berhenti untuk menyetel ulang kameraku. Aku ingat bahwa sepatuku berkecipratan dengan darah. Aku berjalan di sepanjang trek kereta api, dan membuat beberapa adegan panjang dengan jembatan terbakar di latar belakang. Kemudian aku menyaksikan seorang pria yang menggendong seorang bayi dari trek tersebut dan membawanya ke platform. Aku kembali menemukan bocah lainnya yang terluka berat. Ibunya teronggok tewas di atas trek. Saat aku mengabadikan tragedi tersebut, aku mendengar suara pesawat-pesawat kembali. Dengan cepat, ku tangkap beberapa rekaman [dari film] yang masih tersisa dari bayi tersebut. Aku lari menuju anak tersebut, dengan tujuan untuk menggendongnya untuk keselamatan, namun ayahnya datang. Para pengebom lewat begitu saja. Tak ada bom yang dijatuhkan."
Wong tak pernah mengetahui nama dari bayi yang terbakar dan menangis tersebut, apakah ia laki-laki atau perempuan, atau apakah ia selamat. Pada pagi berikutnya, ia mengambil sebuah film dari kamera Leica-nya kepada kantor-kantor China Press, dimana ia menampilkan pembesarannya kepada Malcolm Rosholt, dengan berkata, "Lihat yang satu ini!" Wong kemudian menulis bahwa surat-surat kabar keesokan paginya mengabarkan bahwa sekitar 1,800 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, telah menunggu di stasiun kereta api, dan bahwa para penerbang IJN nampaknya telah salah mengira mereka sebagai pasukan yang bergerak. Surat-surat kabar Shanghai menyatakan bahwa kurang dari 300 orang selamat dari serangan tersebut. Pada bulan Oktober, majalah Life mengabarkan bahwa sekitar 200 orang tewas.
Wong mengirim rekaman newsreel tersebut ke sebuah kapal Angkatan Laut AS di Manila dan dari sama, film tersebut diterbangkan ke New York City memakai maskapai penerbangan Pan American World Airways. Bermula pada pertengahan September 1937, newsreel tersebut ditampilkan kepada para audien teater film, sekitar sebulan kemudian mencapai 50 juta orang di AS dan 30 juta orang di luar AS. dan gambar cuplikan dari bayi menangis tersebut dicetak di surat-surat kabar Hearst Corporation dan afiliasi-afiliasinya, dalam jumlah sekitar 25 juta salinan. 1.75 juta salinan surat kabar non-Hearst menampilkan gambar tersebut di AS, dan lebih dari 4 juta orang melihatkan sebagai sebuah reproduksi matte dalam surat-surat kabar lainnya. Sekitar 25 juta orang melihatnya di seluruh dunia. Gambar tersebut pertama kali muncul dalam majalah Life pada 4 Oktober 1937, dimana sekitar 136 juta orang melihatnya. Pada halaman depan dalam majalah Life, foto lainnya menampilkan bayi di atas tandu sedang diberi perawatan medikal.
Wong memfilmkan lebih banyak newsreel lain yang menyoroti serangan Jepang di Tiongkok, yang meliputi Pertempuran Xuzhou pada Mei 1938 dan serangan bom udara di Guangzhou pada Juni. Ia beroperasi di bawah perlindungan Inggris, namun ancaman-ancaman kematian dari para nasionalis Jepang masih mendorongnya meninggalkan Shanghai dengan keluarganya dan pindah ke Hong Kong.
Oh ya, ngomong2 soal Shanghai, jadi inget ama yg satu ini.

Spoiler for SNH48:
Wong dan anggota-anggota newsreel lainnya, seperti Harrison Forman dan George Krainukov, menangkap beberapa gambar pertarungan tersebut, termasuk keadaan setelah serangan bom udara yang dilakukan oleh tiga pesawat Jepang terhadap dua hotel penting di Jalan Nanking pada Sabtu, 14 Agustus 1937, atau "Sabtu Berdarah". Wong adalah seorang pria Tionghoa yang memiliki sebuah toko kamera di Shanghai. Tentara Revolusioner Nasional mulai retret dari kota tersebut, meinggalkan blokade sepanjang Sungai Huangpu. Sekelompok jurnalis internasional diberitahu bahwa pesawat dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang (bahasa Inggris: Imperial Japanese Navy, IJN) mengebom blokade tersebut pada pukul 14:00 pada Sabtu, 28 Agustus 1937, sehingga beberapa orang berkumpul di atas gedung Butterfield & Swire untuk mengambil foto-foto serangan bom tersebut. Pada pukul 15, tak ada pesawat yang nampak, dan kebanyakan anggota pemberitaan hengkang; semuanya kecuali H. S. "Newsreel" Wong, seorang jurukamera yang bekerja untuk Hearst Metrotone News, seorang produser newsreel.
Spoiler for H. S. Wong:
![[Asian's al-Durrah] Chinese Baby, Foto Sumber Sengketa Cina-Jepang](https://dl.kaskus.id/upload.wikimedia.org/wikipedia/en/f/f0/HS_Newsreel_Wong.jpg)
Pada pukul 16, 16 pesawat IJN nampak, melingkar, dan mengebom tempat-tempat pengungsian perang di Stasiun Selatan Shanghai, menewaskan dan melukai para warga sipil yang sedang menunggu kereta untuk menuju ke Hangzhou di arah selatan.
Spoiler for Stasiun Shanghai Selatan:
![[Asian's al-Durrah] Chinese Baby, Foto Sumber Sengketa Cina-Jepang](https://dl.kaskus.id/www.archives.sh.cn/shjy/scbq/201306/W020130603577940302576.jpg)
Wong turun dari atas ke jalanan, dimana ia pergi memakai mobilnya dan mengemudi dengan cepat menuju stasiun kereta api yang runtuh tersebut. Saat ia datang, ia menyatakan: "Ini adalah penampakan mengerikan. Orang-orang masih berusaha untuk bangun. Kematian dan luka-luka berserakan di sepanjang trek dan platform. Potongan-potongan tubuh berserakan di seluruh tempat. Hanya kerjaku yang menolongku melupakan apa yang aku saksikan. Aku berhenti untuk menyetel ulang kameraku. Aku ingat bahwa sepatuku berkecipratan dengan darah. Aku berjalan di sepanjang trek kereta api, dan membuat beberapa adegan panjang dengan jembatan terbakar di latar belakang. Kemudian aku menyaksikan seorang pria yang menggendong seorang bayi dari trek tersebut dan membawanya ke platform. Aku kembali menemukan bocah lainnya yang terluka berat. Ibunya teronggok tewas di atas trek. Saat aku mengabadikan tragedi tersebut, aku mendengar suara pesawat-pesawat kembali. Dengan cepat, ku tangkap beberapa rekaman [dari film] yang masih tersisa dari bayi tersebut. Aku lari menuju anak tersebut, dengan tujuan untuk menggendongnya untuk keselamatan, namun ayahnya datang. Para pengebom lewat begitu saja. Tak ada bom yang dijatuhkan."
Wong tak pernah mengetahui nama dari bayi yang terbakar dan menangis tersebut, apakah ia laki-laki atau perempuan, atau apakah ia selamat. Pada pagi berikutnya, ia mengambil sebuah film dari kamera Leica-nya kepada kantor-kantor China Press, dimana ia menampilkan pembesarannya kepada Malcolm Rosholt, dengan berkata, "Lihat yang satu ini!" Wong kemudian menulis bahwa surat-surat kabar keesokan paginya mengabarkan bahwa sekitar 1,800 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, telah menunggu di stasiun kereta api, dan bahwa para penerbang IJN nampaknya telah salah mengira mereka sebagai pasukan yang bergerak. Surat-surat kabar Shanghai menyatakan bahwa kurang dari 300 orang selamat dari serangan tersebut. Pada bulan Oktober, majalah Life mengabarkan bahwa sekitar 200 orang tewas.
Wong mengirim rekaman newsreel tersebut ke sebuah kapal Angkatan Laut AS di Manila dan dari sama, film tersebut diterbangkan ke New York City memakai maskapai penerbangan Pan American World Airways. Bermula pada pertengahan September 1937, newsreel tersebut ditampilkan kepada para audien teater film, sekitar sebulan kemudian mencapai 50 juta orang di AS dan 30 juta orang di luar AS. dan gambar cuplikan dari bayi menangis tersebut dicetak di surat-surat kabar Hearst Corporation dan afiliasi-afiliasinya, dalam jumlah sekitar 25 juta salinan. 1.75 juta salinan surat kabar non-Hearst menampilkan gambar tersebut di AS, dan lebih dari 4 juta orang melihatkan sebagai sebuah reproduksi matte dalam surat-surat kabar lainnya. Sekitar 25 juta orang melihatnya di seluruh dunia. Gambar tersebut pertama kali muncul dalam majalah Life pada 4 Oktober 1937, dimana sekitar 136 juta orang melihatnya. Pada halaman depan dalam majalah Life, foto lainnya menampilkan bayi di atas tandu sedang diberi perawatan medikal.
Wong memfilmkan lebih banyak newsreel lain yang menyoroti serangan Jepang di Tiongkok, yang meliputi Pertempuran Xuzhou pada Mei 1938 dan serangan bom udara di Guangzhou pada Juni. Ia beroperasi di bawah perlindungan Inggris, namun ancaman-ancaman kematian dari para nasionalis Jepang masih mendorongnya meninggalkan Shanghai dengan keluarganya dan pindah ke Hong Kong.
Quote:
Nah, sekarang kita langsung masuk ke bagian sengketanya.
Quote:
Pada waktu itu, para nasionalis Jepang menyebut foto tersebut palsu, dan pemerintah Jepang memberikan tebusan senilai $50,000 untuk kepala Wong: sebuah jumlah yang setara dengan $820.000 pada tahun 2017. Wong dikenal menentang invasi Jepang terhadap Tiongkok dan bersimpati terhadap politik sayap kiri, dan ia bekerja untuk William Randolph Hearst yang dikenal karena berkata kepada anggota pemberitaannya, "Kau memoles gambar-gambar tersebut dan aku memoles perang" dalam kaitannya dengan Perang Spanyol-Amerika. Foto Wong lainnya yang muncul dalam majalah Look pada 21 Desember 1937, menampilkan seorang pria bersama dengan seorang anak yang mungkin berusia lima tahun, berada di dekat bayi yang menangis tersebut.
Pria tersebut dituduh adalah asisten Wong, Taguchi, yang merias anak tersebut untuk efek fotografi terbaik. Sebuah artikel dalam The Japan Times and Mail berkata bahwa pria tersebut adalah seorang pekerja penyelamat yang menempatkan bayi dan bocah tersebut untuk fotografernya. Wong menyatakan bahwa pria tersebut adalah ayah dari bayi tersebut, yang datang untuk menyelamatkan anaknya saat pesawat Jepang kembali usai pengeboman tersebut.Para propagandis Jepang mengaitkan hubungan antara apa yang mereka klaim gambar yang dipalsukan dan catatan berita umum dari sumber-sumber AS dan Tiongkok yang mengabarkan soal pertikaian di Shanghai, dengan tujuan mendiskreditkan seluruh laporan kearoganan Jepang.
Pada 1956, Arthur Rothstein dari majalah Look mendukung opini sebelumnya bahwa Wong meminjam bayi tersebut dan melebih-lebihkan foto tersebut. Pada 1975, majalah Life menampilkan foto terkenal tersebut dalam sebuah buku gambar, dan menyatakan dalam kutipan, "Foto tersebut dikatakan dilebih-lebihkan, namun itu adalah bukti dari berbagai titik bahwa ini tak lebih dari rumor yang digembar-gemborkan."
Pada 1999, kelompok nasionalis Asosiasi bagi Kemajuan Pandangan Sejarah Tak Berbias, yang didirikan oleh Profesor Fujioka Nobukatsu dari Universitas Tokyo, menerbitkan sebuah artikel berjudul "Manipulasi Foto-foto Dokumenter di Tiongkok: Polesan-polesan yang Menimbulkan Kebencian di AS" dimana Nobukatsu dan Shūdō Higashinakano berpendapat bahwa foto tersebut menampilkan seorang pria yang mula-mula menyeting satu kemudian dua anak pada trek kereta api untuk keperluan membuat "sorotan menyedihkan" bagi para penonton Amerika, untuk membuat warga negara Amerika berperang melawan Jepang. Para profesor Jepang berpendapat bahwa Wong menambahkan asap untuk membuat gambar tersebut menjadi lebih dramatis, namun Rosholt menyatakan bahwa stasiun kereta tersebut masih berasap saat Wong datang. Para nasionalis Jepang tidak menyatakan bahwa serangan bom tersebut tidak terjadi, maupun bahwa warga sipil Tiongkok tidak tewas dan luka-luka, namun penyajian foto tersebut sebagai sebuah pemalsuan membolehkan tafsiran mudah bahwa terdapat pemalsuan lebih lanjut dalam catatan sejarah.
Spoiler for foto yang dipersengketakan:
![[Asian's al-Durrah] Chinese Baby, Foto Sumber Sengketa Cina-Jepang](https://dl.kaskus.id/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/be/The_baby_setuped_by_Wang%27s_staff.jpg)
Pria tersebut dituduh adalah asisten Wong, Taguchi, yang merias anak tersebut untuk efek fotografi terbaik. Sebuah artikel dalam The Japan Times and Mail berkata bahwa pria tersebut adalah seorang pekerja penyelamat yang menempatkan bayi dan bocah tersebut untuk fotografernya. Wong menyatakan bahwa pria tersebut adalah ayah dari bayi tersebut, yang datang untuk menyelamatkan anaknya saat pesawat Jepang kembali usai pengeboman tersebut.Para propagandis Jepang mengaitkan hubungan antara apa yang mereka klaim gambar yang dipalsukan dan catatan berita umum dari sumber-sumber AS dan Tiongkok yang mengabarkan soal pertikaian di Shanghai, dengan tujuan mendiskreditkan seluruh laporan kearoganan Jepang.
Pada 1956, Arthur Rothstein dari majalah Look mendukung opini sebelumnya bahwa Wong meminjam bayi tersebut dan melebih-lebihkan foto tersebut. Pada 1975, majalah Life menampilkan foto terkenal tersebut dalam sebuah buku gambar, dan menyatakan dalam kutipan, "Foto tersebut dikatakan dilebih-lebihkan, namun itu adalah bukti dari berbagai titik bahwa ini tak lebih dari rumor yang digembar-gemborkan."
Pada 1999, kelompok nasionalis Asosiasi bagi Kemajuan Pandangan Sejarah Tak Berbias, yang didirikan oleh Profesor Fujioka Nobukatsu dari Universitas Tokyo, menerbitkan sebuah artikel berjudul "Manipulasi Foto-foto Dokumenter di Tiongkok: Polesan-polesan yang Menimbulkan Kebencian di AS" dimana Nobukatsu dan Shūdō Higashinakano berpendapat bahwa foto tersebut menampilkan seorang pria yang mula-mula menyeting satu kemudian dua anak pada trek kereta api untuk keperluan membuat "sorotan menyedihkan" bagi para penonton Amerika, untuk membuat warga negara Amerika berperang melawan Jepang. Para profesor Jepang berpendapat bahwa Wong menambahkan asap untuk membuat gambar tersebut menjadi lebih dramatis, namun Rosholt menyatakan bahwa stasiun kereta tersebut masih berasap saat Wong datang. Para nasionalis Jepang tidak menyatakan bahwa serangan bom tersebut tidak terjadi, maupun bahwa warga sipil Tiongkok tidak tewas dan luka-luka, namun penyajian foto tersebut sebagai sebuah pemalsuan membolehkan tafsiran mudah bahwa terdapat pemalsuan lebih lanjut dalam catatan sejarah.
Quote:
Quote:
Nah, bagaimana menurut agan2 sekalian ? apakah bapak di foto tersebut adalah tukang rias utk tujuan propaganda ? atau pekerja penyelamat yang menempatkan bayi tersebut untuk fotografernya ? atau memang ayah dari bayi tersebut yang akan mengambil bocah tersebut ?
Polling
0 suara
Menurut Agan, siapakah pria dalam foto yang dipersengketakan ?
Diubah oleh dragonroar 20-07-2017 12:05
0
1.4K
Kutip
8
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan