Film pendek berjudul
'Kau Adalah Aku yang Lain' karya sineas asal Semarang, Anto Galon berhasil menjuarai ajang tahunan Police Movie Festival ke-4 yang digelar oleh Polri. Saat di-posting pada akun Facebook Divisi Humas Polri sejak 24 Juni lalu, video berdurasi 6 menit 55 detik itu menuai pro kontra. Banyak yang menilai film tersebut menyudutkan umat Islam yang digambarkan anti toleransi.
Dalam satu adegan digambarkan perdebatan antara seorang polisi dan beberapa anggota jamaah pengajian yang menjaga jalan. Ambulans tak bisa lewat karena ada acara pengajian. Padahal, ambulans tersebut sedang membawa pasien kritis yang kebetulan beragama Nasrani.
Polisi meminta diberi jalan karena ini menyangkut nyawa orang. ”Seharusnya polisi menjaga warga yang sedang beribadah. Jangan malah mengganggu. Dosa kamu!,” kata sang anggota jamaah yang disapa "Mbah". ”Pak, saya lebih baik berdosa membantah omongan Bapak daripada saya berdosa membiarkan orang mati di sini,” jawab polisi. Beberapa jamaah lain pun akhirnya mendukung agar ambulans tersebut melintas. Singkat cerita akhirnya ambulans diizinkan melintas dan pasien pun tertolong jiwanya.
Anto Galon sebagai pembuat film mengaku mendapatkan inspirasi saat ia melintasi jalan yang ditutup karena gelaran pengajian. "Pernah suatu ketika saya lewat di suatu jalan di Jakarta dan tertutup massa pengajian. Terus saya berpikir kira-kira jika yang lewat ambulans gimana ya?" kata pria bernama asli Sugianto ini kepada GATRAnews, Senin (26/6).
Lewat potongan adegan itu, Anto berupaya menggambarkan pentingnya kemanusiaan dalam hidup bermasyarakat, jauh di atas nilai-nilai lain. "Saya mencoba menggambarkan bahwa Islam itu lembut, Islam itu toleransi, Mbah tokoh dalam film saya itu adalah gambaran sifat dari manusia bahwa di kelompok-kelompok tertentu masih ada orang yang kolot seperti itu," lanjutnya.
Menurut pria yang juga berprofesi sebagai aktor ini ada oknum yang digambarkan sebagai Mbah dalam film tersebut kemudian disadarkan oleh warga yang lain. Di akhir film ini pada akhirnya ambulans dikasih jalan dan tidak ada satupun massa pengajian yang menolak ambulans lewat.
"Bahkan si Mbah akhirnya sadar dan membantu ambulans lewat. Si Mbah adalah contoh Islam yang enggak bener, warga yang lain adalah contoh Islam yang benar menurut saya," jelasnya.
Dalam film yang dibuatnya tahun ini, Anto juga menggandeng Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Al Ishlah, Tembalang, Kota Semarang, Kyai Budi Harjono. Bahkan sebagian adegan diambil di pondok itu. "Saya sodorkan naskah film, lalu beliau (Kyai Budi) langsung setuju. Bahkan yang memberi judul film ini adalah Kyai Budi," tuturnya.
Sumber:
https://www.gatra.com/entertainment/...-menutup-jalan
Ini video filmnya gan, coba silakan ditonton dulu dengan kepala dingin:
Tanggapan Publik (Kontra):
Quote:
Ternyata banyak pihak yang tersinggung, marah dan ramai-ramai menghujat film ini. Tak sedikit pula yang mempertanyakan motivasi Polri menjadikan film ini sebagai juara dan menuding bahwa sutradaranya adalah antek PKI, kafirun atau Islam abal-abal. Menurut mereka, film ini melecehkan Islam dan menghina ummat Muslim, seolah-olah semua orang Islam adalah intoleran, egois dan jahat.
Beberapa pihak mulai angkat bicara, mulai dari Ketum PP Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjutak sampai pengamat sosial-agama, Mustofa Nahra. Mereka berdua mengatakan
tidak pernah ada kejadian seperti di film itu, dimana ummat Islam sengaja menghadang laju ambulans yang akan melintas dengan dalih beda aqidah. Tidak ketinggalan pula situs-situs kebanggaan Muslim Cyber Army seperti "voa-islam", "portal-islam", dsb, semuanya menjatuhkan vonis "mati" bagi film ini dan sutradaranya.
Bahkan akun sosmed sutradaranya, Anto Galon pun mulai ditelusuri dan dicari-cari sekiranya ada hal yang bisa dijadikan sasaran target pembullyan. Kemudian didapati bahwa di masa lalu doi pernah ngetweet pesan yang dituding menghina agama dan kepolisian:
Tanggapan Kepolisian:
Quote:
Police Movie Festival ke-4 memilih "Kau adalah Aku yang lain" sebagai pemenang kategori film pendek tahun 2017. Polri mengaku bahwa penjurian dalam ajang yang bertema "Unity in Diversity" sudah profesional. Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto menambahkan sutradara juga ingin menyampaikan melalui film tersebut tentang toleransi antarumat beragama. "Dia ingin menggambarkan (dalam film) bahwa Islam itu toleran. Dia juga berharap penonton jangan terfokus pada tokoh si mbah, dan jangan hanya nonton sebagian," kata Rikwanto.
"Dengan mengambil tema Unity in diversity diharapkan dapat menjadi inspirasi persatuan bangsa kita," ujarnya. Dalam film-film tersebut tambahnya masing-masing memiliki makna persatuan. Yakni bahwa persatuan dapat diraih karena adanya keragaman, kekeluargaan, kerja sama, dan gotong royong tanpa memandang suku dan agama.
Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/na...al-profesional
Tanggapan TS (Pribadi):
Ada ironi yang aneh dan janggal menurut ane melihat reaksi pihak yang kontra terhadap film ini. Karena film ini sejatinya bertujuan untuk memberikan pesan tentang toleransi dan kebhinekaan, bahkan inti dari film ini sesungguhnya memberitahu bahwa ummat Islam itu sangat toleran, baik, penuh kasih (hanya ada 1-2 oknum saja yang pikirannya masih belum terbuka). Lalu kenapa film ini sampai bisa menyulut emosi dan menuai hujatan? Masa film yang ingin memberi pesan "toleransi" malah dituding film "anti toleransi"?
Quote:
Tuduhan 1: Film ini menggambarkan bahwa ummat Islam itu intoleran, jahat, picik dan diskriminatif.
Faktanya:Di film ini yang terlihat intoleran, jahat, picik dan diskriminatif hanya satu orang, yaitu tokoh Si Mbah. Jamaah yang lain justru tidak mendukung tindakan Si Mbah, malahan salah satu jamaah mengingatkan agar Si Mbah meneladani dakwah Kyai yang penuh kesejukan dan toleransi. Bahkan saat scene ambulans melintasi area pengajian dengan perlahan pun, tidak ada jamaah lain yang terlihat komplain atau keberatan.
Kesimpulan: Tudingan yang membawa "ummat Islam" adalah stigma dan generalisasi sepihak yang sesat. Karena di film tersebut yang salah hanya 1 oknum, bukan satu kelompok.
Quote:
Tuduhan 2: Film ini menggambarkan ummat Islam menghadang dan menghalangi ambulans lewat hanya gara-gara isu beda agama.
Faktanya:Di film ini dikisahkan ambulans terpaksa mencari rute jalan kedua setelah rute jalan utama terhalang jembatan yang runtuh. Kebetulan rute jalan kedua melintasi jalanan yang sedang dipakai untuk acara pengajian. Lalu ambulans mencoba meminta tolong kepada kelompok pengajian tersebut untuk berkenan membuka jalan, namun ada satu oknum (Si Mbah) yang merasa keberatan.
Jadi tidak ada sama sekali adegan seperti tuduhan bahwa ummat Islam digambarkan sengaja menghadang dan menghalangi ambulans karena pertemuan antara ambulans dengan kelompok pengajian terjadi secara kebetulan. Kalau menghadang itu berarti ada tindakan aktif dan sengaja.
Kesimpulan: Tudingan tersebut juga terbukti berlebihan dan tidak benar, hanya dilakukan untuk menggiring opini publik seolah-olah film ini mendholimi (seluruh) ummat Islam.
Quote:
Tuduhan 3: Tidak pernah ada ummat Islam yang sengaja menghadang dan menghalangi ambulans lewat, hanya gara-gara pasien yang dibawa berbeda agama. Jadi film ini menyesatkan dan menipu.
Faktanya:Benar tidaknya tuduhan tersebut belum dapat diverifikasi 100%, bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Karena selentingan cerita-cerita seperti aksi sweeping rumah ibadah, sweeping etnis tertentu atau sikap diskriminatif berdasarkan sentimen SARA secara sepihak memang faktanya pernah terjadi.
Andaipun tuduhan itu memang benar, bahwa peristiwa seperti itu tidak pernah terjadi, toh ini memang sebuah film "fiktif" yang tidak semua muatannya harus didasarkan pada kisah nyata. Bisa saja sebuah film membawa pesan yang muatannya didasarkan pada referensi atau inspirasi kejadian nyata atau hasil renungan/tafsiran pembuatnya.
Kesimpulan: Benar/tidaknya klaim tentang aksi penghadangan berdasarkan sentimen SARA tersebut, seharusnya tidak perlu dipersoalkan. Toh ini adalah film yang sejatinya dibuat untuk tujuan baik dengan pesan hikmah yang baik pula. Analoginya seperti ada pihak yang membuat film tentang seorang kriminal yang bertaubat lalu berubah menjadi superhero pembasmi kejahatan. Tapi kemudian film itu diprotes karena dianggap mempopulerkan profesi "kriminal" atau dituduh mengada-ngada karena tidak pernah ada sejarahnya di dunia nyata kalau kriminal bisa jadi superhero.
TS pribadi berharap agar kita semua dalam menyikapi segala sesuatu selalu objektif, rasional dan berimbang. Jangan terlalu terburu-buru menghakimi atau terpancing emosi hanya karena provokasi 1-2 pihak tanpa menyelidiki kebenarannya secara utuh. Agama hanya diturunkan kepada mahluk berakal, jadi gunakan selalu nalar dan akal sehat. Salam damai 