Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

countinueAvatar border
TS
countinue
Menilik Tingginya Rasa Toleransi Masyarakat Nusantara Jaman Dahulu
https://www.inovasee.com/author/aulawi/


Menilik Tingginya Rasa Toleransi Masyarakat Nusantara Jaman Dahulu



Akhir-akhir ini sedang ramai membicarakan tentang tema yang satu ini, toleransi! Dari tindakan intoleran sampai kampanye bertoleransi sepertinya sedang ramai disuarakan. Permasalahan toleransi sangatlah urgent dibahas bagi masyarakat Indonesia, dengan keadaan Indonesia yang dibangun diatas sebuah perbedaan golongan, suku, ras dan agama, sikap toleransi sepatutnya dimiliki setiap individu maupun kelompok masyarakat.


Dari jaman pra kemerdekaan, toleransi merupakan sikap yang coba terus dibangun oleh para pendiri bangsa. Menerima semua yang ada di Indonesia tanpa mendiskriminasikannya merupakan cita-cita luhur sang pendahulu kita. Hal itu bisa kita lihat dengan dirumuskannya nasakom oleh presiden Soekarno yang mencoba menerima semua ideologi bernegara. Sikap toleransi untuk menerima semua golongan tanpa diskriminasi juga tertuang di UUD 1945 dalam pasal 27 sampai 34.


Menilik Tingginya Rasa Toleransi Masyarakat Nusantara Jaman Dahulu

aktual.com

Namun sebenarnya, jauh sebelum toleransi dirumuskan dalam sebuah undang-undang, masyarakat Indonesia sudah menjunjung tinggi sikap toleransi, dengan menerima semua golongan tanpa melihat latar belakang suku, ras, dan agama. Hal itu bisa kita lihat di dalam sejarah bangsa Indonesia pada masa kerajaan, khususnya kerajaan Majapahit.

Majapahit sebagai penguasa nusantara, menerima kehadiran semua suku, ras dan agama yang ada di seluruh kepulauan kekuasaannya. Bahkan agama-agama yang ada saat itu bersatu padu dalam kerukunan beragama. Masyarakatnya pun bersosialisasi dengan tentram meskipun berbeda agama. Persoalan perdagangan, sosial dan beribadatan dilaksanakan secara damai dan tentram.


Menilik Tingginya Rasa Toleransi Masyarakat Nusantara Jaman Dahulu

beritarohani.com

Letak nusantara yang strategis untuk melakukan pelayaran dan perdagangan pada jaman dahulu, membuat nusantara membuka diri dengan dunia luar. Melalui pintu perairan malaka, pendatang yang berasal dari timur tengah dan tiongkok bisa keluar masuk ke nusantara dan diterima baik oleh penduduknya.

Selain itu, rempah-rempah yang melimpah juga membuat nusantara menjadi daya tarik sendiri untuk para pedagang dari luar nusantara untuk berjual beli di kepulauan yang kemudian disebut Indonesia ini. Dengan transaksi jual beli inilah kemudian banyak pendatang yang memutuskan untuk bermukim di Indonesia.


Menilik Tingginya Rasa Toleransi Masyarakat Nusantara Jaman Dahulu

normansatria.files.wordpress.com

Sikap toleransi yang ada pada saat itu tidak hanya ada dikalangan masyarakat bawah, namun di dalam kerajaan juga tidak jauh berbeda. Meskipun kerajaan majapahit bercorak kental menganut agama Hindu, namun beberapa diantara orang di dalam kerajaan menganut agama Budha. Seperti yang disebutkan dalam beberapa literasi, jika ibu dari Raja Hayam Wuruk, Ratu Tribuwana Tunggadewi atau dikenal dengan Tribuwana Wijayatungga dewi atau Sri Tribhuwanotunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani beragama Budha.

Jika kita kembali membuka buku sejarah, Hindu dan Budha masuk ke nusantara sekitar abad ke 4 dan Islam masuk ke Indonesia dari abad ke 7 sampai abad ke 9. Melihat tahun masuknya ketiga agama tersebut tidaklah berjauhan, artinya dalam masa itu ketiga agama tersebut masih dalam masa perkembangan dan penyebaran.


Menilik Tingginya Rasa Toleransi Masyarakat Nusantara Jaman Dahulu

falah-kharisma.blogspot.co.id

Namun meskipun mereka sama-sama sedang menyebarkan agamanya, tetapi ketiga agama tersebut belum pernah terjadi perselisihan. Jika kita mencermati, peperangan yang terjadi pada masa kerajaan Majapahit tidak terlepas dari masalah politik dan kekuasaan wilayah, bukan persoalan agama, ras dan suku.

Majapahit bisa dikatakan sebagai pemerintahan yang paling toleran saat itu, semua agama dipeluk, semua golongan dilindungi. Bahkan Raja Brawijaya V kemudian menikahi seorang muslimah dari negri Champa. Sikap toleransi yang ada pada masyarakat nusantara juga bisa kita lihat dengan adanya sebuah literasi yang dituliskan Empu Tantular dalam kitab Sutasoma pada era Majapahit.

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa

Dalam tulisan Mpu Tantular yang menggunakan bahasa sanksekerta tersebut, menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan yang ada saat itu. Namun meskipun perbedaan itu nyata namun persatuan haruslah diutamakan. Kata itulah yang kemudian melahirkan semboyan bangsa Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”. Atau berbeda-beda namun hakikatnya ialah satu kesatuan.
Sejak kepulauan Indonesia masih bernama nusantara, bangsa kita merupakan bangsa yang menjunjung tinggi akan nilai-nilai toleransi, hingga lahirnya bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945, nilai-nilai toleransi pun masih terus dijaga dengan munculnya UUD 1945 dan pancasila. Indonesia merupakan negara yang lahir dari rahim perbedaan, maka sikap toleransi merupakan kunci yang sangat penting untuk menjaga kesatuan dan persatuan.




Kita lahir dari sebuah perbedaan, jadi harus menerima perbedaan dan stop penyeragaman!

emoticon-Cendol Gan
0
3.1K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan