Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Spyware untuk Mata-matai Wartawan



EMPAT puluh menit memasuki sebuah wawancara, jurnalis Meksiko Carmen Aristegui mengangkat teleponnya dan dengan bercanda menyapa agen pemerintah yang dia duga telah memata-matai dia. “Halo? Kementerian Dalam Negeri? ... Terima kasih telah mendengarkan!” ujar penyiar berita veteran tersebut. Humor membantu jurnalis yang terkenal dengan laporan keras tentang korupsi pemerintah tersebut melewati penemuan yang meresahkan bahwa ponselnya, dan ponsel anak remajanya, telah diretas dengan sebuah spyware yang disebut Pegasus, yang mengakses komunikasi, kamera, dan mikrofon target.



Menurut New York Times, yang menyebarkan cerita tersebut pada pekan lalu, perusahaan rahasia Israel bernama NSO Group ada di balik spyware tersebut. Perusahaan itu mengatakan pihaknya hanya menjualnya ke badan pemerintah dan spyware itu dimaksudkan untuk digunakan melawan teroris dan penjahat. Mengetahui hal tersebut, Aristegui dan delapan jurnalis serta aktivis terkemuka lainnya menuduh pemerintah Meksiko menggunakannya kepada jurnalis dan keluarga mereka. Tentu saja tuduhan itu dibantah pemerintah Meksiko.



Namun, peretasan adalah krisis terbaru terhadap kebebasan pers di Meksiko. Kejanggalan mulai ditemukan ketika target menerima pesan dari seseorang yang menggunakan nama teman anak mereka dan mengajak untuk berteman di media sosial Facebook. Akan tetapi, anehnya, orang itu sudah menjadi temannya di jejaring tersebut. “Anak saya menerima berbagai pesan seperti itu, terkait dengan pekerjaan saya dan mengatakan bahwa mereka akan menyelidiki saya atau lebih buruk lagi,” ungkap Aristegui.



Ada pesan lain yang juga berbunyi bahwa kepresidenan akan mengajukan tuntutan kepada wartawan yang menyelidiki skandal yang melibatkan kepresidenan. Dalam hal ini, Aristegui mengungkapkan kesepakatan real estat yang dilakukan antara istri Presiden Enrique Pena Nieto dan seorang kontraktor pemerintah. Aristegui mengatakan tindakan memata-matai itu jelas memiliki tujuan mendasar, yakni untuk mengintimidasi, membuat para jurnalis rentan terhadap ketakutan, kelemahan, sejarah pribadi, atau apa pun terkait dengan diri mereka sendiri.



Meski begitu, Aristegui mengaku tidak takut. Ia tetap mencoba menjalani hidup dengan damai. “Jika Anda takut, mereka menang. Saya memiliki kepercayaan dan saya selalu mengatakan pada diri saya sendiri bahwa pekerjaan publik saya sebagai jurnalis adalah perlindungan terbaik.” (AFP/Anastasia Arvirianty/I-2)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...wan/2017-06-28

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Hari Ini 25 Bocah Sempat Hilang di Kebun Binatang Ragunan

- Lima Isu Krusial Diyakini akan Ada Titik Temu

- Pertemuan Dengan GNPF-MUI Presiden Ingin Redam Ketegangan

0
320
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan